Apa yang menyebabkan pesisir makin terpinggir?
Koteks kita di sini sebagaimana judul narasi.
Jawaban atas pertanyaan itu, setidaknya terdapat 5 hipotesis.
- Perubahan dan perkembangan dalam hal transportasi.
- Terbatas atau sempitnya wilayah pesisir untuk berbagai kegiatan manusia modern.
- Perkembangan dan perubahan geopolitik dan dinamika politik.
- Pembangunan yang memperhatikan visi dinamika jangka panjang ke depan, lengkap dengan tahap demi tahapnya.
- Bergesernya sistem mata pencaharian masyarakat dari sungai ke daratan.
Ke-5 hipotesis tersebut, akan kita buktikan secara ilmiah. Artinya, dengan menyertakan korelasi, hubungan sebab-akibat, bukti, serta verifikasi.
Perubahan dan perkembangan dalam hal transportasi
Apabila kita membuka kembali buku-buku geografi zaman dahulu, maka hingga dekade 1980-an, transportasi utama di Kalimantan adalah melalui jalur sungai.
Betapa sungai-sungai penting di Kalimantan, seperti: Kapuas, Melawi, Landak, Mempawah, Sambas, Pawan, Barito, Makaham, Katingan, dan Selor sangat sentral perannya dalam transportasi di masa lampau.
Meski kini telah modern, jalur transportasi dan angkutan melalui darat dan udara, jalur transportasi sungai masih digunakan. Terutama untuk mengangkut barang-barang dalam jumlah besar dan banyak keluar pulau, seperti: kayu, batubara, pasir, batu, bauksit, CPO, serta berbagai hasil bumi dari Kalimantan.
Jalur transportasi sungai kini hanya sebatas untuk lewat saja, sesuai namanya “transportasi”. Yakni transportare, trans yang berarti seberang/lokasi/tempat dan portare berarti: membawa pergi.
Jadi, jaur transportasi sungai di Kalimantan masa sekarang hanya untuk mengangkut barang-barang hasil bumi milik perusahaan saja. Jarang, bahkan tidak pernah, toke dan pedagang di Kalimantan lagi menggunakan tongkang, motor besar, dan kelotok untuk mengangkut barang dagangan seperti pra 1980-an.
Pada umumnya barang yang diangkut melalui jalur sungai adalah yang tahan lama, bukan barang konsumsi seperti makanan dan minuman yang mudah rusak/basi.
Kecuali di beberapa wilayah/ kabupaten yang sulit atau tidak ada jalan tembusnya seperti di Ketapang dan Malilau/ Tanjung Selor, jalur transportasi sungai masih digunakan.
Di masa lalu, jalur transportasi sungai ini sangat dominan. Selain sebagai jalan bagi keluar masuknya barang, juga keluar masuknya manusia. Bukti menunjukkan bahwa jauh lebih banyak penduduk luar masuk ke Kalimantan dan sebaliknya. Bahkan di beberapa tempat, seperti Kutai Kertanegara, Bulungan, Sekadau, Ulu Aik, dan Mempawah; ditengarai bahwa kerjaaan pertama adalah kerajaan Dayak.
Sedemikian rupa, berkembang dan berdinamika menjadi kerajaan di bawah kendali “orang luar”, orang pesisir, atau keturunan orang luar yang kemudian kawin-mawin, beranak-pinak dianggap atau menjadi orang setempat.
Perubahan jalur transportasi vital dan utama di Kalimantan dari jalur sungai melalui darat dan udara, otomatis mengubah pusat peradaban dan pusat kemajuan dan perkembangan. Pesisir yang dahulu dianggap, dan menjadi, pusat kemajuan dan simbol peradaban; kini semakin ditinggalkan.
Ketika pesisir makin sempit –dan permukaan tanah semakin turun dari tahun ke tahun—maka banjir di mana-mana. Orang tidak lagi suka menjadikan pesisir sebagai tempat hunian karena selain tidak nyaman, juga tidak aman.
Bandar udara yang baru tidak dibangun di tepi atau muara sungai, melainkan jauh masuk ke daratan. Dibangun di tempat di mana jalan raya melintas dan menghubungkan antar-kota.
Sebagai contoh, Bandar udara Sintang dibangun di antara wilayah Sintang dan Sekadau. Pembangunan Bandar udara ini, otomatis meramaikan sekaligus menggairahkan ekonomi penduduk sekitarnya.
Siapa yang memiliki tanah/ lahan di daratan?
Tak syak lagi. Orang-orang Dayak!
(bersambung)
Keterangan gambar utama: Penampakan depan keraton Kerajaan Sambas, Kalimantan Barat.
Gambar dalam teks: depan istana kerajaan Sintang.