Konten yang menjadi sajian utama gizi menu buku ini memotret. Sekaligus mengabadikan kunjungan Santo Bapa Yohanes Paulus II selama masa pontifikasinya ke luar tembok Vatikan. Menjadi hidangan pengalaman sangat mendalam yang penuh inspirasi. Ia sosok yang mencelikkan. Selain mengajarkan kepada kita tentang cinta sejati yang bertumpu pada dignitas manusia melampaui batas, menembus sekat tembok keakuan, komunitas, etnisitas, kebangsaan, serta tembok-pemisah kasta sosial, politik, dan ekonomi.
Paus Yohanes Paulus II. Yang asli namanya Karol Józef Wojtyła. Bukan hanya milik Polandia dan Italia.
Santo kelahiran 18 Mei 1920 di Wadowice, Polandia, dan wafat pada 2 April 2005 di Istana Apostolik, Vatican City, adalah seorang kudus dalam Gereja Katolik.
Ketika jasadnya disemayamkan di dalam gereja basilika St. Petrus, para pengunjung dengan tulus telah mendesak, “Santo subito, santo subito!”
Maka terjadilah demikian. Yohanes Paulus II menjadi seorang santo yang diakui dan ditetapkan secara resmi oleh Gereja sebagai orang kudus.
Penyelidikan kanonisasi Paus Yohanes Paulus II dimulai di bawah kepemimpinan Paus Benedictus XVI. Kemudian, pada tanggal 5 Juli 2013, Paus Fransiskus memberikan persetujuan untuk kanonisasi Paus Yohanes Paulus II, bersama dengan Paus Yohanes XXIII. Pada tanggal 30 September 2013, Paus Fransiskus menetapkan tanggal kanonisasi kedua Paus tersebut, yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 April 2014. Itu adalah momen penting dalam sejarah Gereja Katolik ketika dua Paus dikanonisasi secara bersamaan.
Fokus kita pada buku eksklusif ini. Buku berbobot yang menggambarkan kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke berbagai negara selama masa kepausannya ini sungguh memukau. Buku ini tidak hanya indah secara fisik dengan kertas art paper, warna-warni penuh, sampul keras dengan jaket, dan ketebalan 176 halaman, tetapi juga memiliki dimensi yang luar biasa besar, yaitu 25 x 35 cm, melebihi ukuran rata-rata buku.
Isinya begitu mengesankan. Buku ini mengingatkan kita pada sosok Santo yang menguasai belasan bahasa dan penuh dengan budi pekerti yang halus.
Pada tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia sebagai bagian dari perjalanannya ke 129 negara, menciptakan momen penting dalam sejarah hubungan antara Gereja Katolik dan Indonesia.
Khotbahnya di Stadion Gelora Bung Karno, yang dihadiri oleh lebih dari 100.000 orang, menekankan pentingnya rasa kebangsaan bagi umat Katolik Indonesia dan pesan persahabatan kepada umat Islam Indonesia.
Selama kunjungannya, Paus juga bertemu dengan Presiden Soeharto dan mengungkapkan penghargaannya terhadap falsafah Pancasila dan toleransi agama di Indonesia.
Buku ini benar-benar memberikan sudut pandang yang sangat kuat tentang salah satu syarat penting bagi seseorang untuk diangkat sebagai orang kudus dalam Gereja Katolik, yaitu sumbangsihnya untuk dunia. Melalui visual yang luar biasa dan kata-kata yang menggugah, buku ini menggambarkan bagaimana Paus Yohanes Paulus II dengan gigih berkeliling dunia selama masa pontifikasinya tanpa rasa takut. Józef Wojtyła serasa senntiasa ada di antara kita.
Buku ini secara visual mengabadikan kunjungan Paus, bahkan hingga ke Papua. Koleksi gambar yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya oleh fotografer berita Gianni Giansanti memberikan pandangan unik ke dalam tujuh belas tahun pertama masa kepausan Yohanes Paulus II.
Teks yang disusun oleh Marco Tosatti, koresponden Vatikan untuk La Stampa, melengkapi gambar-gambar ini dengan informasi dan wawasan yang mendalam. Mewarnai teks dengan visual.
Sedemikian rupa, sehingga genaplah pepatah bahwa, “A picture is worth a thousand words.” Gambar benar adanya adalah kekuatan komunikatif yang kuat dan dapat mengekspresikan konsep, nuansa, atau emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata saja. Sebagaimana buku ini “berbicara” lewat kekuatan gambar.
Buku ini bukan sekadar dokumentasi sejarah. Lebih dari itu, ia juga potret definitif dari sosok Paus Yohanes Paulus II, yang luar biasa dalam waktu yang luar biasa.
Teladan dalam hal kejujuran, perhatian, dan kesalehan pribadi
Paus Yohanes Paulus II dikanonisasi sebagai Santo oleh Gereja Katolik pada tanggal 27 April 2014. Proses kanonisasi untuk seseorang menjadi Santo dalam Gereja Katolik biasanya melibatkan beberapa tahap, termasuk penyelidikan tentang kehidupan, kekudusan, dan mukjizat yang mungkin terkait dengan orang tersebut.
Adapun alasan, mengapa Paus Yohanes Paulus II dikanonisasi sebagai Santo mencakup beberapa hasil penyelidikan, antara lain:
- Kekudusan Pribadi: Paus Yohanes Paulus II dikenal sebagai Paus yang memiliki kekudusan pribadi yang kuat. Selama masa kepausannya yang panjang, dia menunjukkan teladan kehidupan yang saleh dan dedikasi yang tinggi terhadap ajaran dan nilai-nilai Katolik. Keberpihakan dan kepemimpinannya dalam Gereja juga dianggap sebagai bukti kekudusannya.
- Pengaruhnya di Seluruh Dunia: Paus Yohanes Paulus II adalah seorang pemimpin global yang sangat berpengaruh. Ia berusaha untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, dan dialog antaragama di seluruh dunia. Kunjungan-kunjungannya ke berbagai negara dan upayanya dalam memperbaiki hubungan antara Gereja Katolik dan komunitas-komunitas agama lain diakui sebagai langkah-langkah penting menuju perdamaian dan persatuan dunia.
- Peran dalam Runtuhnya Komunisme: Perannya dalam runtuhnya komunisme di Eropa Timur dan kontribusinya terhadap kebebasan agama dan kemerdekaan di negara-negara tersebut dianggap sebagai pencapaian penting dalam sejarah. Paus Yohanes Paulus II secara terbuka mendukung perjuangan hak asasi manusia dan kemerdekaan agama.
- Mukjizat: Untuk menjadi seorang Santo, biasanya ada bukti mukjizat yang terkait dengan orang tersebut. Dalam proses kanonisasi Paus Yohanes Paulus II, ada beberapa klaim mukjizat penyembuhan yang dihubungkan dengan doa kepada Paus Yohanes Paulus II setelah kematiannya. Salah satu mukjizat yang diakui adalah penyembuhan seorang wanita Prancis dari penyakit Parkinson setelah berdoa kepada Paus Yohanes Paulus II.
Semua faktor ini, bersama dengan persetujuan dari Paus Fransiskus, berkontribusi pada kanonisasi Paus Yohanes Paulus II sebagai Santo dalam Gereja Katolik. Ia dihormati sebagai seorang pemimpin agama yang luar biasa dan panutan dalam iman Katolik.
Buku yang hidup tentang orang-hidup
Buku ini benar-benar memberikan sudut pandang yang sangat kuat tentang salah satu syarat penting bagi seseorang untuk diangkat sebagai orang kudus dalam Gereja Katolik, yaitu sumbangsihnya untuk dunia. Melalui visual yang luar biasa dan kata-kata yang menggugah, buku ini menggambarkan bagaimana Paus Yohanes Paulus II dengan gigih berkeliling dunia selama masa pontifikasinya tanpa rasa takut.
Dalam perjalanannya, Paus Yohanes Paulus II membawa pesan perdamaian, toleransi, dan kasih sayang kepada berbagai komunitas di seluruh dunia. Ia mempromosikan martabat manusia, keadilan sosial, dan hak asasi manusia.
Dengan penuh dedikasi, ia berusaha untuk membantu memperbaiki hubungan antara Gereja Katolik dan komunitas-komunitas agama lain, yang merupakan langkah-langkah penting menuju perdamaian dan persatuan di dunia yang terbagi.
Saat kita memahami lebih dalam kunjungan-kunjungan Paus Yohanes Paulus II yang terekam dalam buku ini, terutama di halaman 91 – 176 yang berjudul “Papal Journeys,” kita merasa seakan-akan berada di sampingnya dalam setiap langkah perjalanannya.
Gambar-gambar yang tersaji menjadi menu gisi sangat mengesankan. Diimbuhi caption yang informatif. Gabungan racikan gambar dan teks yang dihidangkan dalam meja-buku ini membuat kita merasakan kedekatan dengan sosok Santo Bapa yang baik hati asal Polandia ini.
Sudahlah tentu, kunjungan Santo Bapa ke luar tembok Vatikan ini adalah pengalaman sangat mendalam dan penuh inspirasi. Sosok yang mencelikkan. Sekaligus mengajarkan kepada kita tentang cinta sejati yang bertumpu pada dignitas manusia melampaui batas. menembus sekat tembok keakuan, komunitas, etnisitas, kebangsaan, serta sekat-sekat sosial politik dan ekonomi.
Santo Bapa yang lemah lebut mengajarkan kita tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sayang di dunia yang sering kali penuh konflik dan ketegangan. Melalui buku ini, warisan dan misi Paus Yohanes Paulus II untuk dunia yang lebih baik tetap hidup dan memotivasi kita semua untuk mengikuti jejaknya dalam mewujudkan perdamaian dan persatuan.
Sungguh buku yang hidup. Yang mengabadikan orang hidup. Buku ini seperti hendak memperingatkan kita, dan para pemimpin dunia, “Bangunlah jembatan, bukan tembok!”
Ya, bangunlah komunikasi. Bukan sekat-sekat perbedaan!
Ya. Karol Józef Wojtyła serasa enantiasa ada bersama kita. *)