Buku ini menang hibah kategori “buku teks” perguruan tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, up. DP2M Dikti tahun 2008.
Proses dan hasil mendapat dana hibah itu, bukan saya yang memberikan Kata Pengantarnya. Akan tetapi,karena memang kandungan sajian yang menjadi menu utamanya, baik.
Tentu, baik secara relatif –dibandingkan dengan– sebab pada ketika buku sejenis yang masuk ke penilaian Tim barangkali yang terbaik saja.
Dayak Djongkang | Mendapat Dana Hibah Buku Teks Perguruan Tinggi Tahun 2010
Ada 2 halaman, jadi cukup lebar panjang, saya mengantar pembaca masuk topik yang tidak semua orang bisa masuk. Ada yang bisa masuk, tapi mabok dulu di muka, atau minimal mengernyitkan dahi.
Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu
Filsafat adalah kajian tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai keberadaan, pengetahuan, nilai, logika, pikiran, bahasa, dan sebagainya. Filsafat berusaha untuk memahami aspek-aspek fundamental kehidupan dan eksistensi, seringkali melibatkan refleksi mendalam, analisis konseptual, dan pertimbangan argumentatif.
Dengan kalimat singkat, namun bernas, filsafat adalah: Scientia rerum per causas ultimas –olah pikir terdalam dari manusia yang mencari dan menemukan hakikat dari segala sesuatu yang ada.
Ilmu, di sisi lain, adalah upaya manusia untuk memahami dan menjelaskan fenomena di alam semesta dengan menggunakan metode ilmiah. Ilmu mencakup pembentukan teori, pengamatan, eksperimen, dan pengembangan model konseptual untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang diamati.
Baca Saya & Panduan Menulis Buku Non-teks Pelajaran
“Filsafat ilmu” merujuk pada cabang filsafat yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis mengenai ilmu pengetahuan. Ini melibatkan pertimbangan konsep-konsep seperti kebenaran, objektivitas, metode ilmiah, realitas, dan hubungan antara ilmu pengetahuan dengan dunia di sekitarnya. Filsafat ilmu mencoba untuk memahami sifat, batasan, dan implikasi epistemologis dari ilmu pengetahuan.
Dalam konteks filsafat ilmu, pertanyaan-pertanyaan seperti “Bagaimana kita bisa tahu sesuatu?” atau “Apakah ilmu pengetahuan dapat memberikan pengetahuan yang benar dan objektif tentang dunia?” sering kali menjadi fokus perhatian. Filsafat ilmu membantu merinci dan memeriksa landasan epistemologis ilmu pengetahuan dan mempertanyakan asumsi-asumsi mendasar yang mungkin terkandung dalam praktik ilmiah.
Memberi nilai + (plus) pada buku ini
Dalam serangkaian tulisan yang saya susun dengan judul “Belajar Plus dari Murry”, saya terinspirasi oleh perbandingan dengan Murry, yang memberikan nilai plus (+) pada grup musik besar dan legendaris di Indonesia pada era 1960-an, yaitu Koes Bersaudara yang bertransformasi menjadi Koes Plus.
Sama halnya dengan semangat memberikan nilai plus oleh Murry, saya pun mengaplikasikan prinsip serupa pada penilaian terhadap buku Surajiyo.
Dalam pandangan saya, memberikan nilai plus bukan hanya sebagai tindakan penilaian, tetapi juga sebagai suatu prinsip hidup yang mengandung pesan yang mendalam. Seperti yang tercermin dari kisah Koes Bersaudara yang menjadi Koes Plus, prinsip ini memberikan pelajaran bahwa kehidupan kita dapat lebih berarti jika kita mampu memberikan nilai plus di segala situasi dan tempat.
Prinsip ini menjadi ajakan untuk memberikan kontribusi positif, membuat perbedaan, dan meninggalkan jejak yang berguna di sekitar kita.
Baca Buku Ter- sepanjang Karier sebagai Penulis
Dengan memberikan nilai plus, kita dapat direken, dianggap berguna, dan meraih apresiasi dari orang lain. Prinsip ini mengajarkan bahwa keberadaan kita menjadi lebih berarti ketika kita berusaha memberikan nilai tambah, sama seperti Koes Plus yang mampu mengubah arah sejarah musik Indonesia dengan memberikan sentuhan khas mereka pada lagu-lagu legendaris.
Dengan demikian, tulisan-tulisan dalam seri “Belajar Plus dari Murry” mencerminkan semangat untuk menjadikan nilai plus sebagai bagian dari prinsip hidup, menginspirasi untuk berkontribusi positif di setiap aspek kehidupan.
Memberi nilai + Menabung kebaikan
Prinsip plus yang saya terapkan tidak hanya sekadar tindakan positif dalam memberikan nilai, melainkan juga merupakan suatu bentuk investasi kebaikan yang akan kita tuai suatu saat nanti.
Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa kebaikan yang kita sebarkan akan kembali pada kita pada waktu yang tepat. Sebuah contoh konkret dari kebijakan ini terjadi pada tahun 2010, ketika saya berhasil memenangkan Hibah Buku Teks DP-2M dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam sayembara yang serupa dengan buku teks sebelumnya, Dayak Djongkang dengan ISBN 978-602-95532-5-3.
Prestasi ini tidak hanya merupakan pengakuan terhadap kualitas karya, tetapi juga sebagai hasil dari prinsip kebaikan yang telah saya tanamkan melalui nilai plus dalam setiap tindakan. Melalui penulisan dan kontribusi positif terhadap literatur, saya tidak hanya membangun penghargaan dari pihak luar, tetapi juga secara tidak langsung menciptakan tabungan kebaikan yang kemudian berkembang menjadi kesempatan dan prestasi yang lebih besar.
Dengan demikian, setiap tindakan baik yang kita lakukan dapat dianggap sebagai investasi dalam bank kebaikan, dan pada suatu waktu, kita akan memetik hasilnya sendiri.
Peristiwa memenangkan hibah buku teks menjadi bukti nyata bahwa kebaikan dan kontribusi positif dapat membuka pintu peluang yang lebih luas di masa depan.
Prinsip senantiasa memberi nilai + (plus) bukan hanya tentang memberi nilai positif, tetapi juga tentang menyebarkan kebaikan yang dapat menghampiri kita dengan hasil yang memuaskan di kemudian hari. *)