“Pak Yansen benar-benar tahu apa yang diinginkan dari sebuah sampul buku,” ujar Ajinata sambil menilai. “Rasa dan citarasa visualnya sangat kuat terlihat pada desain sampul.”
Proses kreatif desain buku
Dalam kerja sama desain sampul buku dengan Yansen, yang sering menulis tentang diskusi-diskusi ilmiah, Ajinata mendapatkan wawasan yang lebih dalam mengenai pentingnya sebuah sampul buku.
Sampul buku bukan hanya harus menarik dari segi visual tetapi juga harus penuh dengan makna dan filosofi. Melalui percakapan dan diskusi ini, menjadi jelas bahwa proses kreatif dalam pembuatan sampul buku adalah hasil dari kerjasama yang mendalam dan penuh pertimbangan.
Detil dalam proses desain sampul buku, seperti pemilihan warna, layout, serta jenis dan ukuran font, telah dipertimbangkan dengan seksama untuk mengkomunikasikan pesan khusus.
Inisiatif kreatif ini menunjukkan dedikasi Yansen dan Ajinata untuk menciptakan sesuatu yang tidak hanya indah secara estetika tetapi juga menyampaikan nilai dan pesan yang resonan bagi pembaca.
Berbeda dari penulis biasa, Yansen memilih untuk tidak memakai foto pribadinya sebagai sampul buku. Sebagai penulis yang telah menerbitkan 9 buku bersama grup penerbitan Kompas-Gramedia, ia memisahkan karyanya dari merek pribadi, sebuah pendekatan yang jarang tetapi sangat dihargai dalam industri penerbitan. Yansen menegaskan bahwa sebuah buku hadir berdasarkan “substansi materinya,” berdiri sendiri lebih dari sekadar identitas penulisnya.
Pengalaman tidak biasa Ajinata
Pengalaman Ajinata dalam menghadapi tantangan mendesain sampul buku untuk Yansen mencerminkan ekspektasi tinggi dan standar yang dijunjung dalam proyek mereka.
Dengan terbitnya buku “Lentera Hati”, terlihat jelas bahwa diskusi dan kolaborasi antara penulis dan desainer sampul telah mendorong mereka untuk menciptakan karya yang benar-benar unik dan berpengaruh.
Dari perspektif filosofis, pendekatan ini mungkin juga mencerminkan pandangan yang lebih luas terhadap literatur dan seni secara umum, bahwa keduanya harus merangsang, menginspirasi, dan memprovokasi pemikiran, tidak hanya sebagai bentuk hiburan tetapi sebagai alat untuk refleksi dan perubahan sosial.
Kolaborasi antara penulis dan desainer sampul seperti Yansen TP dan Ajinata menegaskan pentingnya integritas artistik dan komitmen terhadap kualitas yang melampaui fungsi estetik semata, mengingatkan kita bahwa desain sampul buku, seperti halnya isi dalamnya, adalah pernyataan dari penulis dan desainer kepada dunia.
Kita menantikan terbitnya “Lentera Hati” oleh Dr. Yansen, yang menurutnya membahas tentang segala aspek pikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan, dan mimpi serta isi hati yang paling dalam yang belum pernah diungkap sebelumnya.
Mengapa “Lentera Hati”?
Masri dan Pepih yang menganalisis judul buku Dr. Yansen, menemukan kedalaman, struktur dalam, atau pesan tersembunyi dari judul tersebut.
Dua makna penting terkandung dalam judul buku Dr. Yansen TP.
Pertama, nyala api dari lentera yang stabil, tidak berkedip atau berubah-ubah ukuran, dan tidak dipengaruhi oleh angin selama “minyaknya tetap terisi”. Lentera ini tidak dipengaruhi oleh dunia luar, cahayanya berasal dari dalam.
Kedua, karena dilindungi oleh kaca, nyala api lentera tersebut tenang, bertahan lama, dan tidak menyilaukan. Cahayanya tidak menakutkan dan tidak menyakitkan mata seperti cahaya matahari langsung.
Saat kedua temannya mendiskusikan sampul buku barunya, Yansen mendengarkan dengan tenang. Sembari sesekali Ia tersenyum sesekali.
Makna ketiga, keempat, dan seterusnya terserah kepada Pembaca untuk mengimbuhi sesuai pendapat masing-masing!