Inilah buku yang sekilas, namun sangat sangat telak, membahas kolonisasi Hindu India di Borneo. Sebuah catatan mengenai jejak pengaruh Hindu-India yang memberi nama Kalimantan, sebelum Borneo oleh orang bule, dengan nama: Varunadvipa.
Varunadvipa, disebut demikian, karena sebuah insula yang dikitari, dan berlimpah ruah dengan seribu sungai. Dijaga serta dipelihara oleh dewi air yang mulia.
Pulau Borneo, yang merupakan rumah bagi suku bangsa Dayak yang populasinya tidak kurang dari 8 juta jiwa. Umum mengetahui bahwa telah ada jejak-sejarah pengaruh Hindu-India di Muara Kaman, Kalimantan Timur, yang ditengarai dibuat pada sirka ujung abad 4 atau abad 5 Masehi.
Salah satu aspek yang menarik dari sejarah Borneo adalah kolonisasi Hindu yang mempengaruhi wilayah ini sejak zaman kuno. Dalam tulisan ini, kami akan menjelajahi aspek-aspek penting dari kolonisasi Hindu di Borneo, dengan fokus pada bukti sejarah yang ditemukan melalui prasasti-prasasti dan catatan-catatan kuno. Kami juga akan membahas peran penting agama Hindu dalam pembentukan budaya dan identitas di Brunei, serta dampaknya yang masih terasa hingga hari ini.
Varunadvipa: Nama Borneo era pengaruh Hindu India
Salah satu aspek menarik dari sejarah Hindu di Borneo adalah penggunaan nama Varunadvipa untuk merujuk pada pulau ini.
Varunadvipa adalah istilah dalam bahasa Sanskerta yang dapat diterjemahkan sebagai “Pulau Varuna.” Nama ini mencerminkan pengaruh budaya Hindu yang kuat di wilayah ini pada masa lalu. Prasasti-prasasti kuno mengungkapkan penggunaan nama ini, menunjukkan pentingnya identitas Hindu dalam sejarah pulau ini.
Bukti paling awal tentang koloni Hindu di Borneo ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno yang berasal dari sekitar tahun 400 Masehi. Prasasti-prasasti ini memberikan informasi berharga tentang struktur sosial dan politik saat itu serta praktik keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Borneo.
Paling telak tentang Varunadvipa, nama Kalimantan sebelum Borneo, ditemukan pada halaman 298 buku ini. Tak syak lagi. Pemangku, sekaligus penguasa Varunadvipa sebelum datangnya Hindu-India, adalah asli pemangku pulau dengan luas 743.330 km² adlaah raja lokal bernama: Kudungga.
Salah satu contoh prasasti ini mengacu kepada raja Mula-varman, yang merupakan putra dari Asva-varman dan cucu dari raja Kundunga. Prasasti-prasasti ini mencatat bahwa Mula-varman melakukan banyak korban Hindu, menggarisbawahi pentingnya agama Hindu dalam kehidupan masyarakat Borneo pada masa itu. Prasasti-prasasti ini juga memberikan petunjuk tentang organisasi politik dan sistem pemerintahan di wilayah tersebut.
Tulisan prasasti Yupa sebagai berikut:
srimatah sri-narendrasya; kundungasya
mahatmanah; putro svavarmmo vikhyatah;
vansakartta yathansuman; tasya putra
mahatmanah; trayas traya ivagnayah; tesan
trayanam pravarah; tapo-bala-damanvitah;
sri mulavarmma rajendro; yastva
bahusuvarnnakam; tasya yajnasya yupo
yam; dvijendrais samprakalpitah.
Atinya:
Putra Mahatmanah Raja yang Mulia Sri-narendra Kundungasya, yang terkenal sebagai Svavarmma, sebagai pendiri wangsa yang terkenal seperti Suman, dan sebagai putra Mahatmanah mereka yang mendirikan keturunan tiga puluh tiga yang berjasa dan kuat dalam penyucian diri. Inilah yupa dari yajna yang mulia yang dipersembahkan oleh para brahmana terkemuka.
Agama Hindu tidak hanya mempengaruhi aspek keagamaan di Brunei pada masa lalu, tetapi juga membentuk budaya dan identitasnya. Salah satu contoh yang menonjol adalah penggunaan gelar “Seri Bhagwan” oleh Sultan Brunei, yang artinya “Tuhan Yang Maha Kuasa.” Gelar ini mencerminkan pengaruh agama Hindu dalam struktur kekuasaan dan otoritas politik di Brunei. Ini adalah contoh konkret bagaimana agama Hindu berdampak pada institusi-institusi penting di negara tersebut.
Selain itu, seni dan arsitektur Hindu juga berpengaruh yang kuat dalam seni dan budaya Brunei. Kuil-kuil Hindu kuno dan relief-reliefnya, yang masih dapat ditemukan di beberapa tempat di Brunei, adalah bukti nyata dari warisan ini. Mereka menggambarkan cerita-cerita epik dari mitologi Hindu dan menunjukkan sejauh mana agama ini telah meresap dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Brunei pada masa lalu.
Meskipun agama Hindu tidak lagi menjadi mayoritas di Brunei dan banyak masyarakatnya menganut agama Islam saat ini, pengaruh Hindu masih terasa dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Nama-nama tempat, tradisi-tradisi tertentu, dan bahkan beberapa praktik keagamaan masih memiliki akar dalam warisan Hindu. Ini adalah bukti keberlanjutan pengaruh agama ini selama berabad-abad.
Kolonisasi Hindu di Borneo, atau Varunadvipa, adalah bagian penting dari sejarah Brunei yang sering kali terlupakan. Bukti-bukti arkeologis dan prasasti-prasasti kuno mengungkapkan pengaruh yang kuat dari agama Hindu dalam membentuk budaya dan identitas Brunei pada masa lampau. Meskipun agama ini tidak lagi menjadi agama mayoritas di negara ini, pengaruhnya masih terasa hingga hari ini.
Dalam buku pengarang menekankan pentingnya memahami kontribusi budaya dan ilmiah India dalam sejarah dunia. Dalam konteks kolonisasi Hindu di Borneo, kita dapat melihat salah satu contoh penting dari bagaimana budaya India dan agama Hindu telah memberikan kontribusi penting dalam membentuk sejarah dan identitas suatu wilayah. Bahasan yang paling telak tentang Varunadvipa, nama Kalimantan sebelum Borneo, ditemukan pada halaman 298 buku ini.
Penting bagi kita untuk menghargai dan memahami sejarah yang kompleks ini. Memahami pengaruh agama Hindu di insula yang kemudian, pada zaman penjajahan dinamakan “Borneo” membantu kita menghargai keragaman budaya dan agama yang ada di pulau terbesar dunia. Sekaligus mengungkapkan bagian yang sering kali terlupakan dari sejarahnya.*)
Data tentang buku ini:
ISBN: 9789383142347, 9383142340 Page count: 420 Format: Paperback Publisher: Ramakrishna Math, Hyderabad Language: English.