Sistem pengelolaan suatu organisasi secara terpusat (sentralisasi), seperti pemerintahan ala sosialis, ala demokrasi, ala republik, ala agama, dan ala monarki, semuanya bergantung pada satu otoritas terpusat (sentralisasi) untuk mengatur. Otoritas ini dapat dengan mudah melakukan korupsi dan menyebabkan penindasan, manipulasi, serta pembatasan hak asasi manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari potensi penyalahgunaan sistem-sistem ini.
Pengelola negara atau perusahaan secara terpusat seperti mengelola suatu pemerintahan, agama, uang, makanan, perawatan kesehatan, dan media dapat mengendalikan, menyetir narasi, opini, dan mengendalikan kita. Agama, uang, makanan, perawatan kesehatan, dan media digunakan sebagai alat kontrol oleh mereka yang berkuasa untuk memengaruhi perilaku dan keyakinan masyarakat.
Para sentralist (para pemegang kekuasaan terpusat/elit) memanipulasi orang agar patuh pada standar dan nilai tertentu guna kepentingan para elit itu sendiri. Cara ini juga digunakan untuk memastikan keberlanjutan kekuasaan hanya di kalangan kelas penguasa. Individu, organisasi, dan pemerintah yang sedang dan telah berkuasa telah lama untuk tetap melanjutkannya di masa depan, mereka menggunakan sistem terpusat untuk memanipulasi dan mengendalikan masyarakat.
Para sentralis ini dalam mencapai tujuannya dapat melalui berbagai cara, seperti melalui jalur agama, uang, makanan, obat-obatan, media online dan offline. Mari kita pelajari lebih detail bagaimana setiap elemen ini digunakan untuk mengendalikan massa:
1. Agama
Sejarah mencatat bahwa agama dan sistem kepercayaan telah menjadi alat yang sangat berguna untuk memengaruhi dan memanipulasi kelompok besar manusia secara massal. Mereka yang berkuasa membuat suatu institusi keagamaan dan membentuk narasi keagamaan. Mereka para sentralis memanipulasi keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat awam untuk melayani kepentingan dan tujuan para sentralis itu sendiri.
Para sentralis dengan membentuk opini publik, mempertahankan ketertiban sosial, dan menekan perbedaan pendapat, mereka mengokohkan otoritas secara legal dan pengaruh mereka kepada masyarakat awam. Kontrol ala keagamaan adalah salah satu alat penindasan dan manipulasi yang paling kuat. Oleh karena itu, penting untuk tetap kritis terhadap narasi keagamaan dan menyadari dinamika kekuasaan yang terlibat.
Hal ini terlihat dalam cara beberapa agama digunakan untuk membenarkan sistem penindasan, seperti patriarki, atau untuk mengesampingkan dan memarginalkan kelompok tertentu seperti suku, ras, dan yang pasti agama lainnya. Juga terlihat dalam cara institusi keagamaan digunakan untuk mengendalikan akses masyarakat terhadap sumber daya atau membatasi akses mereka terhadap pendidikan tertentu di luar agama, terutama di dalam pendidikan agama tidak boleh “kritis terhadap sesuatu” wajib “percaya” tanpa bertanya apa pun, seperti mengapa begini. mengapa begitu.
Solusi: Keluar dari sistem kontrol ini dengan tetap terbuka pikiran, kritis, dan berpikir jernih. Meskipun sulit, kita dapat melakukannya dengan mempertanyakan keyakinan kita dan mengenali manipulasi yang terjadi di dalam agama kita, apa pun agama kita tersebut. Utamakan berpikir kritis, sebab pada akhirnya, keputusan ada pada kita, bukan pada orang lain.
2. Uang Fiat
Pengelolaan masalah finansial memiliki pengaruh besar terhadap individu dan masyarakat awam. Suatu entitas atau rezim yang berkuasa dapat mengendalikan dengan memonopoli sumber daya ekonomi, menentukan akses ke kekayaan, peluang, dan kebutuhan dasar masyarakat awam.
