Social Media dan Social Networking

Sama-sama mendapatkan predikat “social”, baik social media (media sosial) maupun social networking (jaringan sosial) mengacu kepada kebutuhan instingtif manusia yang tidak dapat tidak harus berelasi sosial dengan manusia lain (instinctual needs we humans have to connect with other humans). Perbedaanya terdapat pada yang satu adalah alat (media), sedangkan yang lainnya adalah jaringan.

Struktur artikel ini pertama-tama akan membahas social media, kemudian social networking, baru melihat kesamaaan dan perbedaannya.

Sebelum  lanjut, perlu dirumuskan apa yang dimaksudkan dengan “social media”. Rumusan sederhana social media menurut Safko (2010) ialah “the media we use to be social” (hlm. 3). Menurutnya, pengertian social media hanya sesederhana itu. Akan tetapi, lebih lanjut dijelaskan bahwa terminologi tersebut sebenarnya menggabungkan dua konsep, yakni social dan media.

Terminologi social dimaksudkan mengacu kepada “instinctual needs we humans have to connect with other humans. We have been doing that in one form or another since our species began. We have a need to be around and included in groups of similar like-minded people with whom we can feel at home and comfortable sharing our thoughts, ideas, and experiences.”

Sementara terminologi media mengacu kepada bagaimana manusia “make those connection with other humans. Whether they are drums, bells, the written words, the telegraph, the telephone, radio, television, e-mail, web sites, photographs, audio, video, mobile phones, or text messaging, media are the technologies we use to make those connection.” (Safko. hlm. 4)

Safko lebih lenjut menjelaskan bahwa penerapan media sosial adalah tentang bagaimana kita dapat menggunakan semua teknologi ini secara berdaya guna dan berhasil guna untuk menjangkau dan berhubungan dengan manusia lainnya, menciptakan hubungan, membangun kepercayaan, dan berada di dalam jaringan tersebut ketika orang-orang dalam relasi sosial yang dimediasi oleh alat teknologi dalam dunia maya siap untuk “membeli” produk atau apa pun yang kita tawarkan. Di dalam interaksi sosial tersebut, sekaligus dapat terjadi transaksi.

Oleh karena itu, media sosial terutama menyangkut user-generated content (di mana penerbit menjadi publik) dicirikan dengan adanya dialog di antara khalayak dan tumbuh subur di sekitar konten yang dapat berbentuk video, audio, atau teks. Dalam konteks ini, Safko menegaskan bahwa social media adalah “pontification” karena lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional yang disebutnya sebagai “two-way communication”, hlm.5).

Definisi teknis-operasional social media dijelaskan oleh Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein (2010) yakni, “A group of Internet-based applications that build on the ideological and technological foundations of Web 2.0, which allows the creation and exchange of user-generated content” (kelompok aplikasi berbasis Internet yang dibangun di atas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dibuat penggunanya).

Dengan demikian, social media merupakan media online yang memungkinkan para penggunanya dengan mudah dapat berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, social networking wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, social networking dan wiki merupakan bentuk social media yang paling umum digunakan masyarakat di seluruh dunia.

Adapun social networking merupakan situs yang memungkinkan siapa saja dapat membuat
web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Social networking yang terbesar adalah Facebook, Myspace, dan Twitter.

Jika media tradisional menggunakan media cetak (analog) dan media broadcast, maka social media menggunakan Internet (bahasa digital). Social media mengundang siapa saja yang berminat untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dandapat memberikan umpan balik secara terbuka, berkomentar dan berbagi informasi yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.


Contoh jaring sosial.
Sumber: http://econversemedia.com/

Ketika teknologi Internet dan mobile phone semakin maju seiring dengan pertumbuhan masyaraat maka social media pun turut tumbuh pesat. Untuk mengakses Facebook atau Twitter misalnya, orang kini dapat melakukannya pada setiap tempat dan setiap kesempatan hanya dengan menggunakan teknologi mobile phone.

Sedemikian cepat orang mengakses social media menyebabkan terjadi arus informasi bukan hanya di negara-negara maju yang masyarakatnya sudah melek media, tetapi juga di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang konsumsi mobile phone-nya luar biasa. Fenomena social media ini mulai menggantikan peranan social media konvensional yang berbasis analog dalam mentransmisikan informasi.

Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media sosial yang berbasis digital. Seorang pengguna social media dapat mengakses menggunakan social media dengan jaringan Internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.

Perkembangan social media yang semakin pesat tersebut kemudian memungkinkan setiap orang dapat memiliki media sendiri dan menjadi penerbit mandiri. Hal ini sudah diramalkan McLuhan puluhan tahun lalu, ketika mengamati fenomena perkembangan Xerox yang memungkinkan orang menggandakan hasil publikasi pada saat itu. McLuhan berkata, “Gutenberg made everybody a reader. Xerox makes everybody a publisher” (Hedges, hlm. 111).

Pengamatan McLuhan bahwa “user-generated content”seperti di atas semakin menjadi kenyataan ketika jaringan sosial berkembang tahun 1970-an, bukan dekade 1990-an seperti anggapan banyak orang. Banyak orang mengira bahwa jaringan sosial online pertama muncul di dekade 90-an ketika Internet penyedia jasa berada dapat diakdes secara luas. Yang benar adalah bahwa penggunaan jaringan sosial online sebenarnya telah digunakan sejak tahun 70-an melalui inovasi Ward Christensen, mantan karyawan IBM dan Randy Suess.

Kini ada kecenderungan semakin banyak orang masuk ke ruang online dan pada saat yang sama menjelajahi tempat yang luas Internet. Internet menyediakan informasi apa saja dan orang dapat berinteraksi dan bersosialisasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dalam sebuah dunia maya yang kita sebut “situs jaringan sosial”. Jaringan sosial ini semakin berkembang, dari FRIENDSTER.COM, MYSPACE.COM, hingga Facebook.

Jaringan sosial media baru yang disebutkan di atas secara nature berbeda dengan jaringan sosial konvensional yang mengandalkan komunikasi langsung (tatap muka). Seperti dapat dilihat dari gambar di atas bahwa transmisi pesan dan cara kerja jaringan sosial media baru demikian cepat dan berantai karena proses dan transmisinya menggunakan bahasa digital. Savage dan Vogel, 2009: 20). Di masa yang akan datang, media sosial dan jaringan sosial ini akan semakin berkembang, terutama di kalangan generasi muda yang sejak lahir sudah melek literasi dan mengutamakan media baru untuk berkomunikasi dan berelasi sosial (Pavlik, 2008, hlm. 279-280; Dominick, 2008).

Social media dan social networking  adalah dua terminologi yang berbeda, meskipun sama-sama berbasis pada bagaimana manusia secara instingtif memenuhi kebutuhannya berelasi dengan manusia lain. Yang satu pusatnya adalah media (alat), sedangkan yang lain pada jaringan.

Jaringan sosial dibangun dari media sosial. Dilihat baik dari transmisi maupun dari efektivitasnya, media sosial dan jaringan sosial konvensional tidak sedahsyat media baru yang berbasiskan bahasa digital. *)

Share your love
Avatar photo
Biblio Pedia
Articles: 249

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply