Mengarang Lebih Menantang daripada Menulis

Writing.
Jika di Amrik, atau di England. Juga berlaku di belahan benua dan negara yang Inggris menjadi bahasa pengantar atau alat komunikasinya. Maka sepatah saja kata bisa untuk menggambarkan dua entitas bebeda dalam bahasa Indonesia sebagaimana judul di atas.
 
Antara dibedakan dan disamakan”menulis dan mengarang”, sama-sama masuk akal. Dan punya argumen yang sukar untuk dibantah kebenarannya.
 
Mengapa demikian?
Sebab dalam mengarang, ada unsur dan proses menulisnya. Dalam menulis, ada mengarangnya pula. Akan tetapi, jika lebih mau distingsi, mengarang dan menulis itu sesuatu yang berbeda pula.
 
Untuk orang awam, orang kebanyakan, tidak perlulah kita sok-sokan. Harus begitu, harus begini. Kalau gak begini, ya… salah!
 
Mengarang adalah istilah khusus untuk proses kreatif di dalam mecipta karya-karya fiksi. Sementara “menulis” lebih ke proses di dalam menghasilkan karya nonfiksi.
 
Namun, “menulis” lebih luas pengertiannya: bisa kedua-duanya, baik untuk mengarang maupun untuk menulis.
 
Dalam kalimat, perbedaan dan persamaannya akan terasa. Camkanlah yang berikut ini.
1) Tina mengarang cerpen. Tina menulis cerpen. (benar).
2) Tina mengarang artikel ilmiah untuk dimuat jurnal terakreditasi Sinta (salah). Tina menulis artikel ilmiah untuk dimuat jurnal terakreditasi Sinta (benar).
 
Ketika menjadi narasumber Seminar atau Lokakarya menulis kreatif, biasanya saya membedakan antara: mengarang dan menulis. Namun, untuk orang awam, orang kebanyakan, tidak perlulah kita sok-sokan. Harus begitu, harus begini. Kalau gak begini, ya… salah!
 
Entah buat orang lain. Khusus buat saya, mengarang ternyata lebih menantang — untuk tidak menyebut “sulit” dibandingkan menulis. Menulis ada bahan-bahan mentahnya. Tinggal diramu, diracik, sesuai menu yang akan kita sajikan.
 
Dalam konteks ini, para pakar Creative Writing, yang saya setujui tanpa reserve. Mereka memaklumkan bahwa: mahkota dari karya tulis adalah NOVEL bukan BUKU Nonfiksi. (Tentang hal ini, akan dibahas pada narasi tersendiri nanti).
 
Selain itu, “mengarang” mesti orisinal. Yakni menuangkan tulisan dari isi kepala, imajinasi, dan fantasi dari sang pengarangnya ke dalam tulisan.  Sebagai penulis profesional, seseorang harus bisa menggabungkan antara “dulce et utile”, keindahan dan isi cerita.
 
Plus, satu lagi: keterampilan merajut kisahan itu menjadi: komoditas.
Itulah creative industry, ekonomi kreatif itu.
Yakni kegiatan olah intelektual dari yang nothing menjadi something. Dari ide kosong menjadi uang.
 
Itulah kreativitas! Itulah pula: inovasi.
Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply