“Crazy Rich”| Mengapa Orang Kaya Benaran Enggan Disebut Demikian?

Saya mempelajari dengan saksama.  Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kemudian, menonton beberapa nukilan sarat muatan pesan-nilai kisah 10 orang terkaya di dunia dan di Indonesia.

Dalam kisahan itu. Amat sangat terang benderang lah bagaimana mereka mendapatkan dan mengeluarkan uang atau investasi.

Uang adalah bukti kepercayaan masyarakat pada kita. Penghargaan atas usaha dan jerih payah kerja kita, yang tulus.

Orang kaya sejati. Rata-rata melalui proses yang panjang. Tidak ujug-ujug. Tidak tiba-tiba.

Bukan mereka yang tidak mau disebut seperti itu. Tetapi kitalah yang tidak mau, tidak rela.

Taipan seperti Jakob Oetama misalnya. Jelas menjalani clean business. Dengan tegas menyatakan bahwa Kompas-Gramedia dibangun melalui etika bisnis yang fair dan beradab.

“Uang adalah bukti kepercayaan masyarakat pada kita. Penghargaan atas usaha dan jerih payah kerja kita, yang tulus,” kata Jakob.

Dengan telinga kepala sendiri, saya mendengar. Dalam berbagai kesemptatan dan pertemuan, Pak Jakob selalu menegaskan visi KG itu.

Dalam konteks itulah. Justu kami sebagai orang dalam, karyawan, dan pegawai yang tidak rela disebut sebagai crazy rich .

Sebab dia berjiwa entrepreneur sekaligus socio=preneur.

Hal itu karena seorang Jacob Oetama tahu tujuan dia berbisnis dan membangun investasi. Manusia dan kemanusiaan adalah pondasi dan tujuannya.

Saya bisa menuliskan tentang itu. Pengalaman selama 20 tahun di Kompas Gramedia Group dalam buku yang tebalnya ribuan halaman.

Tunggu saja tanggal terbitnya.

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply