Dayak telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam hal habitus literasinya. Dulu, literasi di kalangan masyarakat Dayak mungkin terbatas, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka telah tumbuh dan berkembang menjadi individu yang semakin terampil dalam membaca dan menulis. Ini adalah indikasi bahwa budaya literasi telah memainkan peran penting dalam perubahan sosial dan pendidikan di komunitas Dayak.
Pergeseran dalam pendekatan meneliti dan “menulis dari dalam” kini semakin mengemuka di kalangan masyarakat Dayak. Fenomena ini menandakan bahwa mereka tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, tetapi juga aktif dalam menghasilkan pengetahuan mereka sendiri. Meneliti masalah-masalah yang relevan dengan budaya dan kehidupan mereka sendiri memungkinkan mereka untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri dan lingkungan mereka.
Peningkatan dalam publikasi hasil penelitian telah menjadi kebiasaan di kalangan perguruan tinggi dan masyarakat Dayak pada umumnya. Terutama di lingkungan akademik, penelitian dan publikasi merupakan bagian integral dari setiap gerak langkah dan helaan napas. Hal ini tidak hanya meningkatkan khasanah buku dan literatur yang berkaitan dengan budaya Dayak, tetapi juga menguatkan posisi mereka dalam dunia ilmiah dan memungkinkan mereka berkontribusi secara aktif dalam memahami dan mempromosikan kekayaan budaya mereka sendiri.
Upaya untuk mengembangkan literasi di kalangan suku bangsa Dayak, yang memiliki populasi sekitar 8 juta orang di seluruh dunia, telah menjadi suatu habitus yang positif dalam komunitas mereka. Hal ini telah mendorong banyak akademisi, pakar, dan cendekiawan Dayak untuk aktif meneliti dan melakukan publikasi tentang berbagai aspek budaya, sejarah, dan pengetahuan tradisional mereka.
Salah satu contoh yang mencolok adalah Dr. Patiria Ganing, seorang cerdik cendikia perempuan Iban yang saat ini mengajar di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI). Dr. Patiria Ganing telah menjadi salah satu tokoh terkemuka di Kalimantan Barat dan telah membangun reputasi positif karena sering melakukan kunjungan muhibah dan pertukaran ilmu pengetahuan dengan berbagai komunitas Dayak dan non-Dayak.
Salah satu kontribusi penting dari Dr. Patiria Ganing adalah bukunya yang berhubungan dengan topik Iban. Buku ini telah menjadi salah satu referensi utama dalam pemahaman tentang budaya dan sejarah suku Iban, serta memberikan wawasan yang berharga kepada orang-orang di dalam dan di luar komunitas Dayak.
Upaya-upaya seperti ini menjadi landasan yang kuat untuk meningkatkan literasi dan pengetahuan di kalangan suku bangsa Dayak, serta mempromosikan penghargaan terhadap warisan budaya mereka. Semoga upaya ini terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Dayak dan masyarakat umum.
Profil kedua penulis ini mencerminkan kompetensi dan dedikasi. Tidak diragukan lagi. Maka miliki, dan baca, buku ini dengan saksama. Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
“Entelah” adalah suatu bentuk teka-teki atau permainan yang ada dalam masyarakat Iban. Ini mirip dengan teka-teki dalam budaya Nusantara dan di seluruh dunia, tetapi memiliki keunikan dalam strukturnya.
Struktur “Entelah” Iban terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
Pernyataan atau suara: Ini adalah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam teka-teki.
Tempat atau latar: Ini adalah konteks atau latar belakang di mana teka-teki tersebut diajukan.
Pembayang atau ulu lungga: Ini adalah elemen yang memberikan petunjuk atau penjelasan lebih lanjut terkait dengan teka-teki.
Jawaban atau lalai: Ini adalah jawaban dari teka-teki tersebut.
Keunikan dari “Entelah” Iban adalah tambahan elemen “tempat” atau “latar” dalam strukturnya, yang tidak umum ditemukan dalam teka-teki lain di dunia. Tema-tema yang digunakan dalam pembuatan “Entelah” ini terkait dengan lingkungan dan budaya masyarakat Iban, termasuk tema anatomi manusia, tema flora dan fauna, serta tema peralatan sehari-hari.
“Entelah” Iban bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai alat interaksi sosial, pendidikan, dan penguji pikiran dalam masyarakat Iban. Buku yang Anda sebutkan berisi dokumentasi “Entelah” yang telah dikumpulkan di lapangan, khususnya di daerah Subis, Miri, Sarawak, sehingga dapat menjadi referensi penting untuk memahami dan mempelajari lebih lanjut tentang tradisi ini dalam budaya Iban.
Pada sinopsis (ringkasan kandunan konten buku) di sampul belakang, tertulis hal yang demikian ini.
”Buku ini juga mengklasifikasikan entelah Iban berdasarkan pembayangnya. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi dalam menjaga warisan budaya masyarakat Iban dan memberikan informasi yang berguna kepada para akademisi dan pembaca tentang warisan tradisi Iban yang sangat berharga.”
Tentang Penulis
Patricia Ganing (Ph.D.) adalah seorang anak kelahiran Miri, Sarawak. Beliau memiliki gelar doktor (PhD) dalam bidang sastera lisan, serta gelar sarjana dalam bidang sastera lisan (2013), gelar sarjana muda sastera (2007), dan diploma pendidikan (2008). Sebelum memulai karirnya sebagai pengajar di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), beliau bekerja sebagai guru selama tiga tahun.
Patricia juga diakui sebagai salah satu tokoh Dayak oleh Lembaga Literasi Dayak Kalimantan. Saat ini, beliau aktif dalam penelitian sosio-budaya masyarakat Iban di Sarawak dan Kalimantan, dengan kerjasama penyelidik di Kalimantan, terutama dalam studi yang terkait dengan budaya masyarakat Iban.
Asmiaty Amat (Ph.D.) adalah seorang Profesor Madya di Pusat Penataran Ilmu dan Universiti Malaysia Sabah (UMS). Beliau meraih gelar sarjana kesusasteraan Melayu dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan gelar PhD dalam Pengajian Melayu dari Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya.
Fokus penelitian Asmiaty terutama terkait dengan kritik sastra Sabah dan Sarawak. Beliau juga aktif dalam penelitian mengenai adat dan budaya masyarakat pribumi.
Profil kedua penulis ini mencerminkan kompetensi dan dedikasi. Tidak diragukan lagi. Maka miliki, dan baca, buku ini dengan saksama. Maka Anda akan paham mengenai salah satu khasanah kekayaan adat dan budaya suku bangsa Iban, yang ditengarai sebagai kontributor populasi Dayak terbanyak sedunia dengan 1,2 juta jiwa, tersebar di Sarawak dan Kalimantan Barat dengan 24 subsuku.
Dalam buku ini, penulis memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan dan tradisi suku Iban yang memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Dengan kompetensi dan dedikasi mereka, pembaca akan dihadapkan pada potret yang mendalam dan menyentuh tentang warisan budaya yang unik ini. Menjelajahi buku ini adalah jendela ke dalam dunia suku Iban yang begitu berharga dan bervariasi, yang telah menjadi bagian penting dari populasi Dayak yang luas.*)