Politeía: Risalah Politik Kuna Plato Sekali Lagi

Rakyat berusaha. Bekerja sesuai vak dan bidang masing-masing. Bagai organ tubuh. Semua bekerja sesuai fungsi masing-masing. Pemimpin cukup menjaga ketertiban, yang adil.

Demikian saripati risalah poltik, yakni seni menata (mengatur) polis (kota) menurut filsuf Plato.

Dari patah kata Yunani polis itulah “politik berasal. Yaitu seni, manajemen, atau tata kelola suatu kota. Yang di kemudian hari,  makna “kota” diperluas menjadi negara.

Baca dan terapkan risalah ini

Plato pada tahun 380 SM mengusulkan ide brilian mengenai tata kelola negara dengan bijaksana, yang kemudian dituangkan dalam karyanya yang terkenal, Politeía, yang artinya pemerintahan negara-bangsa.

Baca Biography of D.N. Aidit Published During the Open Era

Dalam Politeía, Plato menggambarkan pemerintahan yang ideal, menganalisis dialektika empat bentuk pemerintahan: timokrasi, oligarki (atau sering disebut plutokrasi), demokrasi, dan tirani (sering disebut despotisme).

Plato tidak menyatakan bahwa ada satu bentuk negara yang paling ideal; sebaliknya, keempat bentuk tersebut harus digabungkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Dikendalikan filsuf

Pemikiran Plato menunjukkan bahwa pemerintahan ideal seharusnya dipegang oleh filsuf, karena hanya mereka yang dapat dengan bijaksana memilih gaya kepemimpinan yang diperlukan untuk mencapai kebaikan dan keseimbangan.

Konsep Politeía yang berbentuk dialog Sokratik ini memengaruhi pemikiran negarawan dan filosof seperti Jean Jacques Rousseau, Bertrand Russell, Allan Bloom, dan Leo Strauss.

Baca Membaca Max Weber, Salah Seorang Bapak Sosiologi

Plato menunjukkan contoh dalam sejarah Athena. Di mana kehadiran pemimpin kuat Pisistratus pada 561 SM dan pemimpin demokratik Ephialtes pada 461 SM membawa kekuatan koreksi dan keseimbangan dalam pemerintahan.

Pemimpin: memastikan hak-hak sipil dan menghentikan perselisihan sosial

Menurut Plato, peran utama pemimpin filsuf adalah memastikan hak-hak sipil dan menghentikan perselisihan sosial, tetapi harus didasarkan pada tata hukum yang adil. Lebih dari itu, pemimpin yang bijaksana harus melindungi hak-hak warga untuk menciptakan keadilan sosial, yang berasal dari kerjasama dan persaudaraan sejati antarwarga.

Kedamaian untuk semua warga. Inilah yang utama dalam penyelenggaraan polis, atau negara. Bukan yang lain!

Plato juga menekankan bahwa kedamaian seharusnya tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi menjadi nilai yang diinginkan oleh setiap individu.

Pemikiran Plato mengenai keadilan sosial didasarkan pada ide Solon, dengan penekanan pada keseimbangan dan harmoni di antara kelas-kelas sosial yang berbeda.

Naskah adaptasi Politeia, sebenarnya, sudah ada edisi Indonesianya.
Dikerjakan oleh Abikusno Tjokrosujoso, terbitan NV Pustaka – Penerbit Endang, Djakarta, 1952.

Jika Indonesia memiliki pemimpin seperti yang digambarkan oleh Plato, maka dapat diharapkan keamanan dan kesejahteraan bagi bangsa ini. Hal ini mencerminkan gemah ripah, loh jinawi.

Baca Das Kapital dan Marx yang tak Pernah Mati

Adaptasi Politeía telah pun diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Abikusno Tjokrosujoso pada tahun 1952. Di bawah judul Negara Sempurna Tjiptaan Filosuf Plato.. Sejilid pustaka, yang diterbitkan NV Pustaka – Penerbit Endang, Djakarta, 1952 ini dimaksudkan sebagai bahan pendidikan kewarganegaraan.

Pustaka wajib bagi warganegara
Mahasiswa wajib membaca buku ini. Juga dosen, terutama dosen PKN dan  (Filsafat Pancasila).

Bagi yang curiosity-nya tinggi luar biasa, tentu tidak akan merasa puas membaca KW-2, alias terjemahannya. Tentu membaca aslinya, dalam bahasa Yunani. Atau setidaknya membaca terjemahan bahasa Inggrisnya, yang mendekati sempurna kandungan isi aslinya.

Saya telah memamahbiaknya. Anda juga sudah, kah?*)

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 731

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply