Sepanjang sejarah sebagai editor Gramedia selama 20 tahun. Lalu sebagai Publisher dalam rentang masa 7 tahun terakhir.
Terus terang. Terang terus. Belum pernah saya jumpai narasi suatu klan/ suku bangsa Dayak selengkap dan setebal ini: 592 halaman. Diterbitkan Lembaga Literasi Dayak (2018).
Kandungan sajian gizi menu buku ini sungguh kaya. Selain membahas asal usul dan persebaran Lun Dayeh di Dataran Tinggi Borneo, hingga Brunei dan Sabah. Hal yang unik adalah bahwa di dalam buku terhormat ini termuat mitos, dongeng, legenda, kidung, pantun, dan nyanyian yang dalam bahasa setempat disebut “bengeng”.
Baca Katolik Dayak dan Dayak Katolik Itu seperti Apa Sih?
Tepatlah ungkapan dalam bahasa Yunani: autos hepa! Kita mengenali diri sendiri pertama-tama dari mitos dan tradisi, keluarga, dan masyarakat. Dari warisan nilai budaya dan adat tradisi. Dari nenek moyang yang mewariskan semua pada kita. Sebab tanpa mereka, tidaka ada kita. Apalagi cerita.
Maka dalam konteks warisan sejarah dan nilai-nilai tradisi itu, upaya kedua penulis mengabadikan jati-diri Lun Dayeh Idi Lunbawang patut mendapat apresiasi. Buku yang ditulis dua intelektual dan budayawan Lundayeh ini menjadi awal yang memancing penelitian dan publikasi berikutnya.
Dayak Lundayeh salah satu dari langkanya kita mendapati bukti-bukti-bukti sejarah berupa artefak2, batu, kuburan tua, dan etiologi (kisahan asal usul) nenek Moyang seperti Yupai Semaring yang meski legenda, tapi dapat dibuktikan pula.
Baca Industri Buku di Era the New Media
Saya merasa terhormat bisa turut membantu melahirkan buku yang dilaunching sekaligus dibedah pada puncak Aco Dayak Lundayeh, 9-15 Juli 2018 di desa wisata Pulau Sapi, Malinau. Buku berbobot, baik dalam arti harfiah maupun simbolik ini, ini ditulis tandem putra Lundayeh Idi Lunbawang: Dr. Yansen TP, M.Si. dan Ricky Yakub Ganang.
Dinarasikan dalam buku ini Dayak Lundayeh memiliki semangat budaya yang beraneka ragam warnanya. Budaya yang terus hidup bertumbuh serta berkembang dalam satu kekuatan budaya serumpun di Dataran Tinggi Borneo. Budaya yang memiliki makna dan nilai hakiki, menjadi citra dan kehormatan, bagi masyarakat Dayak Lundayeh dalam kesatuan masyarakat di pulau Borneo, di Indonesia dan di Asia Tenggara.
Baca The Dayak People and Their Culture as a Study of Contextual Theology from a Catholic Perspective
Buku ini dapat dikatakan yang terlengkap di genrenya: Monografi suatu klan/suku bangsa. Selain memaparkan sejarah, migrasi, persebaran, dialek, dan budaya. Juga termuat, secara terpisah di belakang, mitos dan legenda.
Komunitas Dayak yang menghuni kawasan dataran tinggi Borneo mulanya belum mengenal adanya batas negara sebagaimana saat ini. Kehidupan mereka sangat dinamis sesuai dengan aktivitas kearifan budaya dan lingkungan yang hidup dan bertumbuh secara alami.
Dalam perjalanan waktu yang panjang, kemudian menyatukan, mengkristal dan mengikat berbagai kebiasaan, adat istiadat, menjadi aturan dan hukum yang mereka sama-sama hormati serta jalankan secara turun-temurun.
Penataan wilayah dalam budaya Dayak, pada umumnya ditentukan oleh adat kebiasaan. Adat memiliki kekuatan dan legitimasi yang sangat kuat karena ditopang oleh sikap kesetiaan dan ketulusan hidup dari masyarakat Dayak itu sendiri. Mereka sangat sadar dan yakin bahwa segala se- suatu yang ada di alam raya ini mengandung makna dan filosofi yang sakral.
Dayak Lundayeh (Indonesia) Idi Lun Bawang (Malaysia dan Brunei) adalah satu asal. Tapak sejarah perjalanan migrasi nenek moyang dari Dataran Tinggi Borneo juga dapat ditemui di berbagai kawasan berupa situs peninggalan budaya berupa artefak kuno. Hal ini menunjukkan adanya peradaban dan kehidupan zaman batu. Di beberapa tempat kita temu- kan kuburan yang terbuat dari tempayan batu, peralatan bertani dari batu, peralatan pertukangan dari batu, dan peralatan dapur yang terbuat dari batu di desa Long Padi, Long Rungan, serta Long Mutan.
Baca Manusia Dayak Krayan (Lengilo’)
Ricky Ganang dengan bangga menyerahkan bukunya kepada salah para pembaca penting di Malaysia. Tentu ini kontribusi yang nyata bagi keberlangsungan suatu etnis yang mayoritas tinggald i Dataran Tinggi Borneo, terutama di Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Berbagai situs dan peralatan itu dapat kita saksikan pada berbagai bekas lokasi permukiman mereka yang tersebar di kawasan dataran tinggi Borneo. Sebagaimana yang dimiliki oleh salah satu etnis yang mempunyai sejarah panjang di Dataran Tinggi Borneo yaitu Etnis Dayak Lundayeh. Atau etnis Lun Bawang, sebutan lain dari nama Lun Dayeh di Sarawak dan Brunei Darussalam.
Ditengarai pada ketika ini populasi Dayak Lundayeh (Indonesia) Idi Lun Bawang kini tidak kurang dari 300.000 jiwa.*)
Keterangan gambar: Ganang menyerahkan bukunya kepada para penghulu dan datuk di Malaysia, antara lain bagi yang berhormat datuk Chan Chew Lun.