Para sentralis (rezim yang berkuasa) menciptakan sistem yang menguntungkan kepentingan mereka sendiri, memastikan ketergantungan dan kepatuhan populasi masyarakat awam di dalamnnya. Kontrol ini dicapai melalui kebijakan (yang tidak bijak) di bidang ekonomi, monopoli, atau bahkan kendali langsung atas institusi keuangan dengan sistem fiat.
Pengendalian sumber daya ini memungkinkan suatu entitas (rezim) yang berkuasa memengaruhi hasil ekonomi, termasuk siapa yang memiliki akses ke pekerjaan, kredit, perumahan, dan aset penting lainnya. Uang fiat juga digunakan sebagai alat untuk “memelihara” ketidaksetaraan dan menyingkirkan masyarakat umum, mengisolasi area yang memiliki sumber daya lebih sedikit atau area miskin.
Selain itu, kontrol ekonomi juga digunakan untuk membatasi persaingan, yang dapat mengarah pada monopoli. Uang fiat (yang dicetak oleh) suatu rezim pemerintahan suatu negara dicetak semau mereka, sedangkan para rakyat umum bekerja keras untuk mendapatkannya.
Suatu rezim bahkan beralasan, kami meminjam (berhutang) pada negara X agar membantu negara kita. Padahal pada kenyataannya, “info tersebut hanya untuk menutupi agar tidak terjadi kegaduhan dan membuat inflasi” dan mereka para rezim (para sentralis) suatu pemerintahan di suatu negara sebenarnya tidak berhutang pada negara mana pun, para sentralis ini hanya tinggal mencetak semau mereka sendiri, tanpa batasan.
3. Kendali Atas Makanan
Kontrol atas produksi, distribusi, dan ketersediaan makanan merupakan cara yang ampuh untuk memanipulasi dan mengendalikan masyarakat.
Perusahaan-perusahaan besar memonopoli industri agribisnis, mengatur seluruh rantai pasokan makanan. Mereka memanipulasi harga, menentukan siapa yang memiliki akses ke makanan, dan menciptakan ketergantungan dan kerentanan kesehatan dan membuat konflik karena ada potensi di suatu area bahan makanan tertentu tidak tersedia. Hal ini membuat suatu individu lebih rentan terhadap manipulasi dan “paksaan” harga yang melambung, agar tetap bertahan hidup seseorang akan tetap membeli dengan harga yang “mahal” karena kebutuhan untuk makan.
Bahkan dengan makanan tertentu yang berisi racun yang dilegalkan oleh rezim pemerintah, sedikit demi sedikit saat dikonsumsi racun di dalam makanan dan minuman tertentu ini akan menumpuk dan membuat kerusakan di tubuh manusia, saat manusia sakit, bisnis kesehatan semakin meningkat, lebih baik memakan makanan olahan sendiri agar terhindar dari banyak potensi penyakit karena mengonsumsi makanan yang meracuni tubuh kita.
Dengan mengontrol produksi, distribusi, dan ketersediaan makanan, perusahaan atau suatu rezim pemerintahan yang korup dapat memanipulasi orang untuk membeli produk yang mereka inginkan, menciptakan lingkungan ketergantungan dan kerentanan.
Cara pengendalian makanan juga memberi ruang kepada suatu perusahaan, memungkinkan para perusahaan yang rakus mengendalikan harga dan menciptakan monopoli yang dilegalkan oleh rezim pemerintah yang korup. Impor makanan untuk dikorupsi.
Solusi: Keluar dari sistem kontrol ini dengan menjadi petani dengan cara menanam dan menghasilkan makanan sendiri. Menanam, berkebun, dan memelihara ternak seperti ikan, ayam, bebek, kambing, sapi, dan atau sejenisnya merupakan salah satu solusi keluar dari sistem sentralisasi ini.
4. Kesehatan
Akses ke perawatan kesehatan sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat, dan mengendalikan sistem perawatan kesehatan memungkinkan otoritas yang berkuasa (rezim) memengaruhi dan memanipulasi populasi. Dari meracuni makanan, tentu saja menjamin masyarakat menjadi sakit secara cepat atau lambat.
Setelah tubuh rakyatnya sakit, para sentralis ini kemudian membuat kebijakan (yang tidak bijak) di bidang kesehatan, membatasi akses ke perawatan dan obat-obatan tertentu, dan bahkan menggunakan perawatan dan fasilitas kesehatan sebagai alat untuk memaksa masyarakat untuk membayar lagi melalui “iuran kesehatan” apa pun namanya, di mana hal ini seharusnya sudah tidak diperlukan karena masyarakat sudah membayar pajak, seharusnya perawatan itu gratis dibayar dengan uang pajak yang sudah diambil, bukan membayar iuran lagi.
Kontrol atas perawatan kesehatan dengan cara tersebut yang hanya menguntungkan secara sepihak, yang berpihak pada rezim pemerintah yang korup ini untuk membuat rakyat awam menjadi bergantung pada para sentralis untuk kesehatan mereka, akhirnya semuanya dengan tujuan kontrol dan membuat rakyat awam taat pada aturan mereka.
Pengendalian informasi kesehatan juga digunakan untuk membentuk opini publik dan mengendalikan wacana politik dan sosial, karena mereka yang berkuasa dapat menggunakan kebijakan kesehatan untuk memberikan hukuman terhadap perilaku yang tidak sesuai.
Contoh suatu “pandemik” sebenarnya dapat dikonstruksi (dibuat) menjadi ada dengan membuat berita palsu, berita palsu didukung oleh hukum yang “dibuat legal” untuk “menjual vaksin” tertentu agar masyarakat umum secara suka rela melakukannya, kalau seseorang tidak mau di-vaksin makan akan “dilarang/dibatasi” agar tidak dapat melakukan perjalanan ke sini dan ke sana. Seseorang boleh melakukan perjalanan ke sini dan ke sana dengan syarat harus “vaksin” terlebih dahulu.
Berita palsu yang disebarkan secara terus menerus akan menjadi kebenaran dan menjadi ilmu pengetahuan umum (common knowledge), dan sepertinya sangat benar karena “didukung” oleh banyak referensi artikel dari media besar, buku dari penerbit besar dan terkenal, dan adanya peraturan yang “dibuat” ada oleh rezim pemerintah yang korup tersebut. Pada akhirnya, kontrol di bidang kesehatan ini tujuannya untuk merampas kemerdekaan masyarakat umum yang tujuannya untuk bisnis dan sebenarnya malah membuat sakit.
Solusi: Keluar dari sistem kontrol ini dengan menanam dan memelihara tanaman herbal alami. Menanam dan memelihara tanaman herbal alami memberi Anda kekuasaan untuk mengendalikan kebutuhan perawatan kesehatan diri sendiri. Dengan cara ini memberi Anda kebebasan untuk memilih perawatan yang disesuaikan dengan tubuh Anda sendiri dan memberikan obat alami yang tidak bergantung pada orang lain atau rezim pemerintah yang korup.
Dengan menanam tanaman herbal sendiri juga memungkinkan Anda untuk mandiri dan mengambil kendali atas kesehatan Anda sendiri. Pelajari tentang tanaman herbal untuk memahami lebih lanjut tentang perawatan kesehatan.
Dengan menanam dan memelihara tanaman herbal sendiri, Anda dapat menggunakannya sebagai sumber utama obat alami untuk kebutuhan kesehatan Anda. Cara ini memungkinkan Anda memiliki lebih banyak kendali atas apa yang masuk ke dalam tubuh Anda dan memilih perawatan yang sesuai dengan Anda. Anda juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang tanaman herbal dan penggunaannya, guna menjadi lebih mandiri dalam perawatan kesehatan. Contoh: Kunyit Putih dapat digunakan sebagai herbal antibiotik.
5. Media
Media membentuk opini publik, menyebarkan informasi, dan memengaruhi norma sosial. Para sentralis yang berkuasa mengendalikan media dan narasi untuk mengontrol aliran informasi dan membentuk wacana dan opini di masyarakat awam. Media adalah alat untuk manipulasi. Mereka tahu bahwa “kebohongan yang disebarkan terus menerus akan menjadi kebenaran.”
Para sentralis memanipulasi berita, membungkam suara-suara yang berbeda pendapat, dan menyebarkan ideologi mereka sendiri. Dengan membeli dan memelihara kendali atas media, para sentralis membuat realitas yang terdistorsi (hoax) guna memanipulasi rakyat awam untuk kepentingan para sentralis itu sendiri. Para sentralis memberikan “hiburan” yang berguna mengalihkan perhatian mereka agar mereka lupa bahwa mereka sebenarnya budak modern. Jangan heran bila ada beberapa “program acara yang sebenarnya bodoh dan membodohi masyarakat” diputar dan disebar terus secara berulang-ulang di banyak media, karena memang tujuannya untuk membuat kebodohan dan kebohongan menjadi kebenaran.
Semua informasi disajikan gratis oleh para sentralis untuk memelihara dan melanggengkan kekuasan dan pengaruh mereka, dan memanipulasi sentimen publik sesuai dengan desain mereka. Menyebarkan “ketakutan” dengan aturan dan ancaman masuk penjara jika masyarakat umum melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan mereka.
Solusi: Keluar dari sistem kontrol ini dengan pikiran tetap terbuka, kritis, dan berpikir jernih setiap saat.
“Kemiskinan telah disusun dengan sengaja dalam setiap sistem pengelolaan pemerintahan yang terpusat,” guna “memelihara fakir miskin” bukan untuk “dientaskan dari kemiskinan” tetapi memelihara agar “kelas pekerja tetap ada” dan mereka akan menjadi kelas pekerja berikutnya. Hal inilah salah satu alasan kenapa di beberapa negara sentralis yang memiliki regim pemerintah yang korup”pedagang kaki lima” dan “pedagang asongan” selalu dikejar-kejar “aparat keamanan” karena mereka para sentralis ini ingin para rakyat umum ini “jadi pekerja saja” bukan wirausaha mandiri. Kalau hanya alasan untuk menertibkan, solusinya mudah tinggal diberikan tempat gratis untuk berjualan bukan.
Bebaskan diri untuk keluar dari sistem kontrol ini, kita harus bersedia menjelajahi sumber informasi alternatif, mempertanyakan keyakinan kita sendiri, dan menghindari status quo. Dengan cara ini, kita dapat membentuk opini kita sendiri dan berpikir secara mandiri daripada hanya menerima apa yang media katakan kepada kita.
Dengan menggabungkan elemen-elemen kontrol ini para sentralis juga mulai berupaya membuat sistem digital terdesentralisasi yang disebut digital nonblockchain guna mengontrol uang dan akses apa pun secara digital guna mudah melacak kegiatan apa pun warganya. Atau bahkan saat para sentralis ini mengetahui adanya teknologi blockchain mereka akan menerapkan sistem blockchain ini tetapi secara sentralisasi (centralized blockhain) di mana tujuan akhirnya guna mengontrol setiap individu masyakarat awam sebagai “budak” di era canggih ini .
Para sentralis seperti organisasi agama, organisasi swasta dan atau rezim pemerintah korup yang berkuasa sudah membangun kerangka kerja yang luas agar tetap mengontrol dan memanipulasi masyarakat awam ini di era digital dan bahkan di era blockhain tetapi secara sentralisasi, jangan kaget saat suatu rezim pada awalnya “ketakutan” dengan teknologi blockchain secara desentralisasi bahkan melarangnya.
Setelah mereka mengerti bahwa teknologi blockchain juga dapat dibuat sentralisasi, maka negara korup tertentu malah setuju untuk menyelengarakan “cryptocurrency day” atau “Hari mata uang kripto” secara resmi dan mereka memberikan akses perdagangan mata uang kripto asal di dalamnya diterapkan pajak ala sentralisasi.
Semua sistem terpusat atau sentralisasi ini mengurangi bahkan merampas hak individu masyarakat awam, memelihara ketidaksetaraan, memelihara kesenjangan sosial, dan mengkonsentrasikan kekuasaan di tangan segelintir orang saja (para sentralis), yaitu kepada para elit (sentralis) itu sendiri. Suatu saat para sentralis ini bahkan dapat “mengendalikan hidup dan matinya” seseorang di masa depan hanya dengan menekan tombol atau perintah suara tertentu, berhati-hatilah.
Sistem kontrol ala sentralisasi ini sering ditegakkan dan dipertahankan melalui undang-undang atau kebijakan yang represif, atau melalui penyebaran informasi yang menebarkan ketakutan dan kekerasan ide melalui media online dan offline bahkan membayar para influencer untuk melakukannya. Hal ini bertujuan untuk menjamin kontrol tetap berada di tangan para sentralis yang berkuasa, sambil membuat dan menebar ketakutan dengan ancaman undang-undang baru dan dapat dipenjarakan. Guna membatasi ruanglingkup gerak masyakarat umum dan membuat masyarakat umum tidak mampu menentang kekuasaan kontrol para sentralis.
Setiap individu harus menyadari taktik manipulatif ini dan secara aktif menentang dan menolak kontrol hal-hal yang mirip atau sama seperti yang telah penulis jabarkan. Hal ini penulis jabarkan agar terjadi “kesadaran” bahwa selama ini kita dikontrol dan dirampas kebebasan secara mental (cara berpikir) dengan ancaman melanggar undang-undang dan kebebasan secara fisik karena bekerja keras untuk jadi “budak masa kini” guna mendapatkan uang fiat ala rezim pemerintah. Sedangkan para sentralis saat memerlukannya tinggal mencetaknya tranpa batas.
Setelah masyarakat awam memiliki uang, uang digunakan untuk membeli makanan yang beracun yang membuat mereka sakit serta akses kesehatan yang dikendalikan dengan iuran bulanan yang seharusnya gratis mengambil dana dari pajak. Semoga tulisan ini membangkitkan “kesadaran” agar terjadinya transparansi, otonomi, dan distribusi kekuasaan yang adil dan tidak memihak kepada para sentralis saja.
6. Sistem Sentralisasi yang Ada di Dunia
Apa saja sistem sentralisasi yang ada di dunia ini. Berikut adalah beberapa sistem sentralisasi yang ada di dunia:
Monarki: Monarki adalah bentuk pemerintahan sentralisasi di mana negara dipimpin oleh seorang raja, ratu, atau kepala negara lainnya seperti perdana menteri, yang kekuasaannya cenderung diwariskan secara turun-temurun. Monarki dapat dibagi menjadi monarki konstitusional, di mana peran monarki lebih bersifat simbolis dan tunduk pada konstitusi, serta monarki absolut, di mana monarki memiliki otoritas politik yang luas di beberapa negara seperti Brunei, Arab Saudi, dan lainnya.
Teokrasi: Teokrasi adalah bentuk pemerintahan sentralisasi di mana prinsip-prinsip ilahi memegang peran utama. Dalam teokrasi, sistem pemerintahan menjunjung dan berpedoman pada prinsip ilahi, dan ini merupakan bentuk identitas dan entitas organisasi yang lebih absolut dalam sistem agama negara. Tidak boleh menentang ranking tertinggi di sistem sentralisasi ini. Dilarang berpikir kritis, percaya saja dengan iman.
Sosialis: Sistem sentralisasi ekonomi sosialis mengatur akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya yang telah diatur dan disediakan oleh negara. Ketersediaan tersebut “berusaha” agar memungkinkan masyarakat tidak perlu pusing lagi dan bisa fokus dengan apa yang ingin mereka raih. Padahal tujuan utamanya adalah “kontrol penuh” pada setiap individu di dalamnya.
Liberal: Sistem sentralisasi liberal, atau demokrasi liberal, adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan politik dipegang oleh rakyat. Sistem ini “berusaha” memberikan kebebasan politik dan ekonomi kepada individu serta mengakui hak asasi manusia. Demokrasi liberal juga menekankan pada perlindungan hak minoritas dan kebebasan berpendapat, sayangnya selalu terjebak pada korupsi dan manipulasi yang dilakukan oleh rezim ke rezim secara bergantian menjadi kejadian yang berulang tanpa perbaikan.
Presidensial: Sistem presidensial adalah bentuk pemerintahan di mana eksekutif (presiden) dipisahkan dari cabang legislatif (parlemen) dan memiliki kekuasaan eksekutif yang kuat. Presiden dipilih secara terpisah dari parlemen dan “berusaha” bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan. Sistem ini juga sama “menekankan pada perlindungan hak minoritas dan kebebasan berpendapat”, sayangnya selalu terjebak pada korupsi dan manipulasi yang dilakukan oleh rezim ke rezim secara bergantian menjadi kejadian yang berulang tanpa perbaikan.
Oligarki: di mana segelintir individu memerintah atas suatu negara, dan plutokrasi, di mana orang kaya menyetir keputusan politik, militer, dan ekonomi suatu negara.
Ternyata pada akhirnya semua sistem sentralisasi yang ada di atas adalah memunculkan para elit “oligarki” para “plutokrasi” para “sentralis” para “raja atau bahkan emperor” yang secara sembunyi-sembunyi kasat mata mengendalikan semuanya, oleh karena itu muncul istilah “the hidden emperors” yang mungkin jumlahnya satu atau mungkin sekelompok elit sentralis.
Kesimpulan
Menghindari praktik dan taktik manipulatif yang dilakukan para “sentralis” atau para elit atau para “hidden emperors,” dapat membantu mengembalikan kepercayaan dan memupuk hubungan yang sehat berdasarkan saling menghormati di masyarakat, yang pada akhirnya akan memungkinkan terjadinya pengambilan keputusan yang lebih baik dan dinamika kekuasaan yang lebih berguna bagi seluruh masyarakat.
Salah satu solusinya adalah menggunakan sistem desentralisasi yang menjamin transparansi dalam mengelola negara, sistem ini dikenal dengan nama Decentralized Blockchain System atau Sistem Blockhain Terdesentralisasi. Karena beberapa orang yang bijak yakin, dengan sistem yang baik, dapat meminimalkan terjadinya kecurangan.
Sistem blockchain terdesentralisasi adalah solusi untuk sebagian besar pada masalah pengelolaan dan penyebaran ekonomi dan kesejahteraan yang lebih fair, di mana masyarakat kelas bawah mampu dan memiliki fungsi kontrol bagi para pemegang kekuasaan tertentu. Dengan menggunakan sistem blockchain terdesentralisasi, kita dapat mengatasi masalah klasik yang muncul di sistem sentralisasi yaitu potensi kuat korupsi dan manipulasi. Desentralisasi blockchain dapat menciptakan sistem yang lebih efisien.
Sistem blockchain terdesentralisasi akan mengurangi biaya yang tidak perlu, meningkatkan transparansi, dan menciptakan kepercayaan antara pengguna. Selain itu, juga akan menciptakan lingkungan yang aman yang melindungi pengguna dari penipuan dan aktivitas berbahaya.
Pada akhirnya, sistem blockchain terdesentralisasi akan menjadi faktor kunci dalam menciptakan sistem yang lebih aman, efisien, dan transparan untuk masa depan. Sistem blockchain terdesentralisasi juga akan membantu menciptakan sistem yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua orang. Hal ini disebabkan oleh sifat terdistribusi dari teknologi blockchain, yang memungkinkan sistem yang bersifat tidak dapat diubah datanya (immutable) dan aman karena setiap aksi dapat dilihat di “public atau general ledger” yang secara digital data besarnya dapat diakses terbuka bagi masyarakat di internet ala system decentralized blockchain ini.
Kita dapat mempercayai sistem blockchain terdesentralisasi ini untuk menyimpan, memverifikasi, dan mentransfer data tanpa memerlukan otoritas terpusat seperti sistem sentralisasi seperti bank atau pengelola suatu organisasi, komunitas, bahkan negara versi lama, dan cara ini memberikan potensi untuk merevolusi sistem dan cara kita memandang bagaimana mengelola lebih baik di masa depan.
Referensi
- Gumelar, Michael Sega. 2023. Beware of a centralized governance system. An1mage.
- Sinusoid, Darya. 2021.”Centralized Government Does More Harm Than Good”. https://www.shortform.com/blog/centralized-government/
- Peart, Leighton. 2019.”Religion as Control”. https://medium.com/@LeightonPeart/religion-as-control-b7e2d95efee8
- Gumelar, M.S. 2023. An1magine Volume 7 Number 2 April-June 2023
Versi bahasa Indonesia, lebih lengkap isinya:
Versi Inggris lebih lengkap isinya: