Saat ini, kita memasuki tahap awal dalam proses pemilihan pemimpin nasional di negara kita.
Sudah final. Ada tiga kandidat pemimpin pada Pilpres 2024. Pasangan calon presiden/wakil presiden yang mencuat dalam pemberitaan dan menjadi sorotan masyarakat.
Dua dari pasangan ini, yaitu Anis-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud, mencerminkan perpaduan pemimpin yang telah berpengalaman di dunia politik.
Namun, yang mungkin paling mencolok adalah pasangan Praboro-Gibran, yang menarik perhatian karena kombinasi antara pemimpin muda dan berpengalaman, menciptakan apa yang disebut sebagai “persilatan politik.”
Dalam konteks ini, kita dapat mengaitkan pandangan Plato tentang pemimpin ideal. Plato meyakini bahwa pemimpin ideal seharusnya dipilih berdasarkan kemampuan mereka untuk mencapai kebaikan dan keseimbangan dalam masyarakat.
Beberapa karakteristik pemimpin ideal menurut pandangan Plato adalah sebagai berikut:
- Kebijaksanaan: Pemimpin ideal harus bijaksana dan mampu memahami kompleksitas tugas kepemimpinan. Mereka harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang berbagai isu yang memengaruhi masyarakat dan negara.
- Kemampuan filosofis: Plato mengusulkan bahwa pemimpin ideal seharusnya memiliki latar belakang filosofis. Mereka harus memiliki kemampuan untuk memikirkan konsep abstrak, mencari kebenaran, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran rasional.
- Keadilan: Pemimpin ideal harus menegakkan keadilan dalam segala tindakan dan kebijakan mereka. Mereka harus melindungi hak-hak warga negara dan memastikan bahwa hukum ditegakkan dengan adil.
- Keseimbangan sosial: Plato berpendapat bahwa pemimpin ideal harus mampu menjaga keseimbangan antara berbagai kelas sosial. Mereka harus menghindari ketidaksetaraan ekstrem dan mempromosikan harmoni dalam masyarakat.
- Etika: Etika dan moralitas penting bagi pemimpin ideal. Mereka seharusnya menjadi teladan moral bagi masyarakat dan menghindari korupsi dan tindakan yang merugikan negara.
Ketiga pasangan calon presiden/wakil presiden yang muncul dalam pemilihan presiden harus dinilai berdasarkan karakteristik seperti yang disebutkan di atas untuk menentukan apakah mereka memenuhi standar pemimpin ideal menurut pandangan Plato. Pemilihan pemimpin yang bijaksana, adil, dan berkomitmen pada kesejahteraan masyarakat akan memiliki dampak besar pada masa depan negara kita.
Pemimpin ideal menurut Plato
Pada tahun 380 SM, Plato memperkenalkan gagasan tentang pengelolaan negara yang bijaksana dalam karyanya yang terkenal, Politeía.
Plato menyimpulkan bahwa pemerintahan ideal seharusnya dipimpin oleh filsuf. Hanya filsuf yang memiliki kemampuan untuk memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk mencapai kebaikan dan keseimbangan dalam masyarakat. Naskah “Politeía” ini memberikan dasar pemikiran bagi banyak negarawan dan pemikir terkenal seperti Jean Jacques Rousseau, Bertrand Russell, Allan Bloom, dan Leo Strauss.
Di Athena, sejarah mencatat kemunculan pemimpin kuat seperti Pisistratus pada tahun 561 dan pemimpin demokratik Ephialtes pada tahun 461. Perubahan kepemimpinan ini memberikan pengalaman kepada rakyat Athena tentang pentingnya keseimbangan kekuasaan dan kontrol melalui dialog yang santun dan terbuka, suatu konsep yang dikenal sebagai “checks and balances”.
Pemerintahan oleh para filsuf, menurut Plato, bukan hanya akan melindungi negara dari potensi kehancuran dan ancaman musuh luar, tetapi juga akan memastikan keadilan sosial. Keadilan sosial menurut Plato didasarkan pada keseimbangan dan harmoni antara berbagai kelas sosial. Fungsi utama pemimpin filsuf adalah menjamin hak-hak sipil dan mengakhiri konflik sosial, yang harus didasarkan pada tata hukum yang adil.
Apabila Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang mencerminkan pemikiran Plato, negara ini akan menjadi tempat yang aman dan sejahtera. Konsep “gemah ripah, loh jinawi” yang mencerminkan keamanan, keberlimpahan, dan ketentraman akan dapat terwujud dalam masyarakat Indonesia.
Keterangan gambar: Plato. Sumber: Britannica.