Terutama jelang wisuda. Dan upacara sekaligus ritual perayaan kelulusan dalam suatu tradisi perguruan tinggi. Seorang yang lulus dengan memuaskan diberi gelaran, menurut tradisi kuno perguruan tinggi tertua sedunia, yakni: Cum Laude.
Ada macam-macam tingkatannya. Bergantung kepada tradisi dan kebiasaan suatu negara, dan perguruan tinggi pula. Yang saya mafhum, di luar negeri, perguruan tinggi tertua dunia –terutama Eropa dan Amerika– menyematkan tingkatan yang berikut ini, Yang didasarkan pada raihan Indeks Prestasi Kumulatif (GPA) dan waktu tempuh-belajar mahasiswa,
1. Cum laude: 3.5–3.6 GPA.
2. Magna cum laude: 3.7–3.8 GPA.
3. Summa cum laude: 3.9–4.0 GPA
Kembali ke pengucapan, atau sebutan Cum laude.
Sebagai pembelajar Bahasa Latin di pendidkan formal selama 6 tahun, saya risih mendengar. Bahkan di kalangan profesor dan staf akademik.
Umumnya, mereka yang gak ngerti Latin, menyebut: kum laud.
Mari saya terangkan dari mana: laud menjadi laud+e.
Aslinya, Cum Laude ini dari kosa kata Latin “laus” kasus ablativus, (genitive : laudis).
Kata Latin “laud” jika diawali dengan “cum” yang artinya: bersama, dengan, disertai; maka kasus nominativus “laud” tadi, menjadi “ablativus”, jadi berakhiran: e.
Ditengarai, telah digunakan pada 1872. Aslinya dari Harvard University. Yang serta merta merambah dunia perguruan tinggi, termasuk Indonesia. Namun, ada yang salah kaprah di negeri kita. Apalagi, jika bukan: ucapannya yang keliru!
Dalam Latin, ada yang disebut tasrif, padanan “kasus” untuk kata menerangkan. Asli kata “pujian” dalam Latin (kata kerja) adalah: laudere. Kata benda menjadi “laud” (laus, laudationis) –> dibaca: laud. Namun, jika dimulai dengan “cum” yang artinya: bersama, dengan, disertai; maka kasus nominativus “laud” tadi, menjadi “ablativus”, jadi berakhiran: e.
Maka: cum laude.
Dibaca: kum laude.
Anda, setelah membaca tulisan ini, dan mafhum. Jangan lagi ikut-ikutan yang salah!
Harus benar di dalam pengucapannya.