Salah seorang Dayak bertelinga panjang itu bernama Simson.
Ia seorang Kenyah. Usia kini 73 tahun. Boleh dibilang, penjaga rumah betang/ lamin di Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Jika kita menggali, dan paham, filosofi di balik telinga panjang ini dalam maknanya. Kadang, kita menilai salah karena terbatasnya informasi dan data. Sedemikian rupa, sehingga kesimpulan juga salah –sesuai dengan apa yang kita persepsikan. Seperti telinga panjang ini.
Jika tidak ada lagi manusia Dayak bertelinga panjang. Apakah ciri yang membedakannya dari monyet dan orangutan?
“Telinga berlubang ini ada maknanya,” terang Simson.
“Kalau laki-laki, tidak panjang berjuntai. Pendek saja. Sebab ia ke hutan. Jika nanti panjang, nyangkut di dahan kayu atau akar-akaran, atau perdu,” terangnya.
Saya mendengarnya dengan saksama. Di depan lamin desa Pampang (21/05-2021), Simson meneneruskan. “Yang wanita, karena tinggal di rumah, panjang telinganya.”
Lalu apa filosofi manusia Dayak bertelinga panjang?
“Untuk membedakannya dengan orang utan atau monyet,” terang Simson.
Saya mengagumi jawabannya. Selain tingkah laku dan sikap. Ternyata banyak ide orang Dayak membedakan dirinya dengan orang utan dan monyet.
Salah satunya, melalui: telinga panjang.
Nah, nanti. Ke depan. Jika tidak ada lagi manusia Dayak bertelinga panjang. Apakah ciri yang membedakannya dari monyet dan orangutan?
Pertanyaan menarik. Namun jawabannya tidak mudah. Bedanya, tentu, pada: perilaku dan rasio. Sebab, per definisi, manusia adalah: animal rationale.
caption:
- Simson, salah seorang sisa manusia Dayak bertelinga panjang.
- Angela, model Dayak yang telah tidak berpanjang telinga.
Simson the great