NGAYAU: Misteri Manusia Kepala Merah (Teu Fung Theu) adalah karya fiksi. Novel sejarah yang menceritakan pengayauan yang dipraktikkan suku Dayak, penduduk asli Borneo yang kini populasinya tidak kurang dari 8 juta.
Yang unik, meski terang disebut novel-sejarah, dan karya fiksi, novel ini ber-catatan kaki. Sangat langka sebuah novel bercatatan kaki. Apa maksud pengarang dengan mengkakikan catatan pada novelnya ini? Silakan pembaca membaca. Dan menelitinya. Kemudian, menyimpulkannya.
- Mendirikan Betang
- Tariu
- Teu Fung Theu
- Sabang Merah dan Panglima Burung
- Penyelamatan Ka Kon
- Pasukan Seribu Kuil
- Darah Purifikasi
- Hio untuk Akong 9. Babae
- Macatn Gaikng dan Tulah Sirok Somah
- Tengkorak Orang Sakti 12. Batu Janji
- Kompunan 14. Pengacau Huma
- Rasi Bintang dan Kultivasi Padi
- Tiga Pasang Nabau
- Silih Dosa dan “Tragedi Sambas”
- Perangkap Majapahit
- 19. Loh Gender dan Akal Bulus Abang Jubair
- Ponimpokng Ompuk
- Pertarungan Menyelamatkan Kapuas Epilog Eunomia Mae Kola Jora
Setelah pertarungan di tepi Kapuas. Entekong sebagai pusat pemerintahan Indonesia Serikat tumbuh jadi negeri gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo. Rakyat hidup teguh bersatu padu, bahagia, aman sentosa. Semua berazam terus berkhidmat pada negara di bawah seorang pemimpin arif bijaksana. Sebab demikianlah hakikat sebuah negara-kota: memakmurkan dan ada untuk warga.
Hal itu karena Panglima Burung telah memanggil secara telepati pikiran Plato (abad 4 sM) dari negeri Yunani kuna ke tanah Dayak, lalu masuk ke diri seorang muda arif bijaksana. Namanya gabungan Dayak dan Yunani: Eunomia Mae Kola Jora. Dia Rektor Universitas Negeri Dayak berkedudukan di jantung pulau Borneo. Arti namanya: Dewi keadilan tak pernah menderita. Wanita rektor itu berasal dari trah dan darah Panglima Burung yang mengambil studi S-1 di Universitas Tanjungpura, S-2 di Universitas Brawijaja, dan S-3 di California.
Gabungan kearifan lokal, nusantara, dan visi global ada dalam dirinya. Ia dipilih secara aklamasi dalam sekali putaran Pemilihan Langsung yang diadakan KPU Republik Indonesia Serikat, dengan dukungan suara 99%. Dipilih memimpin pertama-tama bukan karena kepandaiannya, melainkan karena arif bijaksana. Rektor itu berusia 21 tahun. Termuda di antara profesor yang ada di Indonesia Serikat waktu itu.
Selain profesor di bidang teknologi hijau (green tech), wanita belia nan jelita itu juga pakar bidang telekomunikasi nirkabel. Terkenal karena percobaan di laboratorium miliknya mengklon manusia-manusia arif bijaksana. Di sebelah ruang percobaan Prof. Eunomia Mae Kola Jora adalah lab rekannya, Prof. Eirene David Mendel yang adalah keturunan ilmuwan Gregor Johann Mendel, rahib Katolik penemu teori genetika yang terkenal dengan teori “Principles of Inheritance”.
Teori Mendel kemudian dielaborasi dan dikembangkan Prof. Eunomia Mae Kola Jora untuk memanggil roh leluhur orang Dayak secara modern, namun ia gunakan secara bijaksana, hanya untuk kebaikan dan kepentingan umum saja.
Hal yang unik, manusia hasil klon sang profesor muda setelah diuji: SEPERTI MANUSIA DAYAK PURBA! Manusia Dayak purba yang jujur, polos, terbuka, open minded, serta memanfaatkan sumber daya alam secara bijak dan menjaganya secara berkesinambungan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Serikat benar-benar tercapai, bukan hanya ada dalam orasi para petualang politik.
Equilibrium dan harmoni terasa hingga strata dan kelas-kelas sosial. Undang-undang yang adil didasarkan kepentingan umum dan eunomia, sehingga mengeliminasi perseteruan dan konflik politik. Mae Kola Jora berdiri di tepi sungai Mengkiang lalu membaca beberapa catatan kuno yang berada di genggamannya.
“Kekuak….” Dengan kata-kata lirih, namun tegas dan jelas. Mendadak langit di suatu area terjadi lompatan energi listrik membentuk kilat. Secara perlahan mendadak di area tersebut terlihat pesawat kuno yang telah ribuan tahun mengambang di langit tanpa tersentuh dan tidak akan terkena tabrakan mengenai pesawat lain karena memiliki teknologi yang sangat tinggi.
Mae Kola Jora tersenyum dan berkata, “Kita akan segera saling bersilaturahmi, saudaraku.…” Ratu adil telah datang. Ia Eunomia Mae Kola Jora. Lahir dari reruntuhan, setelah mengalami proses panjang dan berbelit. Setelah banjir darah purifikasi! TAMAT
Harga buku Rp 110.000,–