Workaholic. Istilah apa pula gerangan ini?
Secara harfiah, jika diindonesiakan, Workaholic bisa diterjemahkan dengan: gila-kerja.
Jika Anda percaya bahwa jam kerja yang lebih panjang berarti Anda akan melakukan lebih banyak, mungkin Anda salah. Melakukan bisnis dan sibuk adalah dua hal yang berbeda.
Para workaholic menghambat kemampuan untuk menghasilkan ide baru dan melakukan bisnis dengan cara yang berbeda. Pada dasarnya, mereka tidak memberi otak mereka istirahat yang cukup untuk menciptakan ide baru atau fokus pada tugas yang sedang dijalankan, yang akhirnya mengakibatkan produktivitas yang buruk.
Penelitian di Inggris dan Amerika Serikat menemukan bahwa kecenderungan Workaholic menyebabkan tingkat stres yang tinggi. Akibatnya, menyebabkan komitmen berlebihan yang tidak diikuti dengan pencapaian yang memuaskan.
Keterlalu bekerja mengarah pada workaholic yang pada akhirnya menurunkan produktivitas dan keuntungan bagi organisasi.
Ditemukan bahwa workaholic tidak hanya memengaruhi Produktivitas hari ini tetapi juga kesuksesan bisnis masa depan perusahaan.
Saat ini, semakin banyak perusahaan yang mencari cara operasional bisnis yang sehat dan berkelanjutan, dan bekerja berlebihan jelas bukanlah pilihan. Jam kerja mingguan di beberapa negara maju dan berkembang sedang dikurangi menjadi sekitar 40 jam untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan dalam operasi.
Workaholism dengan keinginan utamanya untuk tetap sibuk sepanjang waktu, sebenarnya dapat mengurangi efektivitas. Workaholic cenderung kurang efektif sebagai anggota tim karena sulit bagi mereka untuk mendelegrasikan tugas.
Orang gila-kerja sering kali menghadapi tingkat stres yang tinggi dan kekurangan tidur. Hal itu tidak hanya menghambat generasi ide kreatif tetapi juga menurunkan produktivitas. Studi menunjukkan bahwa jam kerja yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kesehatan jantung dan mempengaruhi kehidupan pribadi yang sehat.
Untuk menghindari kecenderungan workaholic yang dapat merusak produktivitas, disarankan untuk menetapkan jam kerja yang jelas dan mematuhi mereka dengan konsisten, mengatur waktu untuk istirahat dan olahraga secara teratur untuk meningkatkan kualitas tidur, serta memprioritaskan tugas yang paling produktif.
Penting juga untuk belajar mengatakan tidak terhadap komitmen yang memerlukan jam kerja yang lebih panjang, dan tidak menjawab email atau telepon di luar jam kerja atau saat liburan. Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi juga krusial untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. *