Perbatasan Indonesia dengan luar negeri, sejatinya, bukan hanya Kalimantan. Namun, Kalimantan menjadi spesial, dan menarik, karena keunikannya. Satu pulau dimiliki 3 negara. Lihatlah faktanya: makin kecil wilayah, makin tinggi status politisnya.
Brunei paling kecil: negara.
Sarawak sedang: negara bagian.
Kaltara, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim paling luas: provinsi.
Unik, kan? Dan makin kecil wilayah, makin makmur. Saya punya asumsi dan hipotesis jawaban “mengapa?” tapi bukan di sini tempat pembahasannya.
Khusus Kalimantan Utara, yang menjadi locus studiorum para penulis dan pegiat literasi, banyak angle yang belum diketahui dunia luar tentangnya. Misalnya:
1. Sisi geografi, etnologi, etno-lingustik dan sejarah sosial: Berapa luasnya? Apa etnis asli? Bagaimana sejarahnya? Persebarannya? Mengapa legenda, mitos, dan sejarah sosialnya bisa sama? Mengapa wilayah ini ketika konfrontasi dengan Malaysia menjadi basis / garda terdepan membela NKRI?
Nota bene: Saya paling tertarik dengan angle etno-lingustik ini . Ada sedikit clue, setelah menyelami sejarah masa lampau di tahun 1932 bagaimana Pdt. Preswood dan istrinya Fiolla meminta adanya khotbah dalam bahasa Lundayeh. Padahal, sejatinya, ada banyak klan di Krayan. Kajian etno-lingustik dapat mengacu ke karya Prof. Collins yang menemukan adagium: mana komunitas yang menguasai semua dialek, ia yang arkhais (asli). Ada asumsi, hipotesis, bahwa klan asli Krayan adalah: Lengilo’ –terbukti dari mitos juga tentang banjir besar yang menenggelamkan bumi Krayan dan yang tinggal: ilo’ (api, terang) itu saja.
2. Adat dan Budaya: Mengapa budaya serumpun dengan 2 negara tetangga sama?
3. Kuliner: Bahan sama, tapi mengapa sajian dan kuliner Lundayeh spesial?
4. Bahasa: mengapa Lun Bawang sama bahasanya dengan Lundayeh?
6. Pembangunan: Mengapa terjadi perbedaan perhatian pada titik perbatasan antara Negara tetangga dan Negara Indonesia? Mengapa ada satire “Garuda di dadaku, Malaysia di perutku”?
7. Pendidikan: Saya mencatat Doktor Lundayeh saja berbilang angka 30, jumlah terbanyak di antara etnis Dayak lainnya. Mengapa justru perbatasan sangat peduli pendidikan dan SDM?
8. Adakah kaitan folklor dan etos masyarakat –sesuai teori N-Ach McClleland dan Teori Pembangunan Dunia Ketiga?
9. Seperti apa dinamika sosial masyarakat perbatasan ini dibanding 10, 20, 40, 50 dan 100 tahun lalu? Mengapa mayoritas penduduknya beragama Kristen?
Cukup 9 saja, angka tertinggi.
Lain-lain, silakan eksplorasi. Itulah, antara lain, “miteri perbatasan” Kalimantan Utara yang belum diketahui orang!
Sumber foto: indonesiatraveler.id (Kalimantan-Utara-Krayan-Photo-by-@sapa_negeriku)