Pada halaman 63 dan 64 “Pendekar Sakti” Jilid 3 Kho Ping Hoo ini, kita membca teks sebagai berikut.
“Memang kita kaum sastrawan memandang dunia ini dari segi keindahan. Kita pecinta damai dan suka akan ketenteraman, sesuai dengan kehendak alam yang suci. Akan tetapi kita lupa bahwa dalam keadaan negara kacau, justeru ilmu silat yang jauh lebih penting dan lebih cocok untuk dipergunakan bagi kebaikan seluruh manusia! Kita lupa bahwa hidup ini memang perjuangan dan perjuangan itu tergantung dari keadaan. Kalau negara sedang dalam keadaan makmur dan damai, memang ilmu silat itu hanya mendatangkan kekacauan saja, dan ilmu kesusasteraan dan kesenianlah yang diperlukan untuk mengembangkan kebudayaan. Akan tetapidalam keadaan seperti sekarang ini…..”
Baca Karakter Para Penggila Kho Ping Hoo
“Akan tetapi, Gui-lopek. Bukankah ilmu silat itu adalah ilmu yang berdasarkan kekerasan, kasar, dan termasuk kepandaian yang jahat saja? Coba saja dipikir, untuk apa ilmu silat selain untuk dipergunakan pukulan menghantam orang lain, mempergunakan tandangan menyerang orang lain, memainkan senjata tajam dan membunuh? Nabi-nabi sepeperti Kong Cu, Lo Lu dan yang lain-lain, pernahkah mereka itu mempergunakan pedang untuk mengalahkan orang?”
Pembahasan
Kho Ping Hoo sastra universal. Sekaligus kontekstual. Seakan-akan abadi, untuk segala zaman. Camkan dengan saksama halaman 63 dan 63 serial “Pendekar Sakti”, buku yang ke-3 ini.
“Memang kita kaum sastrawan memandang dunia ini dari segi keindahan. Kita pecinta damai dan suka akan ketenteraman, sesuai dengan kehendak alam yang suci.”
Ini menunjukkan bahwa kaum sastrawan cenderung melihat dunia sebagai tempat yang indah dan damai. Mereka mencintai kedamaian dan ketenangan, yang mereka anggap sebagai sesuatu yang sesuai dengan prinsip-prinsip alam yang suci.
“Akan tetapi kita lupa bahwa dalam keadaan negara kacau, justeru ilmu silat yang jauh lebih penting dan lebih cocok untuk dipergunakan bagi kebaikan seluruh manusia!”
Namun, penulis menekankan bahwa dalam situasi di mana negara sedang kacau, ilmu silat menjadi lebih penting daripada ilmu sastra. Ilmu silat dianggap lebih cocok untuk digunakan demi kebaikan semua manusia dalam situasi seperti itu.
“Kita lupa bahwa hidup ini memang perjuangan dan perjuangan itu tergantung dari keadaan.”
Penulis mengingatkan bahwa hidup adalah perjuangan, dan jenis perjuangan yang dibutuhkan dapat bervariasi tergantung pada keadaan saat itu.
“Kalau negara sedang dalam keadaan makmur dan damai, memang ilmu silat itu hanya mendatangkan kekacauan saja, dan ilmu kesusasteraan dan kesenianlah yang diperlukan untuk mengembangkan kebudayaan.”
Dalam keadaan negara yang makmur dan damai, ilmu silat dianggap tidak diperlukan dan bahkan bisa menyebabkan masalah. Sebaliknya, di situasi tersebut, ilmu sastra dan seni dianggap lebih penting untuk mengembangkan kebudayaan.
“Akan tetapi dalam keadaan seperti sekarang ini…..”
Kalimat ini menunjukkan bahwa penulis tidak menyebutkan langsung keadaan saat ini, tetapi berpotensi menyiratkan bahwa situasi yang sedang dihadapi adalah kacau atau tidak stabil, yang menurutnya membutuhkan perhatian terhadap ilmu silat daripada ilmu sastra.