Selain belajar logika yang benar dan tepat di jurusan filsafat. Sebaiknya membaca buku yang benar. Dan yang tidak kalah penting: belajar dari guru-yang-benar!
Kita dikejutkan dengan heboh viral di media. Terkait Pernyataan “Belum makan berarti lagi kenyang.” Silakan Pembaca mencarinya di kanal Youtube! Seru habis.
Mari kita analisis menggunakan syllogisme kategoris Aristoteles pernyatan itu. Analisis menunjukkan hal yang demikian ini: bahwa pernyataan tersebut tidak mengikuti format syllogisme kategoris Aristoteles AAA dengan premis mayor, premis minor, dan term antara yang jelas.
Pernyataan di atas adalah contoh dari apa yang bisa disebut sebagai pernyataan informal atau ungkapan idiomatis, dan itu tidak mengikuti logika formal seperti dalam syllogisme Aristoteles.
Hasil dari analisis teks “Belum makan berarti lagi kenyang” juga telah menunjukkan bagaimana pernyataan tersebut dapat memiliki beberapa interpretasi yang berbeda, tergantung pada konteksnya, seperti belum sempat makan, buru-buru, atau belum masak. Itu adalah ilustrasi bagaimana bahasa seringkali kompleks dan kontekstual, dan tidak selalu mengikuti format logika formal.
Ini adalah contoh yang pas sebenarnya untuk membuktikan bagaimana pemahaman konteks dan bahasa yang lebih luas dapat memengaruhi cara kita menginterpretasikan pernyataan.
Kalimat pernyataan dapat dinilai sebagai benar atau salah berdasarkan fakta atau kebenarannya, sementara kalimat pertanyaan biasanya digunakan untuk meminta informasi atau klarifikasi dan tidak memiliki nilai kebenaran yang sama seperti pernyataan.
Kalimat pertanyaan digunakan untuk mengajukan pertanyaan dan meminta jawaban dari orang lain.
Ketika seseorang bertanya, “Anda sudah makan atau belum?”
Maka ia sebenarnya tidak mengajukan pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah. Ia hanya meminta informasi. Atau mengajak Anda untuk berbicara tentang apakah Anda sudah makan atau belum.
Oleh karena itu, tidak tepat untuk mengatakan bahwa menjawab pertanyaan semacam ini benar atau salah. Sebaliknya, kita dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan atau situasi Anda saat itu.
Jadi, kalimat pertanyaan tidak dapat dinilai benar atau salah secara logika. Mengapa? Sebab kalimat-tanya memiliki tujuan komunikasi yang berbeda. Yakni mendapatkan informasi atau berinteraksi dengan orang lain atas pertanyaan yang diajukan. Kadangkala jawabannya ya/tidak saja.
Logika entimema
Kesalahan lain yang kita temukan dalam format pernyatan itu adalah””logika entimema.”
Entimema adalah bentuk argumentasi atau pernyataan logis yang tidak lengkap atau tidak menyertakan semua unsur yang biasanya ada dalam syllogisme formal. Entimema sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam bahasa yang lebih santai daripada logika formal yang ketat.
Dalam entimema, satu atau lebih premis mungkin diabaikan atau dianggap jelas sehingga tidak perlu diucapkan. Ini adalah cara orang sering berbicara dalam kehidupan sehari-hari, di mana premis yang dianggap umumnya diketahui oleh pembicara dan pendengar.
Contohnya, dalam kalimat “Dia bersekolah dengan baik, jadi dia pasti akan lulus,” premis yang diabaikan adalah “Orang yang bersekolah dengan baik akan lulus.” Ini adalah contoh dari logika entimema.
Jadi, mari belajar/ kuliah Logika Formal di jurusan yang benar dan tepat (Filsafat).
Kenalilah “seni menipu” dalam retorika. Hanya orang yang paham logika, lihai menggunakannya untuk tujuan tertentu.
Maka selain belajar logika yang benar dan tepat di jurusan filsafat. Sebaiknya membaca buku yang benar. Dan yang tidak kalah penting: belajar dari guru-yang-benar!*)