Desa mengepung kota!
Barangkali itu tamsil yang pas disematkan pada eksistensi, sekaligus geliat gurita Credit Union (CU). Yang mulai gerakan dari kampung. Bahkan, sepetak ruko dan sehimpit ruangan –tanpa sewa– di sembarang tempat di kampung-kampung Dayak pada era tahun 1970-an.
CU Lantang Tipo, misalnya. CU tertua dan terbesar di Kalimantan Barat dengan aset lebih 3 T ini, berawal di sebuah ruang sempit Sakristi Gereja Paroki Pusat Damai. CU Keling Kumang bermula pada rumah kontrakan di Siantan, Pontianak. Idenya bergulir, kemudian mendirikan kantor pertama di sebuah gubug sederhana di Tapang Sambas, Sekadau.
CU Pancur Kasih juga demikian. Berawal dari sebuah rumah sederhana di Siantan, Pontianak. Juga CU lain, seperti: Banuri Harapan Kita yang anggota mula-mula para guru ugahari perantauan dari Pulau Bunga, Flores. Mereka berkanjang di rantauan, membuat pertemuan di rumah dinas.
Maka “kampungan” adalah soal sikap dan mental. Orang kampung bisa bersikap mental kota. Sebaliknya, orang kota bisa kampungan!
Sederhana! Ugahari. Tapi siapa menyangka, kelak kemudan hari ide besar di tempat terpencil itu menjadi sebuah raksasa, kekuatan ekonomi bukan hanya lokal melainkan nasional?
Buku 100 Koperasi Besar Indonesia (2015), CU di Kalimantan masuk dalam senarai. Suatu catatan yang mengundang decak kagum. Bagaimana hal kecil yang dilkakukan dengan cara luar biasa, pada akhirnya membuahkan hasil yang besar.
Kini ATM CU ada di mana-mana. Jargon “melayani”, bukan hanya tertera pada visi dan misi, tapi juga nyata. Memberi jalan, kemudahan, serta percepatan pelayanan dan transaksi; juga bagian dari pelayanan.
Tak syak lagi. Hari ini CU menjadi sebuah gerakan bukan hanya bidang finansial, tapi juga kebudayaan secara menyeluruh. Jadi, perilaku “kampungan” adalah soal sikap dan mental. Orang kampung bisa bersikap mental kota. Sebaliknya, orang kota bisa kampungan!
Dayak membuktikan, meski tinggal di kampung, tapi sikap mentalnya: orang kota. Dalam hal ini benarlah adagium ini: Bukan tempat yang mengubah kita, melainkan kitalah yang mengubah tempat.
Gerakan CU membuktikan kebenaran pepatah petitih, yang dirangkai cerdik cendikia dan para sufi bijak itu!
(Bersambung)