Tidak ada writer’s block bagi penulis profesional. Yang sehari-hari menggantungkan “asap dapur” dari menulis.
Tapi nyatanya. Ada juga penulis/ pengarang mengalaminya. Mengapa?
Jawabnya sederhana: karena ia belum profesional. Atau tepatnya: belum memahami kiat mengatasinya.
Untuk itulah saya ingin berbagi sekuku item pengalaman. Pastinya kita berbeda. Tapi gak salah juga untuk dijadikan patok-duga. Siapa tahu ada satu dari seribu mata jala yang kena untuk solusi kebuntuan menulis Anda?
Malang melintang dalam berbagai genre tulisan, saya tiba pada satu penemuan. Saya membedakan antara “menulis” dan “mengarang”. Keduanya tidak sama! Di mana letak bedanya?
Menulis untuk karya nonfiksi. Saya tidak pernah mengarang fakta! Dalam menulis nonfiksi, azasnya adalah factum non-fictum (fakta bukan fiksi). Sebaliknya, mengarang untuk karya fiksi. Azasnya berkebalikan. Namun, kadang bisa fakta pula ditulis dengan kaidah-kaidah fiksi. Kaidah menulisnya yang mengikuti fiksi, namun fakta tidak bisa untuk ditawar sesen pun. Itulah “literary of fact” (Blair, 2005).
Cerpenis, novelis, atau hal yang kerap dialami para penulis pemula ialah : ide buntu. Itulah dalam dunia karang-tulis disebut: writer’s block. Yakni penulis mengalami jalan buntu.
Tidak tahu harus berbuat apa.
Oret-oretan yang sudah dimulai, tidak maju-maju. Ide mampat. Memulai dari alif lagi, terasa enggan dan bosan. Jika sampai pada titik ini, buru-buru disimpulkan, “Ah, saya gak bakat jadi seirang pengarang!”
Anda putus asa. Daripada memusingkan, kertas yang sudah ada cerita, disobek-sobek. Lalu jadi penghuni tong sampah. Memang, tidak mudah mengatasi aral yang sering merintang jalan seorang penulis.
Tidak mudah keluar dari rintangan itu. Namun, rintangan itu bukan tidak dapat dilintasi. Inilah tips, bagaimana mengatasi rintangan menulis, jika suatu ketika Anda mengalaminya.
Berjalan sejenak. Hirup udara segar di luar.
Tataplah sekeliling. Layangkan pandang ke hal-hal yang indah dan menyegarkan. Tautkan hati pada ihwal yang bisa membuat Anda gembira. Lepaskan ketegangan yang Anda alami. Dengan menghirup udara baru, ide Anda muncul lagi. Namun, jangan berjalan terlampau jauh. Sebab, jika ada ide baru yang muncul, Anda bisa segera menuliskannya.
Baca buku tentang topik yang sedang Anda tulis. Lihat daftar isinya. Tidak harus dibaca semua, cukup ambil poin yang pokok saja. Hal ini akan semakin menajamkan topik yang sedang Anda garap. Sering copy the master jauh lebih baik, ketimbang Anda membaca buku penuntun yang berisi teknik dan teori yang sulit diaplikasi.
Writer’s block hanya dialami penulis/ pengarang yang belum pengalaman saja.
Hanya itu? Tidak! Berikut ini 17 kiat –berdasar kepada pengalaman– bagaimana mengatasi aral yang melintang jalan mengarang.
1. Dengar nasihat atau masukan dari seseorang yang Anda minta untuk mengritik karya Anda. Orang luar sering lebih jeli melihat dan tajam di dalam memberi masukan. Dengarkan. Namun, tetap pusatkan pada apa yang akan Anda kerjakan.
Buatlah daftar ide yang hendak Anda tulis. Begitu Anda mulai mencatatnya, maka ide yang satu akan melahirkan ide sekuel lainnya. Kejar-mengejar. Masukkan ide itu ke dalam diagram sarang laba-laba (spider map). Anda akan dengan mudah mendeskripsikannya ke dalam kata, kalimat, sampai jadi alinea.
2. Jelajahi internet. Dengan menjejajahi internet dan mencari topik yang sesuai dengan apa yang hendak Anda tulis, maka ide baru bermunculan. Suatu situs akan membimbing Anda ke suatu ide baru. Kemampuan untuk menyintesekan berbagai hal akan membuat kisah Anda jadi menarik, sekaligus tajam.
Tujuh belas tips berikut ini dapat membantu Anda menyelesaikan novel. Meski ada ungkapan bahwa novel yang luar biasa tidak pernah tamat.
1. Sebagai penulis, agar tetap bisa produktif, Anda hendaknya jangan masuk ke dalam ihwal teknis seperti mengecek akurasi ejaan, tanda baca, dan salah ketik. Sayang tenaga, pikiran, dan talenta Anda dihabiskan untuk hal yang membosankan, kerja mekanis untuk menyelesaikan proof reading. Pekerjaan ini serahkan saja pada copy editor yang memang ahli di bidangnya untuk menangani karya Anda jika sudah disetujui Penerbit. Biasanya, penerbit memunyai apa yang disebut “gaya selingkung” (in house style), atau syarat-syarat penerimaan naskah. Pelajari dengan saksama! Tapi, asalkan naskah Anda baik dan idenya brilian, besar kemungkinannya akan diterima.
2. Pernahkah terbayangkan bahwa catatan harian (diary) Anda dapat menjadi novel yang luar biasa? Tambahi, bumbui, poles dengan sentuhan imaginasi. Novel Anne Frank sebagai contoh. Atau novel Dealova yang semula merupakan catatan harian penulisnya.
Catatan harian bisa menjadi titik awal membuat novel. Novel yang didasarkan catatan harian disebut epistolary novel.
Writer’s block hanya dialami penulis/ pengarang yang belum pengalaman saja.
3. Jika Anda menemui kesulitan mendapat karakter yang kuat untuk novel Anda, mengapa tidak melayang pandang ke sekitar? Lihatlah sekeliling. Baiklah! Anda menyaksikan seorang gadis yang jutek. Dan Anda terobsesi dengan gaya dan perikehidupannya. Bagi orang awam, ini biasa-biasa saja. Namun, di tangan seorang Yennie Hardiwidjaja, karakter itu bisa berkembang jadi novel. Ia kembangkan karakter gadis itu menjadi tokoh protagonis, “Miss Jutek”.
4. Bilamana Anda mendasarkan karakter novel pada teman, sahabat, dan handai taulan, jangan panik. Mereka akan senang membaca novel Anda, sebab melihat itu seakan kaca benggala. Yang menampilkan samar-samar wajah dan karakter mereka. Tidak persis sama, namun penuh dengan parodi dan sindiran yang samar-samar.
5. Gabungkan berbagai genre novel yang pernah Anda baca untuk menghasilkan novel yang luar biasa dan kreatif. Kisah cinta adalah hal biasa, namun mengapa tidak Anda mulai dengan sci-fi/cerita khas Indonesia atau warna lokal/atau kisah cinta dengan setting masa penjajahan Belanda seperti karya Remy Sylado?
6. Camkan bahwa tidak seorang pun ingin mengalami hal yang tidak menyenangkan dalam hidup ini. Karena itu, tulislah ihwal yang menyenangkan saja. Sedapat mungkin tutup novel Anda dengan happy end. Minimal akhir-terbuka (open ending), biar pembaca yang meneruskan akhir ceritanya.
7. Senantiasa awali menulis novel dengan alur (plot) yang sudah Anda tetapkan. Plot akan menuntun Anda menghasilkan novel yang bermutu dan menarik. Lebih baik menulis secara teratur, daripada menulis asal digerakkan oleh emosi sesaat atau dorongan seketika. Waktu akan terbuang percuma untuk hal yang tidak perlu.
8. Jangan melakukan submit karya Anda sebelum tamat. Melakukan submit karya Anda, hanya akan merusak jiwa dan menghancurkan willpower yang sudah tertanam sejak awal. Orang jenius seperti Anda, tidak memerlukan kritik yang menghancurkan. Tidak banyak faedahnya mendengar kritikan yang negatif.
9. Buku dan referensi adalah teman setia penulis. Semua ini jadi sumber inspirasi, meneguhkan, dan membuat Anda semkin pe-de. Usai membaca, jemari Anda ditanggung lancar dan lincah menari-nari di atas tuts-tuts komputer. Tidak ada penulis hebat yang tidak suka membaca. Membaca akan melancarkan peredaran darah dan mengisi inspirasi yang sudah prnah dituangkan.
10. Senantiasa benamkan diri Anda dalam hidup nyata. Letakkan PC atau laptop Anda dalam sebuah ruang yang hening dan nyaman di rumah Anda, jauh dari bunyi gaduh dan kebisingan suara pesawat televisi. Tebar jala bagi datangnya inspirasi. Segera tuangkan ke dalam tulisan semua itu.
11. Dalam hidup, kita senang hal yang bervariasi, silih berganti. Jika Anda menggunakan komputer, atau laptop untuk menulis, pastikan untuk mengubungkannya dengan jaringan internet. Ada laptop yang tidak harus menggunakan kabel, hal ini sangat praktis dan memudahkan Anda. Dengan terhubung pada jaringan internet, Anda dapat mengecek akurasi, menambah referensi, dan memberikan inspirasi yang tiada henti.
12. Sebelum menulis novel, baiklah jika Anda merencanakan serial novel Anda. Ini penting, sebab novel perdana yang berhasil, akan menyeret naskah berikutnya menjadi berhasil pula. Ini yang dilakukan J.K. Rowling, sehingga Harry Potter sampai sekuel ketujuh, tetap laris manis. Ayu Utami juga melakukan hal sama, di mana penulis modis nan manis ini menjadikan Saman sebagai fragmen novel perdananya, Laila tak Mampir di New York. Ini adalah taktik marketing. Banyak orang penasaran dan menunggu kisahan berikutnya. Tatkala terbit Larung, pembaca masih memunyai memori menghubungkannya dengan novel sebelumnya.
13. Senantiasa pusatkan novel Anda pada siapa target audience yang ingin disasarkan?
14. Inilah kiat mudah, bagaimana Anda mengatasi hambatan dalam menulis, hal yang menyebabkan Anda mengalami writer’s block: Marahi diri sendiri! Kepal kedua tangan dengan geram. Remas-remas rambut Anda (jika Anda memang masih memunyai rambut). Jika botak? Anda bisa mengertakkan gigi, lalu keplak meja. Berseru dengan suara lantang, seperti “Ya Allah, aku ini penulis dungu!”, “Aku ingin menaklukkan dunia seperti Gajahmada!”, dengan kata-kata: “Dasar bengal! Saya gagal dan gagal lagi! Saya tak pernah bisa jadi novelis hebat!” Jika ini tidak membantu Anda memutus kebuntuan, baca novel kesayangan Anda. Sekali lagi, baca! Anda sudah membaca Harry Potter? Atau novel dalam negeri, seperti: Badai Pasti Berlalu, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Kerudung Merah Kirmizi, Ali Topan Anak Jalanan, Dari Lembah ke Coolibah, Puspa Indah Taman Hati, Kugapai Cintamu, Bungenfil di Tengah Karang. Novel tersebut, selain bermutu, juga indah. Dengan membaca novel bermutu, Anda pun dapat menulis novel bermutu. Camkan kebenaran kata-kata Aristoteles yang diucapkan 23 abad silam bahwa kedigdayaan bukan tindakan, tapi hanya suatu kebiasaan. Kejeniusan seorang novelis dimulai dari kebiasaan (membaca bacaan bermutu). “We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act, but a habit.”
15. Berjanji pada diri sendiri. Sekali mulai menulis satu halaman novel, Anda tidak akan mundur dan tidak akan mengubahnya. Ini penting, sebab jika tidak, otak Anda akan terus saja mbulet, dan novel Anda tidak akan pernah selesai. Ingat kisah Lebai Malang yang peragu dan terlampau banyak pikir, akhirnya tidak mengerjakan apa-apa sampai pesta usai. Anda tentu tidak ingin menjadi Lebai Malang, tapi Lebai Untung.
16. Selalu cek, apakah alur novel Anda seperti rancangan semula. Hal ini perlu, untuk menghindari novel yang Anda baca persis seperti yang Anda tulis. Kalau sangat sangat sulit menghindar, karena otak dan hati Anda sudah terbuai novel yang Anda baca, setidaknya usahakan berbeda. Nama, setting, alur, dan konflik adalah pilar yang mudah diganti. Ganti saja! Tidak ada yang suka pada novelis yang melakukan plagiat. Alih-alih menuai hasil, tindak plagiat akan membuat Anda terjerembab dan hancur.
17. Jika mood menulis novel tidak terbendung, dan Anda ternyata sudah menulis lebih dari 150 halaman kuarto spasi ganda, berpikirlah menjadikannya beberapa buku. Buku seperti benang layang-layang, semakin panjang, semakin bagus. Dari Lembah ke Coolibah adalah trilogi. Harry Potter bahkan sampai tujuh jilid. Kalau ada ide baru muncul tatkala Anda menulis novel perdana, jadikan sebagai buku kedua. Dan seterusnya. Membaginya pun harus cerdas: potong ketika cerita akan naik ke puncak.
Model ilustrasi” Cindy Cristella