Penulis: Aji Najiullah Thaib
Kali ini saya akan memaparkan proses kreatif dalam mendesain tiga cover novel karya Pak Masri Sareb Putra.
Ketiga novel tersebut merupakan daur ulang cerita bersambung yang pernah di publish beberapa puluh tahun lalu. Tiga novel tersebut, yakni Tetes Cinta yang Tercecer, Flamboyan kembali Berbunga, dan Ujung sebuah Kerinduan.
Cerbung masa lalu dibukukan kembali
Hal yang biasa terjadi. Bahwa cerita bersambung yang pernah dimuat, diedit, disiapkan jadi buku. Cerita yang terkandung dalam novel tersebut rerata tentang masa lalu, artinya secara kemasan pendekatannya harus bernuansa Klasik.
Baca Epistolary Novel : Ragam yang Paling Mudah Ditulis Siapa pun
Itu menjadi point dasar saya untuk menentukan warna cover ketiga novel tersebut. Pada novel Tetes Cinta, saya hanya menangkap kesan dari sinopsis singkatnya. Pada sinopsis tersebut sepintas saya menafsirkannya ada sosok Sri yang cantik, dan bayangan masa lalunya yang mengerikan.
Mencari dan menemukan citra visual
Secara visual saya wujudkan wajah Sri yang cantik memandang ke samping kiri (ke arah pembaca), di depannya ada jurang yang terjal, dimana tubuhnya terjatuh ke dalam jurang tersebut, seperti bayangannya yang mengerikan. Sri wajah khas wanita Indonesia, kulit sawo matang dan cantiknya natural.
Begitu konsep tersebut saya tawarkan pada pak Masri, beliau langsung setuju tanpa ada komentar apa pun, artinya apa yang saya tafsirkan dari sinopsis yang diberikan sesuai dengan apa yang ada dalam imajinasinya. Sebagai desainer tentu saya senang, karena tafsir saya terhadap sinopsisnya tidak meleset.
Baca Pembeli dan Pembaca Novel Indonesia
Pada novel kedua, Flamboyan kembali Berbunga, saya menangkap kesan dari sinopsis yang dipaparkan beliau, bahwa setting cerita tersebut terjadi di tahun 1980. Artinya saya harus melakukan pendekatan visual yang mewakili tahun tersebut.
Saya mulai dengan mencari referensi tentang fashion, hairstyle, dan property pendukung yang sesuai dengan tahun yang menjadi later cerita. Tidak bisa hanya dalam satu hari saya selesaikan cover kedua ini, tidak seperti cover novel yang pertama.
Dengan memvisualkan gambar yang menjadi penghias cover, sesuai dengan latar tahun cerita, maka kesan klasik dari cover tersebut sudah terwakili. Tokoh ceritanya dengan fashion mode dan hairstyle ala tahun 80an, property mobil dan motornya pun tahun yang sesuai.
Mengerjakan cover novel jauh lebih mudah dibandingkan mengerjakan cover non-novel, karena objek visualisasinya sudah jelas.
Ditambah dengan latar belakang pohon Flamboyan, maka kesan romantisme tokoh ceritanya semakin terwujud. Pendekatan tahun cerita itu menjadi sangat penting dalam memvisualkan cover tersebut, karena dengan demikian pembaca sudah bisa merasakan isi cerita novel tersebut.
Secara konsep saat saya presentasikan pak Masri juga langsung menyetujui, koreksi beliau hanya minta perempuannya harus seksi. Saya berusaha untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Sementara sosok tokoh lelakinya saya tidak kesulitan dalam menafsirkan seperti apa sosok yang diinginkan.
Baca Trik & Tips Menulis Biografi sebagai Novel
Sebagai penulis cerita, tentunya cerita tersebut mewakili tentang dirinya, maka sosok lelakinya pendekatannya tipikal pak Masri sendiri. Dugaan saya tidak salah, dia tidak komplain dengan sosok lelaki yang saya sajikan di dalam desain cover tersebut.
Cover kedua ini saya selesaikan dalam dua hari, begitu saya presentasikan beliau langsung kasih komentar “Amazing”, saya tentunya senang sekali, karena lagi-lagi saya mampu mewujudkan apa yang sesuai dengan keinginannya.
Memadu keinginan pemesan dan keindahan artistik
Memahami keinginan pemesan dan coba mengombinasikannya dengan keindahan artistik. Tidak mudah ini. Tapi harus bisa!
Pada novel ketiga, Ujung sebuah Kerinduan pertama kali saya presentasikan foto sosok cowok yang akan menghiasi cover novel, rupanya beliau langsung termotivasi untuk mengirimkan fotonya di masa muda. Gayung bersambut ternyata, karena sosok pak Masri masih muda sangat pas divisualkan di cover tersebut.
Beliau meminta saya menyajikan sosok Amoy yang menjadi cewek pasangannya dalam cerita. Saat saya memvisualkan sosok Amoy yang sedang menulis surat, beliau kembali order, agar si Amoy terlihat seksi. Segera saya mere-touching gambar yang sudah tersajikan menjadi Amoy yang seksi, dengan belahan dada yang terbuka.
Kalau pak Masri berperan sebagai cowok protaginisnya, maka saya pun harus menyajikan sosok cowok yang antagonisnya. Maka saya pilih seseorang yang berwajah oriental sebagai tokoh antagonisnya. Ketika hal itu saya ajukan, beliau langsung setuju.
Baca Upacara: Novel Perdana Korrie yang Mengangkat dan Memperkenalkan Dayak
Cover ketiga ini saya kerjakan dalam dua hari, karena tingkat kesulitannya juga lumayan. Alhasil dalam 5 hari saya bisa kerjakan 3 cover novel pak Masri, itu pun diselingi dengan menyambi mengerjakan 4 cover pesanan kang Pepih Nugraha.
Seperti itulah proses kreatif yang saya lalui dalam mengerjakan cover novel pak Masri. Seperti yang saya kerap bilang bahwa mengerjakan cover novel jauh lebih mudah dibandingkan mengerjakan cover non-novel, karena objek visualisasinya sudah jelas. *)