Seseorang pasti lahir ke dunia ini. Kecil, akil balig, remaja, dewasa, tua, renta, dan akan tiada. Tapi kadang terjadi ada lompatan di antaranya.
Seseorang pasti lahir untuk apa ia menjalani panggilan hidupnya untuk berbuat baik dan melayani sesama. Saya baca tujuan hidup manusia yang hakikatnya terarah dan terpanggil baik itu dari Aristoteles . Katanya, tujuan hidup manusia untuk melakukan ton agathon dan melayani sesama.
“Melayani” ini, luas kandungan maknanya. Memberi jalan. Mendidik. Mengajarkan. Tidak jadi bantu sandungan.
Hidup manusia, pada galibnya, terarah kepada “Yang di Atas”.
Seseorang pasti lahir untuk apa ia bekerja, melakukan, dan tidak melakukan.
Seseorang lahir ke dunia ini untuk menjaga setiap patah kata. Sebab pada awal mula adalah Sabda. Yang menjadi daging, dan tinggal di antara kita.
Seseorang lahir ke dunia ini untuk menanggalkan kata, yang tidak baik. Menggantikannya dengan puisi, yang dibacakan, setiap hari.
Setiap orang yang membaca tulisan ini, pasti menyukai: puisi.
Seperti kasih Tuhan, yang mengalir bagai air setiap hari kepada makhluk-Nya. Begitu hendaknya kasih manusia akan satu sama lain mengalirkan kebaikan.
Kasih-Nya seperti sungai…..