Senantiasa ada saja yang kita ingat dari seorang yang spesial.
Tukul Arwana misalnya. Pada era jaya-jayanya televisi di Indonesia, sebelum dan pasca Reformasi 1998, satu mata acara di TV yang amat sangat populer: Empat Mata.
Di acara itu, Tukul menyihir pemirsa semua. Dengan gaya khasnya, yang kocak. Melalui sindiran yang tajam. Metafora yang mengena. Serta pilihan kata yang sungguh tidak biasa.
Kata-katanya yang khas adalah “Kembali ke laptop!”. Memang dalam membawakan acara talk show-nya di televisi, Tukul senantiasa membawa laptop.
Entah ada atau tidak ada persediaan pertanyan di sana, Tukul seperti membaca laptoptnya. Jika fokus pembicaraan menyimpang dari topik, ia akan memotong dengan mengembalikan kepada topik lagi, “Kembali ke la ptop!”.
Namun, mafhumkah Anda apa maknanya?
Saya bertemunya langsung. Dan bertanya. Apa sebenarnya maksudnya?
Kalender menunjukkan amanak 11 November 2020 ketika itu. Di sebuah resto-kafe bilangan Plaza Inndonesia. Tiba-tiba saja Tukul muncul saat kami berlima sedang ngopi di Yakun Kaya Grand Indonesia bersama Yansen Tp, Pepih Nugraha, Dodi Mawardi, dan Saptono. Tukul muncul bersama dua sahabat karibnya.
“Bukan Empat Mata” di sanalah menjadi terang benderang.
Ternyata “Laptop” itu menurut Tukul adalah kependekan dari: “Laksanakan, Amalkan Pancasila membuat Indonesia jadi top!”
Wah, sungguh keren. Dan ternyata Tukul sangat nasionalis. Sekaligus Pancasilais.
Hari Minggu pagi yang cerah ini (02/04-2023). Saya terkenang Tukul.