A

A, dalam bahasa Inggis, bisa dilekatkan untuk banyak hal. Misalnya, a bird (seekor burung), a man (seorang manusia), a cat (seekor kucing), a tree (sebatang pohon), a river (sealir sungai), dan seterusnya.

Uniknya, tak berlaku dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan orang –sesuai dengan tingkatan wordssmartnya– menggunakan “sebuah” untuk banyak hal.

Dengan contoh di atas, gamblang bahwa Padanan kata Inggris “a” tepat diterapkan untuk apa pun, termasuk manusia, hewan, maupun benda. Mari lihat contoh penerapannya dalam kalimat yang berikut ini:

– A bad workman blames his tools (pekerja yang tidak terampil menyalahkan alatnya).
– A bird in the hand is worth two in the bush (Seekor burung di genggam jauh lebih bernilai daripada dua di alam bebas).
– Life is a joke (hidup hanyalah sebuah lelucon).

Ketika sebagai penulis-pemula, 1980-an, saya main hantam kromo saja. Tidak peduli, atau tepatnya, gak ngeh, bahwa Bahasa Indonesia mengenal kaidah, antara lain padanan kata yang sesuai. Misalnya, saya hantam kromo untuk: sebuah kata (sepatah), sebuah pohon (sebatang), dll. Pokoknya satu : sebuah saja. Baru kemudian, setelah mulai menulis fiksi, saya menyadari padanannya yang tepat, misal:
– setitik embun
– sebutir peluru
– sepatah kata
– sebatang pohon
– sealir sungai
– sehasta/sebongkah (jika kecil) tanah
– setumpah darah
– sepucuk senjata
– sebilah pedang
– setangkai bunga
– setanggi ladan
– seutas tali
– setumbuk alu
– selilit kain
– sehelai kertas
– selembar daun

Bagaimana cara/ teknik menerapkan “se se” di atas ketika digunakan sebagai predikabilia suatu subjek? Barangkali para pakar Bahasa Indonesia belum menentukan kriterianya. Akan tetapi, menurut pengalaman saya: temukan terlebih dahulu ciri subjeknya (misalnya ciri embun menitik jatuhnya) maka: setitik embun, bunga bertangkai (setangkai bunga), kertas berhelai (sehelai kertas), dan sebagainya. Teknik yang semacam ini dapat Ada kembangkan untuk setiap se lainnya yang akan menjadi predikabilia subjek. Cari ciri utama dalam sepatah kata subjek yang bersangkutan!Jadi, tidak semua harus: sebuah!

Se se di atas, bukan hanya untuk menunjuk satuan saja, melainkan dapat berfungsi sebagai penghalus bahasa. Selain itu, juga pengindah kata dalam kalimat terutama dalam karya-karya tulis fiksi, utamanya puisi, cerpen, novelet, dan novel.

Akan tetapi, untuk Bahasa Indonesia, kasusnya menjadi berbeda. Padanan “a” tidak dapat semuanya “sebuah” pada semua benda.

Share your love
Avatar photo
Masri Sareb Putra
Articles: 737

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply