Sebenarnya, saya co-author bagi buku ini. Namun, cukup ditulis “editor”. Menghormati Prof. AB Susanto, sebab ini naskah buku beliau terakhir, yang di-launching di Institut Pertanian Bogor. Pas tanggal, bulan, kelahiran beliau: 09.09
Terutama saya berkontribusi pada isu post-truth, yakni serangan bertubi-tubi mengenai sawit menyebabkan deforestasi, eksistensi kebun sawit terutama di Sumatera dan Kalimantan, para pemain top industri sawit, aspek praktisnya di lapangan serta peristilahan.
Karena itu, tidaklah mengherankan buku ini ilustrasinya banyak saya dan di lahan sawit saya pula.
Namun, kontribusi dua penulis utama: Prof. AB Susanto dan Ir. Petrus Gunarso, Ph.D., memberi bobot dari sisi akademik dan sawit sebagai alat politik ekonomi. Kedua pakar di bidangnya inilah yang menyempurnakan buku ini ke aras atas, hingga sampai kepada Manteri. Relasi serta pengalaman mereka, yang luar biasa, tidak bisa disangkal menjadikan buku ini semakin penting di tangan orang penting. Dan mampu mengajak para pemangku kepentingan meyadari: bahwa di balik isu serta masalah bertubi-tubi menimpa komoditas palma yang disebut “emas hijau” ini, muncul kesadaran mengenai eksistensinya –juga peran sawit bagi kemasalahan banyak orang.
Kadang, dalam hidup ini. Kita perlu memberi jalan agar seseorang menjadi besar. Dan pada momen yang amat sangat baik, dan tak terulang, fokus hanya untuknya. Dan, menurut saya –entah Anda– sikap seperti ini bagian dari life-skill.
Belajar menjadi kecil. Tentu, pada waktu yang tepat, untuk seseorang yang tepat pula.
“Biarlah aku menjadi kecil dan dia menjadi besar.”
***
Akan halnya mengapa judul buku ini demikian, panjang kisahnya. Selama ini, sawit terkesan kental dimonopoli satu tangan saja. Sedangkan “tangan”, atau matarantai lain, terabaikan. Lazimnya, pihak yang kalah adalah dia lemah. Dan sebaliknya. Yakni: petani.
Idealnya, sawit bermanfaat buat semua pihak. Agar terjadi equilibrium. Bagaimana sebaiknya? sebaiknya: Langsung baca dan mamah biak kandungan gizi isinya!
Kadang, dalam hidup ini. Kita perlu memberi jalan agar seseorang menjadi besar. Menurut saya, sikap seperti ini bagian dari life-skill.
Dan khusus saya. Jika sebagai editor, tidak direken sebagai karya tulis yang akan ditambahkan pada senarai buku. Namun, jika co-author baru direken sebagai bagian dari senarai buku karya saya. Tak terbilang angka buku yang telah saya editori. Silakan Googling.
Hal yang cukup perlu mendapat perhatian adalah bahwa buku ini diterbitkan Penerbit besar. Jangankan diterbitkan. Naskah masuk meja Redaksi saja, saking banyaknya, bisa jadi baru dibaca 6 bulan kemudian. Nggak percaya? Boleh coba!
Penerbit Buku Kompas. Rp 110.000, full color, xxviii + 260 halaman.