Thaumasia (keheranan) pada awalnya. Lalu bertanya. Inilah mula pangkal berfilsafat itu!
Saya heran. Mengapa email saya begitu banyak notifikasi?
Rupanya, setiap kali ada karya saya dikutip, Academia akan memberitahu. Dan memang. Google Scholar saya hingga hari ini telah mencapai angka: 2268. Tanpa sengaja. Dan memang bukan itu tujuan saya menulis.
Kunjungi https://scholar.google.com/citations?user=KGdAkIwAAAAJ
Saya juga heran. Mengapa gerangan artikel ilmiah yang saya tulis di jurnal Universitas Multimedia Nusantara, Desember 2010 Volume II, Nomor 2 berjudul “Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya dalam Studi Komunikasi” begitu banyak dikutip orang?
Setelah saya renung-renung. Hingga akar-masalah: Baik kiranya artikel itu saya olah, sedemikian rupa, menjadi: Buku. Agar sebanyak mungkin orang dapat mengecap daging, bukan sebatas kulitnya saja dari topik yang menjadi menu santapan pustakanya.
Bukankah artikel, secara leksikal berarti: narasi/ karangan pendek dari sebuah narasi yang panjang (Kamus Latin-Indonesia, halaman 68 ) yang berarti: bagian, fatsal, buku. Artikel dan buku relasinya hanya soal panjang/pendek tulisan!
Sebagai seorang dosen berpengalaman yang bertindak sebagai pembimbing dan penguji skripsi mahasiswa, saya telah menemui suatu hal yang selama pengalaman tersebut tidak pernah saya temukan sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan ketiadaan buku khusus, yang dapat disebut sebagai “monograf,” yang mengulas topik sebagaimana yang dijelaskan dalam judul buku ini.
Apabila kita memeriksa dengan cermat literatur mengenai teori-teori komunikasi, sangatlah mencolok bahwa tidak ada satu pun buku yang secara eksklusif membahas topik yang kami telusuri.
Buku-buku yang ada, dan jumlahnya sangat banyak, lebih condong kepada bidang seperti Semiotika, dan berbagai teori lainnya, termasuk Fenomenologi. Padahal, pada akhirnya, akar dari semua ilmu (mater scientiarum) adalah sama, yaitu Filsafat.
Sebagai seorang penulis yang pernah menerbitkan artikel ilmiah di jurnal, saya telah melihat banyak mahasiswa dan dosen yang menggunakan dan mengutip karya sederhana saya tersebut sebagai referensi dalam penelitian mereka.
Dalam proses ini, saya semakin yakin bahwa ada kebutuhan yang mendesak untuk merangkum materi tersebut ke dalam bentuk buku. Dengan menambahkan materi yang relevan dari berbagai sumber, tujuan saya adalah membuatnya lebih dapat diakses oleh berbagai kalangan.
Selain itu, bahasa yang saya gunakan dalam buku ini lebih bersifat populer daripada bahasa akademik. Hal ini dimaksudkan agar buku ini benar-benar dapat menjadi “buku panduan” yang membantu siapa saja yang ingin melakukan penelitian di bidang ilmu komunikasi menggunakan pendekatan tradisional atau teori hermeneutika.
Hermeneutika adalah sebuah konsep dan metode interpretasi yang digunakan untuk memahami teks, budaya, atau fenomena lainnya. Asal-usul kata “hermeneutika” berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari kata “hermēneutikos,” yang berasal dari kata kerja “hermēneuō,” yang artinya adalah “menerjemahkan” atau “menafsirkan.” Kata ini terkait erat dengan Hermes, dewa dalam mitologi Yunani yang dikenal sebagai penerjemah dan pembawa pesan antara dewa dan manusia.
Dalam dunia penelitian, peneliti sering kali diharapkan untuk menemukan unsur kebaruan (novelty) dalam karyanya. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan mengadopsi teori-teori baru yang jarang digunakan atau bahkan belum pernah digunakan sebelumnya.
Dengan demikian, hasil penelitian kita dapat memiliki unsur kebaruan yang menjadi ciri utama dari sebuah penelitian yang bernilai dalam berbagai bidang ilmu.
Buku ini dapat menjadi pintu masuk yang tepat bagi orang awam dalam bidang ini. Mereka dapat menggunakan buku ini untuk memperluas pengetahuan mereka tentang filsafat dan komunikasi, menggali konsep-konsep dasar, dan mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang topik-topik yang dibahas dalam buku ini. Dengan demikian, buku ini dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan yang memperkaya pemahaman mereka.
Bagi mahasiswa tingkat sarjana, buku ini dapat menjadi referensi yang berharga. Mereka dapat menggunakannya untuk menambah pemahaman mereka tentang teori-teori komunikasi yang mendasar.
Selain itu, buku ini dapat membantu mahasiswa dalam penelitian terkait topik mata kuliah komunikasi karena memberikan landasan teoretis yang cukup kuat.
Mahasiswa pascasarjana tingkat master dapat mendapatkan manfaat lebih lanjut dari buku ini. Mereka dapat menyintesakan kontennya untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep-konsep kunci dalam filsafat dan komunikasi. Ini dapat membantu mereka dalam mempersiapkan tesis atau proyek penelitian yang lebih canggih.Bagi mahasiswa pascasarjana tingkat doktor, buku ini dapat menjadi sumber inspirasi untuk penelitian yang lebih lanjut. Mereka dapat menggunakan buku ini sebagai “batu loncatan” untuk merumuskan dan mengembangkan teori-teori baru dalam bidang filsafat dan komunikasi. Buku ini dapat memberikan wawasan dan perspektif yang berharga yang dapat membantu dalam menciptakan kontribusi ilmiah yang orisinal.
Poin penting yang ditekankan adalah bahwa buku ini relevan dan bermanfaat bagi berbagai lapisan pembaca, mulai dari awam hingga mahasiswa pascasarjana. Ini menekankan inklusivitas pengetahuan dan wawasan yang dapat diberikan oleh buku ini kepada berbagai kalangan. Penting untuk menekankan bahwa manfaat dari buku ini sangat tergantung pada tujuan individu dalam membacanya dan bagaimana mereka memanfaatkannya dalam penelitian atau pemahaman mereka tentang filsafat dan komunikasi.
Sekilat mencicipi sajian menu gizi buku ini
Hermeneutika. Apakah gerangan makhluk itu?
Hermeneutika adalah sebuah konsep dan metode interpretasi yang digunakan untuk memahami teks, budaya, atau fenomena lainnya.
Asal-usul kata “hermeneutika” berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari kata “hermēneutikos,” yang berasal dari kata kerja “hermēneuō,” yang artinya adalah “menerjemahkan” atau “menafsirkan.” Kata ini terkait erat dengan Hermes, dewa dalam mitologi Yunani yang dikenal sebagai penerjemah dan pembawa pesan antara dewa dan manusia.
Hermeneutika pada dasarnya adalah seni atau ilmu interpretasi yang digunakan untuk mengungkapkan makna di balik teks atau pesan yang tidak selalu jelas dalam bahasa aslinya.
Penerapan hermeneutika dalam konteks akademis mencakup berbagai bidang, termasuk:
- Hermeneutika Sastra: Dalam bidang sastra, hermeneutika digunakan untuk memahami makna dalam karya sastra, termasuk puisi, cerita pendek, novel, dan teks sastra lainnya. Ini melibatkan analisis karakter, tema, simbolisme, dan struktur naratif.
- Hermeneutika Alkitab: Hermeneutika sangat penting dalam penafsiran teks-teks agama, terutama dalam agama Kristen. Ini digunakan untuk memahami dan menafsirkan Alkitab dengan lebih mendalam dan kontekstual.
- Hermeneutika Budaya: Dalam studi budaya, hermeneutika membantu memahami dan menganalisis fenomena budaya, seperti musik, seni, dan tarian, dengan fokus pada makna dan simbolisme di balik karya seni tersebut.
- Hermeneutika Filosofis: Dalam filsafat, hermeneutika digunakan untuk memahami dan menganalisis pemikiran filosofis, terutama teks-teks filosofis klasik. Ini membantu dalam menggali makna dan implikasi dari teori-teori filsafat.
- Hermeneutika Sosial: Dalam ilmu sosial, hermeneutika digunakan untuk memahami dan menafsirkan interaksi sosial, perilaku manusia, dan fenomena sosial lainnya. Ini membantu dalam memahami perbedaan budaya dan konteks sosial yang berbeda.
Selain dalam konteks akademis sebagaimana sekilas dibahas di atas, hermeneutika juga berperan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita membaca sebuah buku atau mendengarkan cerita, kita secara alamiah menggunakan hermeneutika untuk memahami pesan yang tersirat, simbolisme, dan makna yang mungkin tidak langsung jelas. Oleh karena itu, hermeneutika adalah alat penting dalam proses komunikasi dan pemahaman manusia terhadap dunia di sekitarnya.
Hermeneutika dalam konteks akademis
Setelah kita paham mengenai konsep dasar hermeneutika dalam bab sebelumnya, sekarang kita akan menggali lebih dalam tentang apa sebenarnya hermeneutika itu?
Hermeneutika bukanlah ilmu sembarangan, tetapi merupakan ilmu yang dengan metode dan langkah-langkah khusus untuk memahami suatu fenomenon, objek, peristiwa, atau teks secara benar dan menyeluruh.
Hermeneutika adalah seni sekaligus ilmu yang memungkinkan kita untuk menjelajahi makna di balik apa yang tampak pada permukaan. Ini adalah alat yang sangat penting dalam pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita, baik dalam konteks akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun, untuk benar-benar memahami hermeneutika, kita harus melihat lebih jauh lagi ke dalam sejarah dan konsepnya.
Asal-usul istilah “hermeneutika” dapat ditemukan dalam mitologi Yunani melalui figur Hermes. Hermes adalah dewa Yunani yang dikenal sebagai “penyampai pesan” antara para dewa di Olimpus dan manusia di Bumi. Dia adalah piawai dalam menafsirkan pesan-pesan dari dunia ilahi untuk disampaikan kepada manusia. Dalam konteks ini, Hermes memainkan peran penting dalam membawa makna dan pemahaman dari dunia atas ke dunia manusia.
Konsep hermeneutika memiliki akar dalam mitologi Yunani, terutama melalui figur dewa Hermes. Hermes adalah dewa penyampai pesan yang berperan sebagai perantara antara dunia dewa di Olimpus dan manusia di Bumi.
Sebagaimana diketahui bahwa Hermes dikenal sebagai sosok yang piawai dalam menafsirkan pesan-pesan dari dunia ilahi untuk kemudian menyampaikannya kepada manusia. Dalam konteks ini, Hermes memainkan peran penting dalam membawa makna dan pemahaman dari dunia atas (unknown) ke dunia manusia (known).
Dalam kerangka hermeneutika, peran Hermes sebagai perantara menjadi sangat relevan. Hermes mengisi peran sebagai penghubung atau jembatan antara apa yang belum diketahui (dunia atas) dan apa yang telah diketahui (known). Ini menciptakan suatu kesenjangan atau gap yang perlu dijembatani oleh Hermes, yang kemudian menjadi ikon dalam dunia hermeneutika. Dalam konteks tradisi penafsiran hermeneutika, peran dan kisah mitos Hermes ini menjadi sangat penting karena mencerminkan konsep dasar hermeneutika, yaitu upaya untuk mengartikan, memahami, dan menyampaikan makna dari apa yang tidak diketahui kepada apa yang diketahui.
Dengan kata lain, hermeneutika adalah suatu kerangka kerja atau pendekatan yang digunakan untuk mengatasi kesenjangan antara apa yang misterius atau tidak jelas dengan apa yang sudah kita ketahui dan pahami. Hermeneutika mengacu pada proses penafsiran dan pemahaman pesan, teks, atau konteks yang sering kali kompleks dan memerlukan pemahaman mendalam. Oleh karena itu, mitos Hermes yang berperan sebagai perantara dalam mitologi Yunani menjadi metafora yang kuat dalam memahami konsep dasar hermeneutika.
Hermeneutika dalam litasan sejarah
Hermeneutika adalah suatu disiplin ilmu yang berkaitan dengan interpretasi teks atau realitas. Istilah ini pertama kali dikenal dan dikembangkan dalam konteks penafsiran teks agama, khususnya dalam tradisi Kristen dan Yahudi pada Abad Pertengahan. Namun, ide dasar hermeneutika, yaitu usaha untuk memahami dan menjelaskan fenomena atau teks, telah ada dalam berbagai bentuk sejak zaman kuno.
Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah perkembangan hermeneutika:
- Zaman Kuno: Prinsip-prinsip dasar hermeneutika telah diterapkan dalam berbagai budaya kuno. Misalnya, di Yunani Kuno, Aristoteles membahas tentang interpretasi dalam karyanya “Poetics,” sedangkan di India, ada tradisi tafsir sastra yang dikenal sebagai “Alamkara Shastra.”
- Abad Pertengahan: Pada Abad Pertengahan, hermeneutika menjadi sangat penting dalam konteks agama, terutama dalam tafsir Alkitab. Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas adalah beberapa tokoh yang memainkan peran penting dalam pengembangan hermeneutika Kristen pada periode ini.
- Abad Modern: Pada Abad Pencerahan dan Abad Modern, hermeneutika mengalami perkembangan lebih lanjut. Tokoh seperti Friedrich Schleiermacher dan Wilhelm Dilthey memainkan peran penting dalam memahami aspek-aspek interpretasi teks dan realitas.
- Abad ke-20: Pada abad ke-20, kita menyaksikan perkembangan hermeneutika yang signifikan, terutama melalui pemikiran Martin Heidegger dan Hans-Georg Gadamer. Mereka mengembangkan konsep-konsep seperti “prejudice” (prasangka) dan “horizon of understanding” (horison pemahaman) yang mempengaruhi pendekatan hermeneutika modern.
- Hermeneutika Kontinental vs. Hermeneutika Analitis: Pada Abad ke-20 juga terjadi perdebatan antara hermeneutika kontinental, yang lebih berfokus pada pemahaman mendalam dan interpretasi teks, dengan hermeneutika analitis, yang lebih berorientasi pada pemahaman linguistik dan analisis teks.
Hermeneutika terus berkembang hingga hari ini dan telah mencakup berbagai bidang, termasuk sastra, filsafat, sosiologi, dan bahkan ilmu sosial dan humaniora lainnya. Di era kontemporer, berbagai aliran hermeneutika masih dipraktikkan, seperti hermeneutika fenomenologis, hermeneutika Gadamerian, dan hermeneutika kritis. Tentang hal ini, akan dibahas secara cukup detail pada bagian tersendiri nanti.
Dengan demikian, hermeneutika adalah tradisi ilmu yang berakar dalam sejarah panjang, dan penggunaannya dalam konteks penafsiran dan pemahaman fenomena atau teks tetap relevan hingga hari ini.
Diharapkan pustaka ini bukan hanya sumber pengetahuan, melainkan juga medium fleksibel yang dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pembelajaran dan penelitian dalam domain ilmu filsafat dan komunikasi.
Penulis berharap buku kecil ini akan membuktikan dirinya sebagai sumber yang bermanfaat. Saya sangat terbuka terhadap segala bentuk masukan, kritik konstruktif, serta saran yang berguna, yang dapat membantu menyempurnakan buku ini dalam edisi selanjutnya.
Kiranya terkandung keterbatasan buku ini, meski dikatakan “monograf” di vaknya yang masih langka. Tidak mungkin, dan bagaimana mungkin, memindahkan seluruh realitas dan semua pengetahuan tentang topik yang menjadi judul buku ini ke dalam “hanya” 112 halaman buku saja.
Anda yang ingin memiliki sendiri dan membaca tuntas buku ini, dapat memesannya di toko buku daring, buka 24 jam: https://bibliopedia.id/books/?v=b718adec73e0
Jika menginginkan edisi analog, print-book, juga dapat. Tinggal kontak penerbit, tersedia nomor WA dan email. Tinggalkan pesan. Dan Tim kami segera menunaikan pemesanan Anda.
Buku ini menambah khasanah dalam senarai pustaka yang pernah saya hasilkan sejak 1987, secara urut kacang, menjadi buku yang ke-139.
Terbit : 17 September 2023.
Scientia nostra, Scientia tuae comparata, ignorantia (St. Agustinus dalam Confess 11: 4.6). *)