Aku Tidak Bisa

Rabu, 8 November 2023, menjadi saksi perubahan kecil namun signifikan dalam hidup saya. Duduk santai di serambi, saya menikmati keheningan sejenak setelah seharian penuh aktivitas yang menguras tenaga. Hari itu, dunia maya dan Telkomsel memutuskan untuk memberi saya istirahat dengan membatasi koneksi internet saya. Layar ponsel saya tetap sunyi sepanjang hari. Sambil menyeruput Kopi Krayan, saya memutuskan untuk membuka ponsel dan melihat pesan-pesan WhatsApp yang telah menumpuk.

Tak disangka, di antara pesan-pesan tersebut, ada satu pesan yang menarik perhatian saya. Seorang sahabat, sebut saja sebagai bapak Literasi, yang terkenal di Indonesia, memberi saya tantangan untuk menulis. Beliau telah menciptakan warisan literer dengan ratusan buku dan ribuan artikel yang merambah skala nasional. Pesan WhatsAppnya membahas Lembuswana dan Hindu-India. Dengan rasa kagum, saya merespons dengan emoji .

Tak berhenti di situ, bapak Literasi menantang saya untuk menulis tentang Gunung Kalvari. Saya, yang pada awalnya ragu dengan kemampuan menulis, menjawab dengan kejujuran bahwa saya tidak tahu topik apa yang harus saya tulis. Jawabannya, tak terduga, menginspirasi. “Nulis tentang topik yang tidak tahu ditulis,” katanya. Saya memutuskan untuk menerima tantangan itu, dan dia memberi semangat, “Pak guru pasti bisa.”

Pertimbangan saya tentang menulis berubah. Saya menyadari bahwa menulis bukanlah perkara mudah, tapi bukan alasan untuk tidak mencobanya. Tulisan ini bukan hanya tentang proses kreatif mengekspresikan ide, melainkan tentang sifat dan karakter manusia yang seringkali terjebak dalam kalimat “saya tidak bisa.” Ungkapan itu seolah menjadi belenggu yang merenggut semangat dan energi positif untuk berkembang.

Ketika seseorang berkata “saya tidak bisa,” seakan-akan dia memberi label dirinya sebagai manusia yang terbatas, tanpa melihat potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Saya merenung, bahwa kata-kata tersebut dapat menghancurkan semangat dan mengubah mindset menjadi negatif. Hidup ini membutuhkan optimisme, keluar dari kungkungan pesimisme yang seringkali menciptakan kebuntuan.

Saya menyadari bahwa berkata “saya tidak bisa” hanyalah memperkerdil kemampuan diri sendiri. Ini adalah bentuk autodepresi yang dapat merugikan diri sendiri. Ketika kata-kata ini menjadi kebiasaan, hidup menjadi monoton, tanpa perkembangan yang signifikan. Hidup memerlukan keberanian untuk mencoba, untuk tumbuh, dan untuk terus berkembang.

Jadi, mari kita ubah paradigma. Katakanlah “saya bisa” dan hadapi setiap tantangan dengan semangat. Jangan biarkan diri terperangkap dalam pola pikir negatif. Kita semua memiliki potensi untuk berkembang dan melakukan hal-hal yang luar biasa. Hentikan kebiasaan mengatakan “saya tidak bisa” dan lihatlah betapa indahnya perubahan yang dapat kita ciptakan dalam hidup kita.

Gambar: pixabay

Share your love
Avatar photo
Melvari Petrus
Articles: 2

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply