Antologi puisi dalam “jaku” Iban karya Dr. Patricia anak Ganing menjadi salah satu dari 50 buku yang akan diluncurkan dan dibedah pada acara peresmian kampus baru Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) di Sekadau, yang dijadwalkan pada tanggal 5-6 Agustus 2024.
Peernyatan ini disampaikan oleh Rektor ITKK, Dr. Masiun, didampingi Warek I, Adil Bertus, MM, dan Kapuslitdianmas, Masri Sareb Putra, M.A.
Mereka menyatakan bahwa keseluruhan 50 buku tersebut telah siap untuk diluncurkan. “Hingga kini telah terbit 9 buku ber-ISBN. Tiap bulan, hingga akhir Juli,” terbit 9 juga,” janji Masri yang juga dikenal sebagai salah satu publisher dan penulis Dayak.
Baca Arok Dedes: Roman Sejarah Pram yang Menyihir
Menurut Masiun, penerbitan 50 buku juga menandai sebuah rekor, di mana sebuah perguruan tinggi mampu menerbitkan dan meluncurkan 50 buku ber-ISBN secara bersamaan dalam satu kesempatan. Rektor ITKK, Masiun mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini, menjelaskan bahwa karya-karya ini melibatkan kontribusi dari berbagai sivitas akademika ITKK, baik sebagai penulis utama, mitra penulis, editor, maupun penyunting.
Seluruh 50 buku yang akan diluncurkan tersebut merupakan hasil karya dari para anggota komunitas ITKK. Ini menunjukkan komitmen dan dedikasi dari seluruh staf dan mahasiswa dalam menghasilkan karya-karya yang berkualitas dan bermakna dalam berbagai bidang pengetahuan dan keilmuan.
Puisi bahasa Iban
Antologi puisi “jaku” Iban karya Dr. Patricia anak Ganing menjadi bagian penting dari serangkaian karya yang akan diluncurkan tersebut, menunjukkan kekayaan budaya dan kepelbagaian karya seni yang menjadi ciri khas ITKK. Melalui peluncuran ini, ITKK tidak hanya merayakan pencapaian akademiknya, tetapi juga memperkuat identitasnya sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan kebudayaan yang beragam dan inklusif.
Bukan hanya antologi puisi “jaku” Iban karya Dr. Patricia anak Ganing, namun buku puisi moden berbahasa Iban yang berjudul “Pengansah Runding” juga akan menjadi salah satu dari 50 buku yang akan diluncurkan dan dibedah pada acara peresmian kampus baru Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) di Sekadau, pada tanggal 5-6 Agustus 2024. Buku ini merupakan kumpulan 50 puisi moden Iban yang merupakan hasil koleksi asli penulis selama beberapa tahun.
Baca Prabowo Itu, Aslinya Lucu Lho!
Puisi-puisi dalam “Pengansah Runding” bukan hanya sekadar karya seni belaka, tetapi juga merupakan cerminan dari pengalaman dan pengamatan penulis terhadap dinamika kehidupan masyarakat. Puisi-puisi ini memuat tema-tema kekeluargaan, percintaan, persahabatan, dan kemasyarakatan yang dihiasi dengan kata-kata nasihat dan motivasi.
Keistimewaan
Salah satu keistimewaan dari buku “Pengansah Runding” adalah adanya video deklamasi puisi yang disertakan oleh penulis. Video deklamasi puisi ini dapat diakses oleh pembaca melalui kode QR yang tersedia pada setiap puisi. Dengan adanya video deklamasi, pembaca tidak hanya dapat membaca puisi secara lisan, tetapi juga dapat menikmati alunan musik yang mengiringi setiap puisi. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengalaman membaca, tetapi juga memberikan hiburan yang menyegarkan.
Baca National Parks in Kalimantan : Is Borneo Still “The Heart of Borneo”?
Penggabungan lisan, audio, dan video dalam buku “Pengansah Runding” merupakan langkah inovatif dalam mempersembahkan puisi, khususnya puisi dalam Bahasa Iban. Hal ini mencerminkan upaya penulis dalam memperkaya dan memperbarui cara penyampaian karya sastra, sehingga dapat lebih menjangkau dan menginspirasi pembaca dengan cara yang lebih menarik dan dinamis.
Dengan adanya fitur-fitur ini, penulis berharap dapat menghadirkan sebuah pengalaman membaca yang lebih mendalam dan menggugah semangat pembaca untuk menghargai seni sastra, terutama puisi dalam Bahasa Iban.
Prolog oleh salah satu sastrawan Dayak ternama, Munaldus
Antologi puisi “Pengansah Runding” karya Dr. Patricia anak Ganing dari Malaysia ini diterbitkan oleh Lembaga Literasi Dayak (LLD), sebuah lembaga yang berdedikasi untuk mempromosikan dan melestarikan karya sastra dan budaya Dayak. Kehadiran puisi-puisi Patricia dalam buku ini tidak hanya menjadi wujud penghargaan terhadap keberagaman budaya Dayak, tetapi juga menjadi simbol integrasi dan kolaborasi lintas batas budaya.
Lebih lanjut, Prolog dari salah satu sastrawan Dayak ternama, Munaldus, memberikan kedalaman dan perspektif yang berharga terhadap karya-karya puisi Patricia. Munaldus, yang juga dikenal dengan pesaling atau nama pena “Liu Ban Fo”, merupakan tokoh yang dihormati dalam komunitas sastra Dayak.
Sebagai sastrawan Dayak, nama Munaldus tersurat dalam Wikipedia, nomor 27, di antara masih minimnya sastrawan Dayak. Kunjungi Sastrawan Dayak
Kehadirannya catatan kritis Munaldus dalam prolog memberikan legitimasi dan dukungan sastra yang kuat bagi antologi puisi ini. Melalui prolognya, Munaldus bukan hanya memberikan apresiasi terhadap karya Patricia, tetapi juga menyajikan pandangannya tentang signifikansi dan makna dari puisi-puisi tersebut.
Kombinasi antara puisi Patricia, Lembaga Literasi Dayak, dan dukungan Prolog oleh Munaldus menggambarkan sebuah kerjasama yang harmonis dan inklusif antara budaya Dayak dan budaya Malaysia. Ini tidak hanya mencerminkan semangat persatuan dan kolaborasi lintas budaya, tetapi juga mengukuhkan pentingnya pertukaran budaya dalam memperkaya dan memperluas pemahaman kita tentang seni dan sastra. *)