“Betabak”, Ritual Adat Suku Dayak Desa Menguatkan “Semengat”

Dalam artikel tentang “Semengat dan Kej 1:27” saya mengatakan kalau ada kalanya semengat manusia itu bisa menjadi lemah. Berada dalam situasi lemah semengat tentu saja bisa menghambat seseorang dalam menjalin relasi dan komunikasi yang baik dengan Tuhan dan sesamanya.

Semengat haruslah selalu dalam keadaan kuat. Karena itu, bila dirasa atau dilihat sudah mengendor atau lemah semengat manusia haruslah dikuatkan kembali. Dalam kalangan kami suku Dayak Desa, ritual adat untuk menguatkan semengat dinamakan dengan betabak.

Untuk perlengkapan adat yang digunakan, masyarakat Dayak Desa menggunakan air yang dicampur dengan beras. Air ini nanti akan dipercikkan di atas kepala dengan menggunakan serat kulit pohon kepuak (Artocarpus elasticus).

Menggunakan beras karena dalam alam kepercayaan masyarakat adat Dayak Desa, beras memiliki beberapa fungsi: untuk meneguhkan hidup batiniah seseorang yang baru sembuh dari sakit atau terlepas dari kecelakaan, untuk menyumpahi orang yang tertangkap basah melakukan tindakan asusila dan kriminal tetapi tidak mengaku, menyucikan ladang dan tempat keramat, dll (Valentinus Saeng, 2015, hlm. 514).

Saya tidak menemukan sumber yang menjelaskan mengapa masyarakat adat Dayak Desa menggunakan serat kulit kayu kepuak sebagai bahan untuk betabak. Namun menurut penafsiran ringan saya, karena teksturnya yang kuat itulah makanya serat kulit kayu kepuak ini digunakan. Penggunaan tersebut sejalan dengan tujuan dari ritual betabak itu sendiri, yakni untuk menguatkan semengat.

 

Kapan ritual adat betabak dilakukan?

Dalam sebuah kesempatan saya sempat menanyakan hal tersebut kepada Ayah. Menurut beliau, betabak biasa dilakukan: saat seseorang mengalami mimpi buruk; saat memasuki rumah baru; terhadap pengantin wanita yang baru datang dijemput; saat ada tamu kehormatan datang berkunjung.

Mengalami mimpi buruk tentu saja akan membuat hati dan pikiran seseorang menjadi tidak tenang. Dia tidak bisa menjalani hari-harinya dengan baik karena selalu diliputi kekhawatiran. Dalam keadaan seperti ini, betabak harus dilakukan agar orang tersebut bisa kembali menjalani dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan tenang dan bahagia.

Sebuah keluarga yang hendak memasuki rumah baru juga harus ditabak. Dengan ditabak, seluruh anggota keluarga akan selalu diberi kesehatan yang baik, selalu hidup rukun dan damai serta diberi kemudahan dalam rejeki.

Dan secara khusus untuk suami dan istri, agar selalu dikuatkan dalam melewati tantangan dan rintangan dalam membina hidup berumah tangga. Agar selalu setia dalam untung dan malang, sehat dan sakit, suka dan duka.

Selain dari tujuan yang telah disebut, betabak sebelum memasuki rumah baru juga bertujuan menghalau segala roh jahat agar tidak turut serta masuk ke dalam rumah baru yang sebentar lagi akan ditempati. Jika tidak dihalau, dikhawatirkan roh-roh jahat itu bisa mengganggu dan merusak ketentraman dalam keluarga yang akan menempati rumah baru tersebut.

Betabak juga dilakukan terhadap pengantin wanita yang baru saja datang dijemput dari rumah orang tuanya. Dalam masyarakat adat Dayak Desa, penjemputan ini disebut dengan ngamik bini.

Ketika sudah sampai di rumah calon suaminya, akan diadakan serangkaian upacara adat untuk menyambut kedatangannya. Betabak merupakan salah satu yang termasuk di dalamnya.

Selain untuk mendoakan agar sang calon istri selalu sehat dan kelak bisa menjadi istri dan ibu yang baik, betabak dilakukan untuk menghalau roh-roh jahat yang mungkin telah menyertai rombongan pengantin selama dalam perjalanan.

Masyarakat Dayak Desa meyakini keberadaan roh-roh jahat di dalam alam. Roh-roh jahat ini seringkali mengacaukan niat dan rencana baik anak manusia. Perjalanan yang kadangkala mengalami hambatan dipandang sebagai karya si jahat yang bermaksud menggagalkan niat baik manusia.

Atas alasan tersebutlah betabak harus dilakukan. Tujuannya agar manusia bisa menata dan menjalani kehidupan dengan hati yang tenang dan damai.

Keyakinan di atas jugalah yang mendasari mengapa tamu kehormatan yang datang berkunjung harus ditabak. Pertama-tama, tentu saja mendoakan agar si tamu selalu diberi kesehatan yang baik dan umur panjang. Selain itu, untuk menghalau segala yang jahat agar tidak turut masuk bersamanya ke dalam kampung yang ia datangi.

Roh-roh jahat harus terlebih dahulu dihalau. Sebab, seluruh warga kampung tidak menghendaki kedatangan sang tamu, yan tentu saja datang dengan maksud baik, justru akan mengganggu ketentraman di kampung yang sudah lama terpelihara.

Selain dari beberapa contoh di atas, dalam kesempatan-kesempatan tertentu, ritual ini juga biasanya dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Dengan menabak anaknya, orang tua berharap agar mereka bisa bertumbuh dengan sehat. Agar  “gayu nyilu dan gerai nyamai” (berumur panjang dan selalu sehat walafiat).

 

Foto ilustrasi: Screenshot dari video Ibu Hendrika Ika ditabak saat menghadiri undangan pelantikan ketua DAD Kecamatan Kelam Permai dan pengurus lainnya (Sumber: instagram @Hendrika Ika. Penggunaannya sudah atas seijin Ibu Hendrika Ika).

Share your love
Avatar photo
Gregorius Nyaming
Articles: 33

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply