Sebuah kisah inspiratif. Sekaligus inovatif. Digali dari “buku hidup”. Bercerita tentang kemusykilan: dari seorang office boy menjadi Chief Executive Officer (CEO).
“Setiap orang pada galibnya punya satu buku,” kata peraih Hadiah Nobel bidang Sastra, Toni Morisson.
Hanya saja, papar perempuan berkulit hitam warganegara Amerika itu. “Ada yang telah ditulis, tapi lebih banyak yang belum ditulis. Yaitu sejilid buku tentang kisah hidup diri kita pribadi.”
Demikianlah keuntungan seorang penulis biografi. Ia telah membaca sejilid buku-hidup. Bahkan lebih dari membaca, sebelum orang lain benar-benar membaca dalam arti harfiah.
Ini buku tiak biasa. Mengisahkan hidup orang biasa, yang tidak biasa. Dari office boy (OB) menjadi direktur di kantornya tempat dahulu dirinya adalah OB.
Bayangkan! Bagaimana dia menghadapi anak-buah, pegawai, yang pasti menaruh padanya syak wasangka. Serta memandangnya sebelah mata, dengan kacamata under-estimate?
Apa yang membuatnya bisa?
Itu pertanyaan yang menarik! Namun, satu saja dulu dibuka: ia paling duluan masuk kantor, sebelum karyawan lain masuk. Ia lebih dulu baca koran, sebelum direkturnya membaca. Dan… pulang paling akhir.
Pekerjaan itu biasa. Tapi dijalaninya dengan berkanjang. Itu yang menjadi: tidak biasa.
Pria lugu itu mulai bekerja sebagai office boy di sebuah kantor LSM, tidak membuat nyalinya ciut. Sebaliknya, hal itu mendorong pria bertubuh gempal asal dusun Tanah Putih, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, ini berjuang sekuat tenaga mengubah garis tangan. Sembari bekerja, ia belajar.
Perlahan, namun pasti, kariernya bergerak ke kurva menuju makin puncak. Itulah seorang yang memiliki Adversity Quiotient (daya juang) tinggi, yang menurut Stoltz disebut seorang climber (pendaki) yang tak pernah puas hingga meraih puncak sebuah pendakian.
Anak kampung yang dilahirkan, dibesarkan, dan ada untuk rakyat jelata ini kemudian memenuhi panggilan tanah kelahiran. Oleh paman-pamannya yang lebih dulu mendirikan CU Keling Kumang, 1993, Yohanes Rumpak dibaiat menjadi salah seorang ujung tombak CU yang berkantor pusat di Tapang Sambas ini. Mula-mula sebagai General Manager, kemudian Chief Executive Officer (CEO), dan kini Managing Director Keling Kumang Grup.
Namun, apa beda Managing Director sebuah grup usaha Dayak dengan yang lain?
Lihatlah pada penyandang gelar Magister Manajemen, yang kini tengah mengambil program Doktor ini. Ia low profile, meski high performance. Dekat dengan para aktivis, lekat dengan pejabat. Ia pemimpin yang melayani.
Gaya bicaranya lepas. Dengan suara yang tegas, Yohanes selalu memberi arah ke mana haluan Keling Kumang Grup mengarah. Ia yakin bahwa Keling Kumang Grup adalah anugerah terindah dari Tuhan kepada seluruh bangsa, bukan hanya etnis Dayak
Buku ini mengisahkan perjalanan, sekaligus pergulatan, seorang anak manusia yang berhasil mengubah takdir. Dari, Dibesarkan, Untuk Rakyat Jelata.
Kisah Seorang Office Boy yang Menjadi. Sebuah pustaka yang wajib dibaca oleh para pendaki (climber) sebab menginspirasi sekaligus memotivasi, orang-orang yang tak pernah merasa nyaman di zona dan mendirikan kemah kepuasan. Hingga meraih puncak sukses dalam hidup.
Tepatlah apa yang dikemukakan motivator pesohor kebangsaan Amerika, Harvey Mackay,
“Our live change in two ways: through the people we meet and the book we read.”
Membaca kisahan dalam buku ini, kita bertemu sekaligus manusia dan buku, yang pasti akan mengubah hidup kita ke arah yang lebih baik lagi.
Jika kita ingin sukses, lakukan apa yang orang sukses lakukan!
Bersama Pritta Laura jadi penarasumber.