Buku ini menggambarkan peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 27 Juli 1999 di Jakarta, yang dikenal sebagai “Sabtu Kelabu” atau “Kudatuli” atau Kudeta Dua Puluh Tujuh Juli.
Pada hari kelabu itu, terjadi kekerasan politik semasa Orde Baru, yaitu rezim pemerintahan otoriter di Indonesia sebelum tahun 1998.
Peristiwa tersebut melibatkan ratusan orang yang dikenal sebagai Satuan Tugas (Satgas) PDI Megawati yang berusaha mempertahankan markas PDI (Partai Demokrasi Indonesia) dari serbuan pendukung Soerjadi. Megawati Sukarnoputri adalah tokoh oposisi yang menjadi pemimpin PDI pada masa itu dan merupakan putri dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Konflik tersebut terjadi sebagai bagian dari dinamika politik di Indonesia pada masa transisi pascakejatuhan Soeharto sebagai presiden. Orde Baru telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade dan kebijakannya seringkali dituduh otoriter dan represif.
Buku yang menyimpan sejarah peristiwa ini memiliki judul “Dikatapengantari cerdik cendikia bidang politik, Arbi Sanit” dan diterbitkan oleh Institut Studi Arus Informasi Aliansi Jurnalis Independen pada tahun 1977.
Buku ini mencatat peristiwa “Sabtu Kelabu” sebagai bagian dari upaya untuk menyimpan dan mengabadikan ingatan atas kejadian tersebut. Dengan ketebalannya mencapai 282 halaman, buku ini tampak menjadi sumber informasi penting mengenai konteks politik dan kekerasan pada masa itu.
Selain itu, buku ini juga disebut sebagai komoditas yang laris karena sajian kontennya yang menggugah minat pembaca dengan klaim bahwa isinya “daging semua”. Hal ini menandakan bahwa buku tersebut menyingkap kebusukan politik yang terjadi pada masa penguasaan Orde Baru, yang mungkin mencakup praktik korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, atau manipulasi politik.
Dengan adanya buku ini, peristiwa “Sabtu Kelabu” menjadi bagian dari sejarah Indonesia yang relevan untuk dipelajari dan dikenang sebagai momen penting dalam transisi politik negara ini menuju era demokrasi pasca-Orde Baru. *)
