Komunikasi adalah proses menciptakan dan membangun saling pengertian dengan orang lain. Sebenarnya, yang paling pokok dalam komunikasi bukan pertama-tama terletak pada prosesnya, tetapi pada isi (content)-nya. Penting tidaknya isi komunikasi sangat bergantung pada enkoder-dekoder, selain suasana dan konteks pada saat itu.
Dalam (ber-)komunikasi, kejujuran merupakan kebaikan tertinggi (summum bonum). Berkata dan menyampaikan informasi dengan jujur adalah kebaikan tertinggi itu sendiri.
Kejujuran dalam berkomunikasi diukur dengan pengungkapan fakta apa adanya. Manakala fakta yang diungkapkan benar, sesuai dengan kenyataan, maka secara etika komunikasi bisa dikatakan sudah jujur dan kebenaran sudah terpenuhi. Kebenaran yang dimaksudkan ialah kebenaran korespondensial, yakni kesesuaian antara pernyataan-pernyataan yang disampaikan dengan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya terjadi .
Nilai atau kadar kejujuran dalam komunikasi, dengan demikian, dapat ditakar dari seberapa berkorespondensinya pernyataan yang disampaikan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.
Bagi umumnya bangsa Barat, mereka akan terus terang berkata dan menyampaikan isi hati dan pikiran apa adanya. Kejujuran bagi mereka adalah menyampaikan apa adanya, baik fakta maupun informasi. Sebaliknya, bagi bangsa Timur, berkata apa adanya dianggap kurang ajar, tidak sopan, dan berkata jujur dapat menyakiti hati orang lain.
Apakah nilai kejujuran di sini berbeda? Nilainya sendiri tidak, kejujuran tetap dijunjung tinggi. Hanya saja, kultur yang berbeda. Selain itu, cara mengatakannya lain. Jika dalam bangsa Barat, komunikasi terjadi secara lugas, apa adanya, blak-blakan. Sebaliknya, pada bangsa Timur isi dalam komunikasi pada umumnya dibugkus dalam metafora, simbol, bahkan kerap paradoks. Untuk mengerti isi atau pesan sesungguhnya maka bahasa dan simbol-simbol ini harus ditafsirkan lagi.
Communications skills di tempat kerja
Keterampilan berkomunikasi, sesuai dengan redefinisi kecerdasan, semestiya diarahkan untuk memecahkan dan menjawab setiap persoalan. Bahkan, dapat menjadi nilai tambah tersendiri dalam segala bidang dan di setiap tempat, termasuk di tempat kerja.
Seseorang yang terampil berkomunikasi, berpeluang unggul dibandingkan orang lain. Akan tetapi, di era yang penuh dengan persaingat saat ini, menurut The National Skills Task Force di Inggris, keterampilan berkomunikasi saja tidak cukup agar sukses di tempat kerja.
Masih diperlukan sejumlah keterampilan lain lagi, yakni beberapa keterampilan yang disebut sebagai keterampilan generik (generic skills). Keterampilan (ber-)komunikasi masih ditempatkan pada nomor satu, namun seseorang harus pula menguasai keterampilan yang lain.
1. Literacy Skills: keterampilan membaca maupun menulis, membuat catatan, memo, tanda tangan, surat-menyurat, membuat dokumen pendek dan panjang.
2. Physical Skills: kemampuan menjaga kebugaran fisik dan atau stamina.
3. Number Skills: keterampilan menambah, mengurangi, membagi, memahami desimal atau cakap dalam menghitung, dan / atau menguasai matematika dan statistika.
4. Technical ‘Know-How’: cakap mengunakan dan mengoperasikan alat atau mesin, menguasai produk dan layanan, terampil menggunakan tangan.
5. High-level Communication: menguasai keterampilan komunikasi top-down, termasuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, memerintahkan, menyelenggarakan pelatihan atau mengajar orang, membuat pidato atau presentasi dan menulis laporan panjang. Keterampilan ini juga terkait dengan pentingnya menganalisis masalah yang kompleks secara mendalam.
6. Planning: merencanakan kegiatan, mengatur waktu, dan berpikir ke depan.
7. Client Communication: menjual produk atasu jasa, konseling atau peduli pada pelanggan atau klien.
8. Horizontal Communication: bekerja dalam tim atau kelompok, mendengarkan kolega dengan sabar dan penuh simpati.
9. Problem-Solving: mendeteksi, mendiagnosis, menganalisis, dan memecahkan masalah.
10. Checking Skills: keterampilan mengamati dan mencatat hal-hal yang penting untuk perbaikan dan peningkatan.
Kesuksesan seseorang di tempat kerja bergantung pada sejauh mana ia dapat mengelola informasi. Masalahnya, bukan terletak pada seberapa banyak informasi yang dikomunikasikan, namun pada bagaimana membuat makna dari informasi itu, kemudian men-sharing maknanya.
Komunikasi adalah upaya berbagi informasi. Masalahnya, bagaimana caranya kita menciptakan makna? Caranya ialah mengubah informasi menjadi gagasan. Gagasan ialah apa yang kita katakan dan kita tulis. Ketika berkata, atau menulis, kita membuat kalimat.
Gagasan, dengan demikian, ialah pemikiran yang diekspresikan ke dalam kalimat.
Gagasan atau ide sangat penting dalam (ber-)komunikasi. Gagasan ialah mata uang dari komunikasi.
Seperti halnya mata uang, gagasan bisa dinyatakan dalam denominasi besar atau kecil. Ada gagasan besar, ada pula gagasan kecil. Seperti mata uang, gagasan punya nilai dan nilai itu dapat saja berubah. Satu gagasan dapat sangat berharga, sementara gagasan lainnya merosot nilainya.