Pendidikan Lingkungan

Manusia dan lingkungan. Dua entitas berbeda, namun tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Selain bencana, lingkungan rusak oleh ulah manusia. Yang dengan rakus mengeksploitasi sumber daya alamnya.

Mengingat alam dan lingkungan semakin memprihatinkan keadaannya, perlu dibangun kesadaran bersama terhadap kondisi lingkungan yang demikian itu. Kesadaran itu, antara lain, dapat dimulai dari pendidikan lingkungan. Baik di level keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Kerusakan lingkungan yang mencemaskan
Sosipater menjelaskan, diduga makhluk hidup di bumi sekitar 15 miliar jenisnya, yang sudah diklarifikasi oleh taksanom sekitar 1,8 miliar, dan dari hasil itu sekitar 40.000 jenis yang terancam punah, serta 150 jenis yang punah setiap harinya.

Hal itu akibat kehilangan ruang hidup, yang berubah secara drastis dan dirusak oleh pencemaran, pemanasan global, kontaminasi, pupuk dengan dosis tinggi, hutan dihancurkan, eksploitasi sumber-sumber alam secara serakah, dan hal lainnya.

Baca National Parks in Kalimantan : Is Borneo Still “The Heart of Borneo”?

Realitasnya, kerusakan lingkungan hidup hampir terjadi di seluruh dunia dengan integritas yang berbeda-beda. Menurut data 1990, hutan tropis di Indonesia rusak 1,3 juta hektar pertahunnya. Lahan pertanian di pulau Jawa susut 8% pertahunnya berubah menjadi area pemukiman baru. Munculnya pembangunan daerah industri baru di Jawa hasil merubah ribuan hektar sawah dan kebun.

Semua itu seolah bumi untuk keserakahan segelintir manusia.
Ekosistem adalah saling bergantungnya makhluk hidup fauna dan flora dalam kehidupannya di tengah alam yang luas. Keberadaan hayati yang bermacam ragamnya yang hidup di muka bumi, merupakan sesuatu yang amat mendasar dalam menopang jaringan dan sistem kehidupan. Ekosistem anekaragam hayati berperan memurnikan udara dan air yang vital buat hidup manusia.

Perlu diingat, jenis-jenis ragam hayati yang terlanjur punah tidak bisa lagi dikembalikan. Padahal mereka itu memberi andil buat manusia dalam aspek kesehatan, makanan dan minuman, oksigen, bahan bakar, kemakmuran, dan lainnya. Di mana manusia bergantung pada ekosistem yang seimbang dari lingkungannya.

Siapakah yang peduli terhadap lingkungan yang sudah rusak?
Purwanti mendefinisikan, peduli lingkungan sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Baca The Future of IKN and the Threat of Accelerated Deforestation on the Island of Borneo

Dapat dikatakan karakter peduli lingkungan yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang yang berupaya untuk memperbaiki dan mengelola lingkungan sekitar secara benar sehingga lingkungan dapat dinikmati secara terus menerus tanpa merusak keadaannya, serta menjaga dan melestarikan sehingga ada manfaat yang berkesinambungan. Sosipater menegaskan, siapapun janganlah melakukan pencemaran lingkungan, karena itu merupakan sikap yang memandang rendah makna kehidupan.

Baca 8 Ways to Preserve the Land and Earth of Borneo

Manusia memang punya kewajiban untuk memelihara, tapi juga punya hak untuk memanfaatkannya demi kepentingan hidupnya secara wajar.

Hutan yang dijaga dan dilindungi, sebagian bisa ditebang secara bertanggung jawab agar tidak rusak, demi memenuhi kebutuhan kayu untuk membangun rumah atau lainnya dalam batas yang wajar. Sosipater menjelaskan, alam itu begitu kaya, dan kekayaan tersebut bisa dimanfaatkan manusia secara bertanggung jawab tanpa merusak.

Karena itu, sistem hutan produksi yang dipelihara dengan baik dalam batas tertentu masih bisa dilakukan, tetapi sebagian besar “hutan perawan” harus tetap dipertahankan, untuk menjaga keseimbangan ekosistem demi mengalirnya air bersih dan udara yang segar. Hal itu perlu dilakukan mengingat jumlah penduduk semakin berkembang.

Apa upaya yang harus dilakukan dalam melestarikan lingkungan?

Pertama, hargailah alam karena menunjuk pada kemuliaan Allah.
Setiap manusia wajib menghargai lingkungan alam, karena alam penuh dengan kemuliaan Allah. Alam tidak sama dengan Allah, tapi alam adalah karya besar dari Allah. Alam memang tidak suci dan tidak bersifat ilahi, tetapi alam itu menunjuk pada kebesaran Allah dan kemuliaan-Nya.

Karena itu, alam haruslah dihargai, dalam arti tidak diberlakukan semena-mena. Borrong menjelaskan, menghargai alam berarti mengasihi Sang Pencipta dan Sang Penebus yang telah menyatakan kasih-Nya kepada seluruh ciptaan. Menghargai alam berarti melaksanakan kasih Allah dan mengakui kesalingbergantungan dan berbagi peruntungan dengan semua ciptaan Allah yang semuanya mengandung kasih

Kedua, peliharalah dan kelolalah bumi secara bertanggung jawab.
Manusia diberi mandat oleh Allah untuk menaklukkan dan memelihara serta mengelola bumi, dan berkuasa atas semua mahluk yang hidup di dunia. Stott memaparkan, bukan dianggap sebagai milik manusia yang bisa diperlakukan secara sewenang-wenang.

Bumi bukan dieksploitasi dengan keserakahan demi mengejar keuntungan sebesar-besarnya bagi perusahaannya dengan memakai teknologi maju, sehingga sumber daya alam menjadi rusak. Ingatlah, bumi adalah untuk kesejahteraan semua manusia.

Kekuasaan yang diserahkan Allah kepada manusia adalah bersifat pemberian, menuntut tanggung jawab dan dilaksanakan dalam kerja sama dengan Allah. Kekuasaan itu harus memberikan keprihatinan yang sama terhadap kelestarian lingkungan seperti keprihatinan pencipta-Nya dan bahwa jauh dari pada mengeksploitasi bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, manusia berkewajiban mendayagunakannya sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkannya kepada Allah dan melayani manusia. Kekuasaan yang diserahkan oleh Allah kepada manusia adalah penatalaksanaan yang bertanggung jawab, yang mencakup penghematan daya sumber bumi.

Ketiga, menjaga kelestarian lingkungan.
Tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan diuntungkan. Mereka berjuang untuk hidup dengan proses bertumbuh dan berproduksi. Mereka mempunyai tujuan pada dirinya sendiri.

Kepentingan tumbuhan dan binatang untuk hidup harus menjadi pertimbangan moral. Sosipater mengatakan, tanamlah banyak tanaman hijau di sekitar pemukiman tempat tinggal.

Cintailah tanaman dan lingkungan alam. Peliharalah tanaman yang sudah tumbuh atau layu, dengan menyiram air secara rutin. Banyak area tanah yang kini masih terlantar hanya ditumbuhi ilalang saja, sehingga membuat panas udara dan mudah terbakar.

Karena itu, perjuangkanlah dengan cara kerja bakti untuk dihijaukan dengan tanaman yang mudah tumbuh diselingi tanaman pohon produktif, sehingga membuat suasana teduh dan nyaman.

Refleksi
Melalui tulisan ini, sebagai warga negara yang mencintai bangsanya, diharapkan dapat menjadi pelopor dalam mewujudkan peduli lingkungan, melakukan aksi dalam tindakan nyata. Komunitas agama dapat mengadakan kegiatan bersih-bersih lingkungan, kampanye pengurangan sampah, dan juga konservasi alam lainnya yang melibatkan anggota komunitas.

Hak dan tanggung jawab memiliki peranannya masing-masing. Jika hak menikmati segala sesuatu yang diciptakan Allah, maka tugas dan tanggung jawabnya adalah berkuasa atas segala ciptaan yang lain serta bertambah banyak untuk memenuhi bumi.

Siapa pun hendaknya menciptakan lingkungan yang bersih yang akan menyehatkan penduduk yang bermukim di sekitarnya. *)

Urbanus

Recent Posts

Dari Lembah ke Coolibah Novel Titis Basino yang Turut Saya antar Menang Mastera

Dari Lembah ke Coolibah, yang memenangkan Hadiah Majlis Sastra Asia Tenggara (Mastera) pada 1999, karya…

7 hours ago

Chairil Anwar yang tak Pernah Mati

Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru angin tubuhku diam dan sendiri, cerita…

1 day ago

Munaldus, alias “Liu Ban Fo”, Sastrawan Dayak Prolifik nan Produktif

Korrie Layun Rampan dan Masri (2015) menyertakan Liu Ban Fo, yang juga dikenal dengan nama…

2 days ago

Yansen – Ajinata : Potret Kerja Sama Penulis dan Desainer Cover Hasilkan Sampul Buku “In Optima Forma”

"Pak Yansen benar-benar tahu apa yang diinginkan dari sebuah sampul buku," ujar Ajinata sambil menilai.…

3 days ago

Impresi Realis Sosialis Hendra Gunawan dan Gebar Sasmita

Makalah ini dipresentasikan dalam Pembukaan Pameran dan Seminar Cagar Budaya dalam Seni Rupa, Balai Pelestarian…

4 days ago

Paulus Florus yang Membidani Terbitnya Salah Satu Buku “Babon” tentang Dayak Ini

Pada tahun 1992, terjadi sebuah peristiwa penting yang menandai sejarah kebudayaan suku Dayak di Kalimantan,…

5 days ago