Memahami tidak identik dengan menyetujui. Ini hakikat toleransi. Suatu sikap belarasa, saling menopang, memikul (beban) di pundak orang lain.
Dengan kata lain, toleransi adalah membiarkan sesuatu/ hal yang dianggap baik, sebagai nilai dan prinsip hidup orang lain.
Jika selama ini kita merasa paling paling dan paling dalam hal beragama, cobalah membaca buku ini. Ditanggung. Usai membacanya, kita akan berbeda cara memandang. Setidaknya, mengerti bahwa satu objek multifacet. Terutama di dalam memahami Sang Ada, Sang Pencipta, Sang Sang Maha yang setiap agama mempunyai jalan yang dianggap paling menuju kepada-Nya.
Toleransi, dari kata Latin “tolerare“. Dikenal sejak abad ke- 14 di Perancis, istilah ini makna harfiahnya adalah MENANGGUNG. Jadi, dengan toleransi dimaksudkan adalah seseorang “menanggung” sagala, apa pun itu, dan membiarkan orang lain berbeda dengannya.
Maka sangat dianjurkan untuk membaca setidaknya buku ini terutama pada bab 7. Membahas satu dunia, banyak agama. Sampailah kita kepada apa yang disebut agama eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme. Apa yang dimaksudkan? Silakan membaca dan mengemulasi buku yang amat berharga ini!
Kalau hanya inklusivisme saja, satu agama hanya ibaratkan katak di dalam tempurung. Karena itu, suatu agama perlu eksklusif dan pluralis agar nilai-nilai universal diterima oleh semua manusia sepanjang zaman dan di manapun berada. Mutlak 1 agama di dalamnya terkandung otomatis moralitas. *