Sengkubak| Natural Food Flavoring of the Dayak People

Sengkubak (pycharrhena cauliflora /miers), yang disebut-sebut vetsin alami Dayak itu, sama sekali tidak terdeteksi oleh sang botanolog, sekaligus dokter Anton Nieuwenhuis. Bersama Timnya, Nieuwenhuis pada 1894 melakukan ekspedisi ilmiah memintas sungai ganas Borneo, Kapuas-Mahakam.

Tim Ekspedisi Kapuas-Mahakam ini, tidak menemukan sengkubak. Tentang “kegagalan” ekspedisi menemukan Sengkubak, kita hanya bisa bilang, “Alhamdulillah, wa syukurilah! Puji Tuhan, Raja semesta alam.”

Benarlah nats ini. Rahasia semesta alam disembunyikan Tuhan kepada sarjana dan cerdik cendikia. Tapi disibak-Nya bagi orang Dayak, suku bangsa ugahari nan baik hati lagi lurus jalannya. Sengkubak, misalnya.

Nieuwenhuis, seperti kita mafhum bersama, adalah seorang dokter. Sekaligus botanolog. Ia melakukan ekspedisi Kapuas-Mahakam pada 1894, bersamaan tahunnya dengan Perjanjian Damai Tumbang Anoi. Buku berbahasa aslinya berbahasa Belanda, In Centraal Borneo. Dari buku ini terungkap, Tanah Dayak Borneo merdeka, tidak tersentuh oleh kompeni Hindia Belanda.

Sebuah perjalanan, memang selalu tak pernah tuntas mengungkapkan kenyataan, apalagi, kalau perjalanan tersebut bukan perjalanan biasa.

Tuhan Mahabijaksana. Rahasia semesta alam disembunyikan-Nya kepada sarjana dan cerdik cendikia. Tapi disibak-Nya bagi orang Dayak, suku bangsa ugahari nan baik hati. Sengkubak, misalnya.

Dr. Anton Nieuwenhuis, seabad lalu Bersama sebuah tim, melakukan ekspedisi ilmiah menjelajah pulau Kalimantan, yang saat itu bernama Borneo.

Tim menggambar berpuluh-puluh peta baru. Mereka juga mengumpulkan contoh-contoh tetumbuhan yang menjadi kekhasan bumi Borneo.

Selanjutnya, hasil koleksi botani ini disumbangkan ke kebun raya di Buitenzorg, yang sekarang di kenal dengan Kebun Raya Bogor. Tuhan Mababijak.

Pada waktunya, Vetsin Dayak itudiberi-Nya hanya untuk penduduk pewaris bumi Borneo. Kini “sengkubak” tengah viral. Namun, ditengarai hanya bisa tumbuh di habitatnya, Borneo saja.

Ketika itu, bumi Borneo terasa angker. Hutan rimba masih mendominasi setiap jengkal tanah. Tak mengherankan kalau cerita tentang penduduk asli penghuni Borneo, suku Dayak, pun lantas menambah berdiri bulu kuduk. Cerita yang paling mengerikan ialah, tentang kehebatan para pria Dayak mengayau (memenggal kepala musuh sebagai tanda bukti kekuatan).

Sebagai peneliti, tentu saja, Nieuwenhuis seorang dokter berkebangsaan Belanda tak percaya begitu saja sebelum ada bukti-bukti. Sikap kritis yang tertanam dalam dirinya mendorongnya terjun langsung meneliti ke lapangan.

Dengan biaya dari Maatchappij ter Bevordering van hei Natuurkundig Onderzoek der Nederlandsche Kolonien (Perhimpunan untuk Memajukan Penelitian di Daerah-daerah Koloni Belanda), pada tahun 1894, Nieuwenhuis mengungkap berbagai kenyataan yang selama ini salah dipahami, terutama, mengenai pengayuan dan praktik hukum rimba, yang ketika itu terlanjur melekat pada suku Dayak.

Dia tidak menemukan sengkubak ini.  Untunglah. Jika tidak, kita akan membeli hasil bumi kita yang sudah diproduksi luar negeri.

Kini kita bisa mengolahnya sendiri. Inilah indah pada waktunya.

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 737

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply