Intisari buku yang kita bahas, seharusnya seerti judul buku ini.
Artificial Intelligence (AI)” dalam bahasa Inggris, yang secara bebas diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai “Kecerdasan Buatan.”
AI merujuk pada pengembangan komputer dan sistem. Perangkat yang mampu melakukan tugas-tugas yang memerlukan pemikiran dan tindakan yang, jika dilakukan oleh manusia, akan memerlukan olah kecerdasan yang lebih lama. AI bertujuan untuk membuat komputer dan sistem berperilaku dengan cara yang mirip dengan cara manusia berpikir dan mengambil keputusan.
Buku terbitan Elex ini memusatkan perhatian pada penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja dalam 50 perusahaan berbeda. Maklum, rupanya hasil terjemahan. Setidak-tidaknya kumpulan dari 50 pengalaman best practice (praktik-baik) yang diracik. Sedemikian rupa, menjadi sebuah buku -dengan metode pendekatan tematik.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua pembaca saat ini bekerja di perusahaan. Oleh karena itu, konsep terbaik dalam penggunaan AI di perusahaan sebenarnya dapat diterapkan pada individu juga. Seperti yang diungkapkan oleh Murphie dan Potts (2003), teknologi adalah perluasan dari kapasitas manusia. AI adalah alat yang sangat pintar yang diprogram oleh manusia, tetapi tidak memiliki emosi atau perasaan.
Perdebatan tentang apakah teknologi akan menggantikan peran manusia terus berlanjut. Namun, yang pasti adalah bahwa AI adalah alat yang sangat canggih, meskipun tidak memiliki aspek emosi manusia. Kita dapat mengingat perdebatan serupa sepuluh tahun lalu tentang komunikasi melalui hologram.
Saat ini, ilmuwan di Universitas Tokyo telah berhasil mengembangkan teknologi proyektor hologram yang dapat merender objek tiga dimensi dengan sangat realistis. Teknologi ini menarik perhatian dalam konteks digitalisasi dan pertelevisian. Secara keseluruhan, teknologi komunikasi telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi. Masyarakat masa depan kemungkinan akan menjadi masyarakat maya yang mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk komunikasi, budaya, politik, dan ekonomi.
AI adalah alat yang dapat memperluas kemampuan kita sebagai manusia. Namun, penting untuk diingat bahwa AI tidak dapat menggantikan manusia yang memiliki kecerdasan alami (Natural Intelligence), yang memiliki perasaan dan emosi yang kompleks yang tidak dapat direplikasi oleh AI.
Sebagaimana diungkapkan oleh Marc van der Erve (2006), meramalkan masa depan melibatkan spekulasi yang didasarkan pada penghubungan dengan masa kini dan masa lampau. Menurut pandangan McLuhan, teknologi media adalah perluasan dari kemampuan manusia. Alat dan perlengkapan adalah perluasan dari keterampilan manusia, sedangkan komputer adalah perluasan dari kapasitas otak. Dalam konsep lebih lanjut, dunia saat ini dan masa depan dianggap sebagai “kampung besar,” di mana komunikasi dan interaksi dapat terjadi tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
Istilah “kampung besar” ini merujuk pada kosmos yang bersatu, di mana manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan mudah melintasi batas-batas geografis. Teknologi komunikasi, seperti hologram, telah mengatasi hambatan ini, menciptakan era digital di mana informasi dapat dengan mudah diakses dan tersebar seperti di kampung tradisional.
Perubahan dari “kampung kecil” tradisional ke “kampung besar” digital melibatkan perubahan dalam pola komunikasi, aksesibilitas waktu dan tempat, serta perubahan budaya. Media elektronik telah memainkan peran penting dalam menyatukan budaya, politik, dan sosial di seluruh dunia.
Film futuristik menggambarkan bagaimana teknologi hologram memungkinkan komunikasi yang tak terbatas dalam waktu dan ruang. Keluarga di masa depan dapat tetap berkomunikasi secara real-time meskipun berada di lokasi yang berbeda, berkat teknologi hologram yang memungkinkan kehadiran maya di berbagai tempat. Kecerdasan buatan (AI) memang sangat membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
AI adalah alat yang dapat memperluas kemampuan kita sebagai manusia. Namun, penting untuk diingat bahwa AI tidak dapat menggantikan manusia yang memiliki kecerdasan alami (Natural Intelligence), yang memiliki perasaan dan emosi yang kompleks yang tidak dapat direplikasi oleh AI.
Kita harus tetap menjaga kendali atas teknologi dan tidak membiarkan diri kita dikuasai atau dijadikan alat oleh alat dan teknologi tersebut.
Tentang buku ini. Meskipun mungkin terlambat dalam penerbitannya, tetapi buku ini memiliki nilai yang tinggi. Buku ini disusun dengan struktur yang baik, berisi informasi yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, buku ini layak dibaca dan dipelajari oleh pemula yang ingin memahami topik ini.
Bagi mereka yang sudah memiliki pengetahuan sebelumnya. Buku ini dapat menjadi sumber referensi yang memperkuat pemahaman mereka.
Dengan bantuan Kecerdasan Buatan (AI), 50 perusahaan telah mencapai kesuksesan, yang sekaligus memberikan kontribusi kepada ribuan karyawan yang merupakan anggota perusahaan-perusahaan tersebut. Ini menggambarkan bagaimana penggunaan AI telah berdampak positif pada produktivitas dan kesuksesan perusahaan serta memberikan manfaat bagi anggota tim mereka.
Kesuksesan perusahaan yang didukung oleh AI juga menciptakan kesuksesan bagi ribuan karyawan yang terlibat dalam perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan AI bukan hanya menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, tetapi juga berdampak positif pada perkembangan dan kesuksesan individu dalam konteks perusahaan. Informasi ini dapat bermanfaat bagi semua orang, termasuk pembaca, untuk memahami dampak positif AI dalam dunia bisnis dan tenaga kerja.*)