Novel yang berhasil dan monumental bukan yang tebalnya ribuan halaman. Tetapi ingat bahwa The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald hanya 200 halaman.
Saman karya Ayu Utami “hanya” 197 halaman, tapi tuntas membahas topiknya, disukai, luas dibahas, dan laku sebagai komoditas.
Demikian juga Dari Lembah ke Coolibah karya Titis Basino yang “hanya” 150 halaman, tapi bernas dan memenangkan hadiah MASTERA (Majlis Sastra Asia Tenggara).
Atau yang lebih “tipis” daripada itu, tapi kemudian menjadi sangat disukai dan masyhur karya Kahlil Gibran, The Prophet (Phone Media) hanya 96 halaman dan The Madman (Alfred A. Knopf), “hanya” 71 halaman.
Jadi, yang penting dalam novel bukan panjang-pendek atau tebal tipisnya.
Hal yang pokok adalah: apakah cerita suatu novel tuntas? Apakah salah satu atau beberapa peristiwa dieksplorasi sedemikian rupa, menjadi kisahan yang unik dan meninggalkan kesan mendalam?