Pembaca niscaya setuju dengan saya.
Buku yang berguna, banyak manfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan. Tidak identik. Atau sama dengan buku yang laris. Meski, dalam praktiknya, pernah dan bisa sama dan identik.
Buku Pintar-nya Iwan Gayo, misalnya. Ia sama dan sebangun dengan buku yang berguna dan buku yang laris. Tapi ini 1 di antara 1.000.
20 tahun berjibaku, berkubang, dan berkanjang di dunia penerbitan buku di kelompok penerbit buku terbesar bukan hanya Indonesia melainkan di Asia Tenggara, Kompas-Gramedia. Mula-mulai dari tubir paling bawah sebagai copy editor. Merangkak naik hingga pendi -pensiun dini- tahun 2013. Terakhir, saya menjadi managing editor sebuah sisters company di lingkungan penerbit kelompok Gramedia.
Diimbuhi petuah founder, sekaligus guru kami, Jakob Oetama. “Hendaknya kita, sebagai pebisnnis yang berbudaya, bukan hanya menerbitkan buku-buku yang laris melainkan juga buku yang dibutuhkan masyarakat.”
Bagaimana caranya? “Saling silang,” jelas Pak Jakob. Buku yang laris mensubsidi buku yang berguna itu.”
Klir!
Prinsip saya dalam bisnis menulis (jasa), mencetak, dan menerbitkan buku: tidak mesti selalu untung banyak secara finansial, tapi jangan rugi.
Ketika punya penerbit sendiri yang resmi dan berbadan hukum terdaftar di Perpustakaan Nasional (kini 238 ISBN) yakni Penerbit Lembaga Literasi Dayak. Saya teringat pesan mahaguru, Pak Jakob. Saya pun ingin meneruskan spirit serta idealisme beliau, yang saya yakini benar dan abadi.
Di antara 238 buku yang kami (Lembaga Literasi Dayak) terbitkan, 10% laris. 80% moderate. 10 peratus very slow moving, alias bad debt.
Buku Sastrawan Dayak ini salah satu yang terkategori disubsidi buku lain. Bahkan ada nama yang masuk senarai sastrawan di buku itu yang memesan buku cukup banyak, tapi lupa bayar. Ya sudah! Saya telah siap mental berdasarkan petuah guru-besar kami.
Toh manfaat buku, menurut saya, bukan semata-mata finansial. Uang.
Bahwa buku itu dibaca, mencerahkan, sekaligus mempengaruhi secara lambat laun; itu juga: manfaat buku.
Saya haikul yakin. Yang namanya buku selalu bermanfaat. Bahkan manfaatnya multidimensional.
Maka saya tetap berkanjang dengan (menulis, menerbitkan, dan makan) buku.
Prinsip saya dalam bisnis menulis (jasa), mencetak, dan menerbitkan buku: tidak mesti selalu untung banyak secara finansial, tapi jangan rugi. *)