Preambul:
Sejak terjun bebas menjadi hanya penulis buku, sejak 2005. Saya bernazar: akan mengubah wajah pengarang-penulis Indonesia yang kusam –dalam arti harfiah maupun simbolik. Saya berkawan dengan para penulis tajir, antara lain Fira Basuki, Dian Nuranindya, Ayu Utami, dan Korrie Layun Rampan.
Setiap penulis-pengarang punya trik untuk bertahan, dan menjadikan menulis sebagai sumber bara yang jadi asap dapurnya. Akan halnya saya? Saya punya jalan sendiri. Antara lain, dengan membuat judul buku dalam bahsa Ingris –meski isinya dalam bahasa nasional– agar terdeteksi luar negeri.
Trik lain? Nanti saja, pada narasi tersendiri. Tulisan ini, kembali ke laptop, sesuai judul. Jangan sampai seperti kebanyakan konten orang di Youtube, atau Medsos abal-abal yang kerapkali judul apa, isi apa? Itu miss lead. Saya tak mau itu!
***
Plagiat setidaknya muncul dalam empat bentuk yang berikut ini.
1) Plagiat langsung (direct plagiarism). Jenis plagiat ini sangat berat. Mengapa? Karena si plagiator mengopi langsung sumber kata demi kata tanpa menunjukkan bahwa itu merupakan hasil kutipan dan sama sekali tidak menyebutkan siapa penulis atau pemilik karya cipta intelektualnya.
2) Meminjam karya dari orang lain. Sering terjadi seseorang meminjam kertas kerja dari sesama teman, kolega, saudara dan orang lain. Lalu menyalinnya begitu saja tanpa sedikit pun coba menambah apalagi memasukkan gagasannya sendiri. Namanya dicantumkan sebagai pembuat, padahal mengambil dari karya orang lain.
3) Tidak jelas atau salah kutip (vague or incorrect citation). Seorang penulis harus menunjukkan di mana ia mulai mengutip sumber luar dan di mana berakhirnya. Kadang kala penulis mengutip sumber hanya sekali, pembaca mengasumsikan bahwa kalimat atau paragraf sebelumnya telah dilakukan parafrasa. Padahal karya itu sebagian besar mengambil gagasan dari satu sumber. Penulis tidak berusaha menunjukkan rujukan dengan jelas. Semestinya, parafrasa dan ringkasan harus dinyatakan dengan tegas dan sejelas-jelasnya pada awal dengan nama penulis, pada akhir dengan referensi kurung. Penulis selalu harus dengan jelas menunjukkan bila parafrasa, ringkasan, atau kutipan dimulai, berakhir, atau terpotong.
4) Plagiat mosaik (mosaic plagiarism). Ini merupakan bentuk plagiat yang paling sering terjadi. Penulis tidak secara langsung menyebutkan sumbernya. Ia hanya mengubah sedikit kata dan menggantinya dengan kata-katanya sendiri, mengubah beberapa kata dalam kalimat (reworks a paragraph) dengan cara kata-katanya sendiri tanpa menyebutkan kredit si penulis asli. Kalimat dan paragraf bukan dalam bentuk kutipan, namun apabila dicermati dengan saksama maka sangat mirip dengan sumbernya.