Das Kapital dan Marx yang tak Pernah Mati

Berabad-abad telah lewat. Namun, ideologi Marxis tak pernah mati.

Indonesia beruntung melewati masa negara Leviathan era Orde Baru yang otoriter. Selain Kementerian Penerangan, Kejaksaan menjadi kaki-tangan Pemerintah membungkam lawan politiknya. Ada buku yang dianggap kurang mendukung, dan mengancam kewibawaan Pemerintah, langsung dilarang.

Satu di antaranya Das Kapital karya Marx.
Setelah lama menghilang dari sorotan, ideologi Marxis kembali menjadi pembicaraan hangat. Banyak orang dengan cepat menolak tanpa benar-benar memahami substansinya, menghasilkan penolakan yang tanpa dasar. Mungkin bijak bagi kita untuk mengerti dan membaca karya-karya langsung dari sumber ini, serta memahami siapa sosok Karl Marx sebenarnya.

Karl Marx adalah pemikir yang abadinya. Gagasan-gagasannya tetap relevan. Di kota Bandung, belum lama ini, mahasiswa menggelar seminar untuk mengkaji pemikirannya. Meskipun ada tantangan, upaya ini seolah menangkap angin. Gagasan-gagasan yang mengalir tidak pernah bisa dicegah.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ide Marxis? Apakah ide ini begitu buruk sehingga layak dihujat dan tidak pantas disebarkan? Untuk memahami ideologi ini secara lebih baik, sangat penting untuk membaca buku yang menjadi esensi gagasannya: “Das Kapital”. Dalam bahasa Jerman, “Das” berarti “the”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Modal”. Subjudulnya menggambarkan kritik terhadap politik ekonomi.
Pada saat semangat Reformasi muncul, kebebasan berpendapat dan keragaman pandangan mulai merajai negara kita. Yang sebelumnya dianggap tabu, sekarang dinilai dan diseleksi oleh masyarakat itu sendiri.

Seiring dengan ini, buku-buku yang membahas pemikiran Marx juga mulai muncul di Indonesia, salah satunya adalah “On Marx’s Capital” oleh Frederick Engels, murid Marx. Edisi dalam bahasa Indonesia tentang “Das Kapital” yang dialihbahasakan oleh Oey Hay Djoen dengan penyunting Edi Cahyono juga telah diterbitkan.

Meskipun ada empat volume dalam karya “Das Kapital”, fondasi utamanya terletak pada volume pertama. Buku ini menguraikan hubungan antara buruh dan kaum kapitalis, mengungkapkan bagaimana buruh merupakan motor dari seluruh aktivitas ekonomi. Marx merinci “rumus penipuan” yang digunakan oleh kaum kapitalis terhadap para pekerja, beserta contoh-contohnya.

Poin inti dari buku ini adalah bahwa Marx tidak mengusulkan teori revolusi yang dipimpin oleh kelas buruh dan perwakilannya. Sebaliknya, ia menyoroti krisis sebagai potensi pemicu revolusi. Inilah yang kemudian terungkap dalam “Manifesto Komunis” (1848), yang ditulis bersama Engels dan menjadi dasar teori komunis-sosialis. Ide ini akhirnya berdampak pada kaum borjuis, para pemilik modal, oleh kelas pekerja.

Menakjubkan bahwa seorang pria Yahudi berjambang lebat, lahir pada 5 Mei 1818, berhasil mempengaruhi ratusan juta manusia, termasuk di antaranya orang-orang Indonesia. Apa yang membuat ajarannya begitu memikat? Mengapa ideologi Marxis dan komunisme menarik perhatian begitu banyak orang?

Namun, ketika pemikiran ini diuraikan dengan tajam, kritis, dan tegas, tentu saja kaum kapitalis merasa terancam. Dua kekuatan utama, Blok Barat dan Blok Timur, menghadapi perbedaan ideologi, termasuk ideologi Komunis-Marxis dan berbagai alirannya seperti Leninisme dan Maoisme. Negara-negara bersekutu dan terbagi dalam blok-blok ini, termasuk Indonesia. Pada awal tahun 1960-an, semangat anti-kapitalis merebak di seluruh dunia, dan Indonesia juga terpengaruh. Inilah saatnya terbentuknya stigma politik tertentu.

Setelah sekian lama, isu Marxis kembali mengemuka. Banyak orang yang langsung menolak tanpa memahami esensinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami ide-ide ini dan membaca langsung dari sumbernya. Ini juga memberikan kesempatan untuk mengenal sosok Marx lebih dalam.

Karl Marx, tokoh komunis yang terkenal, telah tiada lama. Ia meninggal pada 17 Maret 1883. Pada saat pemakamannya, hanya sebelas orang yang hadir. Jasad penulis “Das Kapital” yang terkenal itu dimakamkan di Highgate Cemetery, London.

Salah satu dari sebelas orang yang hadir adalah Friedrich Engels, murid Marx. Bersama-sama, mereka merumuskan “Manifesto Komunis”. Dalam pidato penghormatan terhadap Karl Marx, Engels pernah mengatakan, “Nama, pemikiran, dan karyamu tidak akan pernah mati!”

Pada saat itu, mungkin itu terdengar berlebihan, tetapi kemudian fakta membuktikan bahwa hampir semua tokoh politik dan pemimpin dunia pada abad ke-20 terpengaruh oleh pemikiran Marx. Tokoh-tokoh seperti Stalin, Lenin, Mao Zedong, Fidel Castro, dan Che Guevara, terbuka atau tidak, telah menyerap ideologi Marxis, dan mengakui diri mereka sebagai penganut Marxisme.

Sungguh menakjubkan bahwa seorang pria Yahudi berjambang lebat, lahir pada 5 Mei 1818, berhasil mempengaruhi ratusan juta manusia, termasuk di antaranya orang-orang Indonesia. Apa yang membuat ajarannya begitu memikat? Mengapa ideologi Marxis dan komunisme menarik perhatian begitu banyak orang?

Pada masa hidup Marx, banyak negara terjebak dalam sistem politik dan ideologi yang otoriter. Para penguasa bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. *)

Share your love
Avatar photo
Biblio Pedia
Articles: 241

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply