Koompassia Excelsa di Kampungku

Tapang, kami orang Jangkang menyebutnya. Saya juga mafhum, bukan hanya kami saja menyebutnya demikian. Orang Sekadau dan Ketapang pun menyebut pohon dengan ketinggian mencapai 90 meter itu seperti itu.

Saya sungguh mengagumi pohon raksasa ini.  Di Jawa, disebut menggeris. Kadang disebut juga sialang dan tualang. Sedangkan nama latin, atau ilmiahnya: Koompassia Excelsa. Apa pun namanya, pohon dengan daun majemuk ini adalah jenis tumbuhan termasuk dalam suku Johar-joharan.

Batang pohon bawah, dekat tanah, berbanir lebar. Dahulu kala, dijadikan daun pintu, atau bundaran untuk menghalangi tikus masuk ke dalam lumbung padi.

Akan tetapi, tapang sesungguhnya adala sarang lebah.

Di kampungku, saat ini, masih ada 3 pohon tapang. Satu tampak dari rumah ayahku, ini dia, di mana ketika SMP saya pernah naik sampai di atas, hampir pada puncak, dahan yang ke-3.

Dibayangkan sekarang, alangkah ngerinya. Kami mengambil madu lebah waktu itu, anak-anak, dan 3 orang tua.

Untuk naik sampai di atas, dibikin pasak tangga. Di malam hari itu, kami naik sampai di atas. Saya masih ingat, di atas angin lebat, kencang sekali, saya sampai bergetar. Mana kulit pohon tapang itu sangat licin dan memang nyrempet-nyrempet bahaya melakukan hal seperti itu.

Apa pun namanya, pohon dengan daun majemuk ini adalah jenis tumbuhan termasuk dalam suku Johar-joharan. Angkuh, tinggi menjulang. Mencapai 90 meter ketinggiannya. Lebah-lebah suka bersarang pada dahannya.

Dengan segenap kekuatan, saya kumpulkan keberanian. Menunggu hingga ritual mengambil madu lebah selesai.

Ada mantranya, dinyanyikan. Kemudian, dengan pelepah kelapa kering yang dibelah, api dinyalakan lalu butir-nyala api jatuh ke bawah, sehingga lebah-lebah pun ikut keluar dari sarangnya. Tinggal sarang putih seperti lilin, berongga, yang di dalamnya ada madu dan telor lebah warna putih.

Semuanya diiris. Kemudian, dimasukkan ke dalam blek yang digendong dengan tali.

Saya pun turun ke bawah, dari ketinggian pohon 80 meter.

Gelap di malam hari. Harus hati-hati. Kaki harus dipastikan menginjak tanah dulu, baru tangan dilepaskan.

Saya masih ingat. Masih satu tangga lagi ke tanah. Saya mencoba, dengan kaki, apakah sudah menyentuh tanah. Tenryata, belum. Syukur tadi saya tidak jadi melepas kedua pegangan tangan pada tiang tangga pasak, dari batang bambu, dan tidak menjatuhkan kedua kaki ke bawah. Masih sekitar 5 meter di bawah baru sampai tanah!

Demikianlah pengalaman pernah naik pohon raksasa ini, sampai di ketinggian langit 80 meter.

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 728

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply