Dir Dur Daeng| Saya Juga Suka

Saya pertama dapat viral lagu ini dari Tik Tok. Seorang sohib mengirimnya via WA. Adegan di mana lelaki legam bertubuh tambun sedang menyanyi lagu ini. Di sebuah kamar kost yang sederhana.

Mulanya lihat: Apaan sih? Ngaco. Kocak. Tapi lama-lama kok enak. Lagipula, lagu dan syairnya pas dengan gerakan mulutrnya.

Dalam hati, saya bertanya:, “Bahasa apan, sih, gerangan?”

Absurd. Suatu gejala: Nirmakna. Banyak orang bilang begitu. Namun, apa “Absurd” dalam khasanah filsafat? Albert Camus. Penulis buku The Myth of Sisyphus (1942) ini mendefinisikan absurd sebagai kesia-siaan pencarian makna di alam semesta yang tidak dapat dipahami, tanpa Tuhan, atau makna.

Ternyata, setelah ditelisik, tak bahasa apa pun. Absurd. Kemudian, penjual kelapa tepung (Kelapung) itu sekonyong-konyong viral. Tak hanya saya. Banyak orang suka.

Ihwal proses kreatif lagu nir-makna itu. Sarino berkisah.”Dulu, mau nyetel musik Muchsin Alatas. E… ketika dipetek, moro-moro bahasa kayak gitu. Jadi, ya judulnya Dir Dur Daeng!”

Parodi lagu kreasi Sarino ini, aslinya ciptaan Latif Han. Tak dinyana, lagu itu bikin namanya tenar. Dasar nasib lagi mujur. Hendak lari ke mana, tetap saja dikejar nasib baik.

Namanya “parodi lagu”. Tak-ada arti. Banyak orang bilang “Absurd”. Lha, ini kan sudah masuk khasanah flsafat. Tak-ada arti. Tapi sekaligus: ada artinya. Ia fenomena yang melampaui simbol. (Nanti kita bahas Absurditas Albert Camus. Penulis buku The Myth of Sisyphus (1942) ini mendefinisikan absurd sebagai: kesia-siaan pencarian makna di alam semesta yang tidak dapat dipahami, tanpa Tuhan, atau makna. Absurdisme muncul dari ketegangan antara keinginan kita untuk keteraturan, makna dan kebahagiaan dan, di sisi lain, penolakan alam semesta yang acuh tak acuh untuk memenuhi keinginan manusia.

Sehari-hari, Sarino berjualan Kelapung goreng – kelapa campur tepung. Ia jualan sudah 7 tahun lebih. Dengan sepedamotor, ia berkelilig. Mengukur kota Sidoarjo. Namun, dalam tempo 6 jam, dagangannya ludes. Ia berhasil menjual 5 kg kelapung.

Sarino aslinya, sederhana. Pria berkulit legam asal Bangkalan, Madura. Ia hidup dari berjualan kelapa dan tepung (kelapung) aneka bumbu dan penyedap rasa. Ada potongan sosis, dan goreng.

Kini setelah terkenal dan viral. Jika dia berjualan, banyak orang mengerubungi. Rame yang beli. Ia juga nyanyi lagu kreasinya itu. Di muka anak-anak. Remaja. Orang tua pun suka. Sembari bergoyang.

Secara tak sengaja, seorang perempuan telah merekam Sarino iseng menyanyikan lagu Muchsin Alatas, dengan bahasa Allien ini. Inilah yang kerap disebut “unintended consequenses”. Tak sengaja untuk viral dan jdi populer. Dasar nasib baik! Dan memang “absurditas” ini, seperti mewakili kita semua. Di tengah himpitan melonjaknya harga akibat meroketnya harga BBM dan ketidakadilan sosial baik sengaja maupun tidak sengaja.

Saya suka ini lagu. Berkali-kali saya putar-ulang. Tetap saja enak. Lucu. Gembira. Ada geli gelinya juga. yanyikan lagu Muchsin Alatas, dengan bahasa Allien ini.

Bagaiaman dengan Anda?

Ayo kira nyanyi bareng: https://www.facebook.com/musikindodandunia/videos/393588246248708

Daeng taing to baeing
Taing tu de baiing
Der bang dik kis doun
Der bang ding doun
Dir dur daeiing
Ding bikistong bikis daeng
Ding bikistong fiki baeiiing
Ting feng bikis toung
Nyiu feir dir daeing
Ih naou feir teing
You now fei teing
Tum sei taeing
Jelmeng bantalele
Jelbeng gelbrayyy
Auning feil ki ti song
Dil legal leggom
Immil gom e faii
Neg till leg teng….…………

sumber ilustrasi: https://www.youtube.com/watch?v=o_7CXDqj1jk

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 730

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply