Dahulu kala. Ketika masih SMP dan SMA. Kita harus menghafal nama, karya, serta dari mana asal para pengarang.
Sebal rasanya.
Namun, kini setelah dipikir-pikir, ada benarnya kurikulum dan guru-guru kita. Sesuatu yang bertujuan baik, memang kadang harus “dipaksa”.
Banyak hal dalam pendidikan dan pelajaran sekolah baru kita ngeh, setelah kemudian hari, masuk ke dalam “sekolah kehidupan”. Lalu kita bergumam, “O…. ini artinya dulu yang ibu/ bapak guru ajarkan?”
Pelajaran menghafal salah satu yang terberat. Waktu sekolah, kita belum tahu gunanya.
Dengan jalan menghafal, akan tersimpan dalam memori otak (kini ganti menjadi memori HP) berbagai data dan informasi yang suatu waktu, jika diperlukan, siap utnuk dikeluarkan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Terima kasih guru yang menyuruh menghafal nama dan karya Pujangga Nusantara
Dalam bahasa Inggris, mengingat atau menghafal itu adalah, “Keep in your mind”.
Ungkapan “Keep in your mind” berarti “simpan dalam pikiranmu” atau “ingatlah” dalam konteks memberikan peringatan atau pesan agar seseorang mengingat atau mempertimbangkan sesuatu secara cermat atau penting.
Sebaliknya, orang Indonesia. Jika sudah hafal, khattam, disebut “Hafal di luar kepala”. Padahal, di dalam kepala adanya data dan informasi itu tersimpan.
Hafalan adalah awal penting untuk memahami dan menghargai warisan sastra yang kaya dalam budaya kita. Menariknya, kita akan menemukan bahwa banyak sastrawan Indonesia ternyata berasal dari ranah Minang. Pertanyaannya adalah mengapa ini terjadi.
Pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia berperan penting. Terutama dalam hal memperkenalkan kita pada nama-nama, karya-karya, dan tahun terbitnya dalam sastra Indonesia.
“If you want to be successful, You have to do what successful people do.” Kita perlu belajar dari orang yang telah berhasil dalam bidang tertentu. Dalam konteks sastra dan literasi Nusantara, ranah Minang menjadi contoh sukses menghasilkan banyak penulis berbakat bertarap antar-bangsa.
Ada kaitan antara suburnya penulis, munsyi, dan pengarang dengan habitus baca-tulis. Di ranah Minang, budaya literasi telah lama diterapkan, dan masyarakatnya telah menghargai pentingnya membaca dan menulis. Ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan sastra dan penulis. Budaya ini telah mendorong banyak individu untuk mengejar karier sastrawan.
Ranah Minang juga telah didukung oleh berdirinya penerbit tempatan, seperti Limbago Minangkabau, yang memfasilitasi publikasi karya-karya sastrawan lokal.
Masyarakat membaca dan penebit adalah pra-kondisi bagi terbukanya kesempatan bagi para penulis untuk mengungkapkan visi dan ide mereka melalui tulisan, dan juga memberikan akses bagi pembaca untuk menikmati karya sastra mereka.
Ada pepatah yang mengatakan, “If you want to be successful, You have to do what successful people do.”
Kita perlu belajar dari mereka yang telah berhasil dalam bidang tertentu. Dalam konteks sastra Indonesia, ranah Minang telah menjadi contoh sukses dalam menghasilkan banyak sastrawan berbakat.
Sebagai sukubangsa, kita dapat mengambil inspirasi dari budaya literasi yang subur di Minangkabau dan semangat para sastrawan dari daerah tersebut.
Kita dapat belajar untuk lebih menghargai sastra Indonesia, mendukung penulis lokal, dan mempromosikan budaya literasi di seluruh negeri.
Dengan melakukan ini, kita dapat berkontribusi pada perkembangan sastra Indonesia dan menjaga warisan sastra kita yang kaya agar tetap hidup dan berkembang.
Top 40 pengarang Minang
Inilah senarai Top 40 pengarang, penulis, dan munsyi asal Ranah Minang (urutan abjad berdasarkan nama pertama mereka).
Berikut ini adalah senarai Top 40 pengarng dari ranah Minang:
- Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati (1899 – 1975) adalah penulis novel, salah satunya adalah “Pertemuan” yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1927.
- Abdul Muis (1886 – 1959) dikenal atas karyanya “Salah Asuhan” yang diterbitkan pada tahun 1928.
- Afrizal Malna (1957-) adalah seorang novelis dan penyair yang terkenal dengan karyanya “Abad Yang Berlari” yang diterbitkan pada tahun 1984.
- Ahmad Fuadi (1972-) dikenal lewat novelnya “Negeri 5 Menara.”
- Akmal Nasery Basral (1968-) adalah seorang novelis dan wartawan dengan karya “Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku” (2006).
- Ali Akbar Navis (1924 -2003) adalah seorang novelis dan cerpenis yang terkenal dengan karyanya “Robohnya Surau Kami.”
- Aman Datuk Madjoindo (1896 – 1969) dikenal atas novelnya “Si Doel Anak Betawi” yang ditulis pada tahun 1956.
- Anas Ma’ruf (1922-1980) adalah seorang sastrawan, penyair, jurnalis, dan penerjemah dengan karya seperti “Komedi Manusia” dan “Mutiara.”
- Darman Moenir (1952-) adalah seorang novelis dengan karyanya “Bako.”
- E.S. Ito (1981-) adalah seorang sastrawan dan novelis dengan karya “Negara Kelima.”
- Gustaf Rizal (1965-) terkenal dengan novelnya “Sangkar Daging.”
- Harris Effendi Thahar (1950-) adalah penulis cerpen dengan karya “Anjing Bagus.”
- Hamid Jabbar (1949-2004) adalah seorang penyair dan jurnalis yang terkenal dengan buku kumpulan puisinya, “Wajah Kita.”
- Idrus (1921-1979) adalah penulis prosa dan cerpenis yang dikenal atas karya-karyanya “Dengan Mata Terbuka” dan “Hati Nurani Manusia.”
- Irzen Hawer (1960-) adalah seorang novelis dan pengajar dengan karya “Cinta di Kota Serambi.”
- Karim Halim (1918-1989) adalah seorang penulis penyair yang terkenal dengan novel “Tjop dan Awang.”
- Leon Agusta (1938-2015) dikenal atas karyanya “Gendang Pengembara,” sebuah kumpulan puisi.
- Marah Rusli (1889-1968) adalah bapak roman moderen Indonesia yang terkenal dengan novelnya “Sitti Nurbaya.”
- Mawie Ananta Jonie (1940-) adalah seorang penyair dan cerpenis dengan karya-karyanya seperti “Nyanyian Persahabatan” dan “Sebuah Surat Musim Bunga.”
- Motinggo Busye (1937-1999) adalah seorang novelis yang terkenal dengan “Cross Mama.”
- Nasjah Djamin (1924-1997) adalah seorang penulis penyair dengan karya “Malam Kuala Lumpur.”
- Nur Sutan Iskandar (1893-1975) terkenal dengan novelnya “Salah Pilih.”
- Ragdi F. Daye (1981-) adalah penulis cerpen dan penyair yang terkenal dengan karya “Perempuan Bawang” dan “Lelaki Kayu.”
- Raudal Tanjung Banua (1975) adalah cerpenis yang terkenal dengan karya “Pulau Cinta di Peta Buta” (2003).
- Rivai Apin (1927-1995) adalah penulis dan penyair yang terkenal dengan karya-karyanya seperti “Tiga Menguak Takdir.”
- Rusli Marzuki Saria (1936-) adalah sastrawan dan penyair dengan karya-karyanya seperti “Sembilu Darah.”
- Samiati Alisjahbana (1930-1966) dikenal sebagai sastrawan dan penulis penyair dengan karya “El Pintor.”
- Sariamin Ismail (1909-1995) adalah pengarang perempuan pertama Indonesia dengan novelnya “Kalau Tak Untung.”
- Sastri Yunizarti Bakry (1958-) adalah seorang sastrawan dan aktivis dengan karya “Hati Prajurit di Negeri Tanpa Hati.”
- Soewardi Idris (1930-2004) adalah sastrawan, jurnalis, dan penulis dengan karya “Dari Puntjak Bukit Talang.”
- Tamar Djaja (1913-1984) dikenal atas karyanya “Kabinet Hatta.”
- Taufiq Ismail (1935-) adalah seorang penyair dan budayawan dengan karya “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.”
- Tulis Sutan Sati (1898 – 1942) adalah seorang novelis dengan karya “Memutuskan Pertalian.”
- Umar Junus (1934-2010) adalah esais dan kritikus sastra dengan karya “Resepsi Sastra.”
- Upita Agustine (1947-) adalah penulis sajak dengan karya “Nyanyian Anak Cucu.”
- Wildan Yatim (1933) adalah seorang sastrawan dengan karya “Selandang.”
- Wisran Hadi (1945-2001) adalah seorang novelis dan penyair dengan karya “Simalakama.”
- Yusrizal K.W. (1969-) adalah cerpenis dan penyair dengan karya “Interior Kelahiran.”
- Zainuddin Tamir Koto (1941-2011) adalah seorang penyair dengan karya “Bayonet.”
- Zuber Usman (1916 –1976) adalah cerpenis dan kritikus sastra dengan karya “Damarwulan: Senapati Kerajaan Majapahit.”
Etnis kita. Bila meniti “jalan sukses”. Dan melakukan apa yang orang Minang lakukan? *)