Panglima Jilah| Baca Biografinya Ini!

Tak syak lagi. Seluruh mata tertuju kepada sosok berpostur sedang, dengan tubuh dipenuhi tato itu. Terutama warga Borneo. Juga terbetik dari liputan media, warga Jakarta menaruh pula perhatian pada perhelatan biasa, namun jadi luar biasa karena bisa “memaksa” Presiden Joko Widodo datang menghadirinya. Meski bisa jadi tak ada dalam agenda resmi kepresidenan, di hari itu.

Apa pun,nyatanya pada 29/11-2022 di Pontianak. Presiden Jokowi telah bertemu sang Panglima dan pasukannya. Luar biasa!

Maka Panglima Jilah dan Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) serta mera jadi buah bibir di mana-mana. Khususnya, di Pulau Kalimantan.

Kita mafhum bersama bahwa ada banyak Gerakan Dayak. Misalnya, yang lumayan dikenal adalah Gerdayak. Dan masih banyak lagi. Namun, tak “seheboh” keberadaan dan kemunculan TBBR  ini.

Diakui atau tidak. Pangalangok Jilah telah berjasa di bidang pelestarian adat budaya Dayak. Ia memegang teguh nilai-nilai, mewarisi tradisi, menurunkan kearifan, menanamkan kebajikan, melestarikan situs sejarah dan adat istiadat Dayak, berbela rasa dengan sesama sebagai warisan budaya rumah panjang; berpihak pada kaum dina dan papa (option for the poor), dan terusik hatinya untuk berbuat sesuatu ketika ketidakadilan nyata terbuka di depan mata. Makanya jangan buru-buru menaruh syak wasangka! Apakah Anda sudah, dan bisa, begitu?

Ada apa gerangan? Sampai-sampai Presiden Jokowi berkenan datang di acara yang dihelat TBBR yang secara gerakan massa baru “kemaren sore?”  dengan Panglima (ketua umum) bernama Jilah?

Sungguh luar biasa Presiden datang ke acara yang tiba-tiba. Tentu, ini faktor sang panglima. Dan pasukan merah, yang luar biasa. Suatu perhelatan akbar, yang diberi nama “Bahaump Bide Bahana”. Atau dalam khasanah Indonesianya: Temu Akbar Pasukan Merah TBBR. Sedianya dilangsungkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada Selasa 29 November 2022.

Ada apa? Atau faktor apa yang mendorong Presiden RI datang ke acara, yang sedianya digelar di Pontianak dalam waktu dekat ini? That’s a question. Bisa jadi, terkait dengan peta kekuatan gerakan  (moral dan sosial) pasukan merah ini.  Berbagai aksinya, di negeri ini. Membela kaum lemah dan terpinggirkan, sudah jadi konsumsi media. Ini berita biasa.

Diakui atau tidak. Pangalangok Jilah telah berjasa di bidang pelestarian adat budaya Dayak. Ia memegang teguh nilai-nilai, mewarisi tradisi, menurunkan kearifan, menanamkan kebajikan, melestarikan situs sejarah dan adat istiadat Dayak, berbela rasa dengan sesama sebagai warisan budaya rumah panjang; berpihak pada kaum dina dan papa (option for the poor), dan terusik hatinya untuk berbuat sesuatu ketika ketidakadilan nyata telanjang di depan mata.

Sebenarnya: Apa yang menjadikan seseorang tokoh?

Jika pertanyaan itu diajukan, maka pasti menggenapi peribahasa yang berikut ini. “quot capita tot sensus” –sebanyak itu kepala, sebanyak itu pula pendapat.

Karena itu, sebaiknya kita mengacu ke defi- nisi kamus saja. Tokoh, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (daring) adalah “orang yang terkemuka dan kenamaan (dalam bidang politik, kebudayaan, dan sebagainya); pemegang peran.

Menyebut PJ – Pangalangok, atau Panglima, Jilah; pastilah ingatan kita tertuntun pada definisi kamus di atas. Tidak ada yang menampik, bahwa sosok PJ orang yang terkemuka dan kenamaan, selain berperan penting dalam banyak hal. Utamanya, di bidang pelestarian adat budaya Dayak, memegang teguh nilai-nilai, mewarisi tradisi, menurunkan kearifan, menanamkan kebajikan, melestarikan situs sejarah dan adat istiadat Dayak, berbela rasa dengan sesama sebagai warisan budaya rumah panjang; berpihak pada kaum dina dan papa (option for the poor), dan terusik hatinya untuk berbuat sesuaatu ketika ketidakadilan nya- ta di depan mata.

PJ menghampiri sisi-sisi yang menjadi haki- ki kemanusiaan. Ia berbela-rasa, bukan sekadar simpati belaka. Apabila direnung-renung, itulah yang mendasari mengapa ia “turun gunung”. Langsung ke lapangan. Kadang turut larut da- lam pergulatan rakyat jelata berhadapan dengan kekuatan uang dan kuasa.

Dalam konteks itu, kami memandang sosok PJ sangat patut dan layak dibukukan perjalanan hidup dan kiprahnya. Ia satu dari segelintir tokoh Dayak yang sukses membela kaumnya. Lewat panggung mandiri, ia yakin dapat lebih nyata memberi sumbangsih pada bangsa dan negara.

Buku ini mengabadikan kiprah Pangalangok Jilah. Sebuah warisan sejarah, yang tidak lekang oleh waktu dan rusak oleh ngengat.

Kiranya, tidak perlu berpanjang-kata. Silakan Pembaca langsung menimba harta kekayaan dari sumur hidup sang tokoh luar biasa ini.

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply