Tidak kurang dari 100 lusin telah dicetak turunan produk cover buku sejarah, Ngayau ini.
Inilah dia: inovasi mengalir
Jika telah bertemu 1 maka produk ikutannya akan mudah saja bergulir. Saya dan Prof. AB Susanto, pakar manajemen stratejik, menyebutnya: inovasi mengalir.
Suatu ketika, saya iseng saja.
Maklum sejak muda hiperaktif. Saya ambil cover novel sejarah NGAYAU. Saya ambil T-shirt putih polos, lalu meletakkan cover buku di dadanya. Saya foto, lalu tulis SOHIBERS FB YANG LUAR BIASA. JIKA DUA BENDA BEDA INI JADI SATU KEMASAN BERNAMA “T-SIRT” APA KOMENNYA?
Kaos ini dipakai para pesohor: mulai artis, hingga Miss World Malaysia 2014, Dewi Liana Seriestha. Dalam ilustrasi, tampak perempuan Bidayuh itu mempromosikan T-Shirt Ngayau. Kemudian, mengenakannya.
“Cetak kaos, bang! Dua macam, V neg untuk cewek dan oblong untuk cowok,” begitu saya menerima respons dari sahabat Fb.
Saya pernuhi permintaan itu. Cetakan pertama hanya: 2 lusin. Dalam seminggu ludes. Biaya cetaknya karena bahan bagus, rp90.000. Saya jual rp110.000.
Kemudian, cetak massal, sebanyak 50 lusin. Harga miring, tentu saja, karena kuantitas. Dalam tempo 2 minggu, habis. Saya mendapat keuntungan tambahan dari menulis buku.
Sejak 2019, saya memutuskan untuk tidak lagi mencetak T-Shirt ini. Saya memberi hak menggandakan dan menjual kepada sahabat, sekaligus dosen saya: Dr. Wilson. Sebagai ungkapan terima kasih murid kepada guru.
Kaos ini dipakai para pesohor: mulai artis, hingga Miss World Malaysia 2014, Dewi Liana Seriestha. Dalam ilustrasi, tampak perempuan Bidayuh itu mempromosikan T-Shirt Ngayau. Kemudian, mengenakannya.
Dalam sebuah forum ilmiah, saya menjelaskan evolusi ngayau masa ke masa: 4 kali. Dari headhunter, mengumpulkan piala (dunia sport), saling berebut tenaga kerja terampil di dunia SDM, hingga kepada ngagau masa kini: memerangi kemiskinan dan keterbelakangan. Ini teori baru yang saya bangun, merevisi teori yang dibangun para antropolog dan penulis barat. Seraya saya menambahkan: ada 5 motivasi Ngayau. Dan yang hakiki orang luar tidak paham: mempertahankan wilayah, klan, dan kehormatan suku bangsa.
Bangun konsep teori saya lalu banyak dikutip di mana-mana. Saya pernah dikasih tunjuk, ada media mainstream mengutipnya ketika menjelaskan fenomena amuk massa dan praktik tertentu yang mirip.
Atas teori itu, mereka katakan: itu bukan ngayau. Sebab alasan, pekik perang, tariu, dan segala casus belli-nya: harus dirumuskan bersama dan ada tata cara pemaklumannya. Dari tariu hingga upacara nosu minu hingga pengembaliannya kembali.
Ternyata, buku banyak produk ikutannya. Asalkan kreatif. Itulah hakiki ekonomi kreatif yang mengandalkan : imaginasi.
Buku.
Begitulah ikutannya. Ia, buku itu, jika kreatif, bukan sekadar buku.