Virus Covid-19 tidak mengenal umur. Tidak mengenal jenis kelamin. Tidak mengenal status sosial. Sudah di vaksin atau belum di vaksin. Semua dapat terpapar olehnya. Banyak cerita yang di temui di sekitar kita tentang virus ini. Termasuk cerita tentang orang-orang yang terpapar. Ada yang dirawat di rumah sakit ada yang di isolasi mandiri (isoman).
Ada pelajaran penting dibalik isolasi mandiri. Pertama, untuk kesembuhan. Bagi yang terpapar keinginan untuk sembuh adalah keharusan. Maka selama isolasi mandiri berbagai cara dilakukan. Ada yang mencari berbagai obat untuk dikonsumsi. Meminum vitamin. Berolah raga. Berjemur. Menghirup uap air panas. Mengolah dan memesan makanan yang enak-enak. Tidak membebani pikiran dengan memikirkan hal-hal yang berat. Tidak kalah penting adalah berdoa.
Pelajaran penting kedua, selama masa isolasi mandiri adalah untuk tidak menulari orang sekitar. Perjumpaan dengan orang secara langsung dan tatap muka dihindari. Penggunaan masker dan menjaga jarak tertentu harus dipatuhi. Bekas tempat makanan dan juga tempat minuman harus benar-benar bersih saat dikembalikan kepada keluarga. Hand Sanitizer harus disediakan dengan dibalurkan atau disemprotkan di tangan atau wadah penampungannya sebelum dikembalikan.
Pelajaran ketiga dari isolasi mandiri adalah adanya ucapan syukur kepada Tuhan. Tuhan campur tangan membentuk antibodi melalui vaksin lengkap (dua kali vaksin). Saat terpapar tidak memiliki keparahan dibandingkan dengan yang belum di vaksin. Misalnya flu, batuk, meriang, badan terasa sakit, penciuman hilang, hilangnya selera makin hingga rasa sesak dipernafasan. Mereka yang terpapar karena belum di vaksin akan memiliki keinginan untuk divaksin setelah dinyatakan sembuh. Betapa menderitanya sakit karena virus corona.
Berikutnya pelajaran yang di dapat semasa isolasi mandiri adalah betapa yang sedang isolasi mandiri menjadi objek kasih. Orang-orang yang mengetahui kita sedang isolasi mandiri begitu bersimpati dan berempati. Mereka ada yang berdoa untuk kesembuhan. Memberikan motivasi untuk segera pulih. Mengirimkan obat, vitamin, masker, han sanitizer, makanan bahkan uang. Luar biasa bahwa yang isolasi mandiri tidak sendirian menghadapi virus Corona.
Masih Ada lagi pelajaran lainnya yaitu kita dapat melakukan kegiatan yang positif. Semisal mengikuti webinar, membaca, menulis dan kegiatan lainnya. semasa masa isolasi ini saya sendiri membaca beberapa buku.
Diantaranya dua kumpulan cerpen yaitu “Hari terakhir” (karangan saya sendiri), “Raut wajah senja” (karangan R. Masri Sareb putra). Dua buah Novel “Alena dan Perempuan Penyapu Halaman” (Karangan Pepih Nugraha). Buku lainnya “Ibu Pertiwi Memanggilmu, Menulis Sosok (tulisan Pepih Nugraha). Tentu tidak semua habis dibaca kecuali perempuan penyapu halaman. Sedangkan yang lain masih setengah jalan. Selain membaca juga menulis cerpen dan termasuk menulis bagian ini.
Tidak kalah penting pelajaran semasa isolasi mandiri adalah adanya keinginan untuk memberikan perhatian bagi mereka yang terpapar. Mengingat virus ini terus menjelajah maka tidak menutup kemungkinan nantinya akan menulari mereka yang lengah sedikit apalagi bagi yang abai terhadap protokol kesehatan. Inilah pelajaran yang didapatkan selama menjalani masa isolasi mandiri.