Sandal jepit pun jadi. Gak masalah. Satpam tidak akan mengusir, atau menolak anggota ke kantor, bertransaksi di Credit Union (CU).
Beda dengan ke bank, yang harus tampil necis. Rapi. Wangi. Alas kaki setidaknya sepatu-sandal. Untuk memadankan diri dengan para pegawainya yang berjas dan berdasi.
Maka tak heran, di Kalimantan, CU disebut “Bank Dayak”. Hal itu karena memang CU telah tumbuh sebagai lembaga keuangan non-bank, yang mengakar rumput. Terutama di kalangan masyarakat Dayak, penduduk asli Kalimantan, yang boleh dikatakan baru 3 dekade sebagian besar telah merasakan kehadiran CU. Suatu gerakan ekonomi kerakyatan yang membebaskan masyarakat akar rumput dari kemiskinan struktural.
Keadilan Tuhan itu nyata. Ada saja cara-Nya mengangkat suatu kaum, suku-bangsa. Menaikkan harkat martabat mereka, yang kadang direndahkan oleh sesama manusia, makhluk ciptaan-Nya. Padahal kesetaraan manusia pada martabat, bukan pada harta, pangkat, dan jabatan.
Tapi itulah dunia!
Tatkala orang Dayak masih terkungkung isolasi, mereka juga tertutup dari berbagai kemajuan. Salah satu yang menonjol adalah kemiskinan di bidang ekonomi. Kemiskinan itu parah, bahkan boleh dikatakan struktural. Harus ada pemebebasan, suatu gerakan mesianis.
Transaksi di suatu termpat pelayanan, setidaknya 300/hari. Berbagai transaksi. Ada yang mengajukan kredit. Ada yang menyimpan. Ada yang meminjam. Namanya juga: koperasi kredit simpan pinjam.
Dan untunglah. Yang ditunggu-tunggu itu, tiba. Sejarah Credit Union (CU), bisa dilacak dari buku yang telah disebutkan dan digambarkan pada tulisan pertama.
Namun, satu hal yang patut dicatat: CU, yang asasnya adalah koperasi, adalah: dari anggota untuk anggota.
Jika hari ini CU tumbuh subur, dan berkembang di pulau Kalimantan, hal itu karena Bibit yang baik ditaburkan di tanah yang subur. Maka hasilnya pun baik.
Lahan atau tanah itu adalah: kepercayaan. Padanan dari kata Latin “Credit”, dari kata kerja “credere”, orang ketika tunggal: Ia percaya.
Dan CU, yang nomen claturnya adalah Koperasi, hanya bisa tumbuh di mana anggota dan masyarakat saling percaya.
Percaya dipinjam dan meminjam –mengembalikan pinjaman pada waktunya dalam angka yang tepat pula.
Dan saya saksikan. Sehari anggota, di sebuah Tempat Pelayanan (TP), atau kantor, telah antre sejam, bahkan ada yang menginap sebelum buka.
Luar biasa!
Disiplin. Semangat. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai anggota, dan jika tidak dipenuhi akan mempengaruhi organisasi –organ, anggota tubuh– telah tumbuh di kalangan anggota. Yakni masyarakat Dayak, dan sebagian non-Dayak.
Transaksi di suatu TP setidaknya 300/hari. Berbagai transaksi. Ada yang mengajukan kredit. Ada yang menyimpan. Ada yang meminjam. Namanya juga: koperasi kredit simpan pinjam.
Namun, yang menarik di CU adalah: bunga pinjaman yang lebih rendah. Dan bunga simpanan yang relatif lebih tinggi (dari bank).
Bagaimana bisa hal itu terjadi?
Buktikan saja!
Keterangan gambar utama: anggota CU akan bertransaksi dan saya berbincang dengan salah seorang anggota CU di Ngabang.
Inset gambar: Saya di ruang seorang manager dan bersama anggota.
Whaoow mantaaaap, daripada pinjam via pinjom ala fintech, semua fintech adalah rentenir murni