Apa rahasia Bung Karno (BK) menulis bagai “menuangkan” saja dari kepalanya apa yang menjadi konten tulisannya?
Banyak orang bertanya tentang hal itu. Tapi saya mafhum dari kisah para ajudannya. Salah satu kunci rahasianya adalah: Bung Karno gila-baca!
Di mana saja BK, asalkan ada kesempatan, membaca. Sembari menunggu pesawat, dia membaca. Di pesawat pun, BK membaca.
Bung Karno kaya tulisannya dengan data. Idenya untuk buku, tak pernah kering. Apa pasal? Ternyata, ia seorang penggila baca. Sekaligus pembaca-cepat.
Semua katakah dibacanya?
Ternyata, tidak! Sebab BK seorang pembaca-cepat.
Apa hakikat seorang pembaca cepat? Ia membaca untuk menemukan ide pokok. Ini yang penting.
Sangat boleh jadi, dekade 1940-an adalah masa metode membaca cepat ditemukan.
Para guru Salt Lake City menemukan bagaimana membuat para pembaca rata-rata menjadi pembaca cepat.
Sejak itu, banyak orang sukses belajar membaca tiga kali lebih cepat dibanding sebelumnya dan dapat meningkatkan keterampilan pemahaman mereka terhadap bahan bacaan.
Namun, metode dan praktik ini hanyalah sebatas di ruang-ruang kelas. Sementara itu, para siswa harus merogoh banyak uang untuk membayar instruktur mereka.
Tapi Bung Karno seorang otodidak yang belajar-mandiri. Ia tipe pembaca cepat. Yang mampu membaca
Kaya Data
Hal lain lagi yang patut dikagumi dari Bung Karno bahwa tulisannya kaya dengan data.
Untuk menyimpulkan sesuatu, atau membandingkan, BK menggunakan data. Juga untuk menguatkan pemikirannya.
Misalnya saja, ketika menegaskan bahwa Perempuan perl dilindungi dan diberi perhatian, dalam buku Sarinah, Bung Karno memaparkan data yang berikut ini (Sarinah, hlmn. 11-12):
Perempuan banyak yang menjadi ”terpelanting mizan” oleh karenanya, banyak yang menjadi putus asa oleh karenanya. Bunuh diri kadang-kadang menjadi ujungnya. Statistik Eropa menunjukkan, bahwa di kalangan kaum pemuda, antara umur 15 tahun dan 30 tahun, yakni waktu keseksean sedang sehebat-hebatnya mengamuk di kalbu manusia, lebih banyak perempuan yang bunuh diri, daripada kaum laki-laki. Jikalau diambil prosen dari semua pembunuhan diri, maka buat empat negeri di Eropa pada permulaan abad ke 20, statistik itu adalah begini:
empat negeri di Eropa pada permulaan abad ke 20, statistik itu adalah begini:
Ternyatalah, bahwa di semua negeri ini lebih banyak perempuan muda bunuh diri daripada laki-laki muda.
Sebabnya? Sebabnya tak sukar kita dapatkan. Keseksean yang terhalang, cinta yang tak sampai; kehamilan yang rahasia, itulah biasanya yang menjadi sebab.
Dari hasil membaca, BK mengolahnya sedemikian rupa, menjadi sajian yang luar biasa. Selain meyakinkan dengan data, tulisan itu menggugah. Dari kesadaran, pengetahuan, hingga menjadi: tindakan.
Itulah macam tulisan yang punya daya! The power of writing.
Kata.
Begitulah cara bekerjanya!
(Bersambung)